Jumat, 13 Agustus 2010

Jangan Tertipu

Salah satu asma Allah adalah Al-Alim yaitu Allah Maha Mengetahui. Dia mengetahui segala-galanya, mulai dari hal-hal yang sangat kecil dan samar apalagi hal-hal yang nyata.

Meski ada semut hitam berjalan di batu hitam di tengah gulitanya malam, sungguh Allah tetap mengetahuinya dengan sangat detail. Demikian pula, Allah Mahatahu segala yang kita lakukan, sekecil apa pun, entah itu lirikan mata, lintasan niat dalam hati, harta yang dinafkahkan, dan sebagainya Allah Maha tahu segalanya.

Allah SWT berfirman, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bund dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)“. (QS. Al-An’am [6]: 59).

Keyakinan kita akan kemampuan Allah dalam mengetahui segala sesuatu akan membuat kita terpelihara dari hal-hal negatif. Sebaliknya, manakala kesadaran kita akan kemaha tahuan Allah SWT lemah, maka kita akan terjebak dalam perangkap ketertipuan dalam beramal. Agama menyebutnya ghurur. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan semua segi amaliyah yang dilakukan, sehingga tidak lagi berarti di hadapan Allah SWT.

Dalam hal ilmu misalnya, ada empat jenis orang yang tertipu berkaitan dengan ilmu yang dimilikinya.

1. Ada yang berilmu, tapi ia tidak melak-sanakan ilmunya. la rnerasa terhormat dengan jabatan dan gelar-gelar keilmuan-nya. Ia yakin akan selamat dunia akhirat. Padahal, ilmu itu pemandu amal. Tidak berguna ilmu tanpa diamalkan.

2. Ada orang berilmu dan ia mengamalkan ilmunya, namun ia tidak pernah menjaga niatnya. Padahal amal itu tidak hanya harus sah (rukunnya dilakukan) tapi juga harus diterima. Nah, diterima ini urusan niat. Banyak pekerjaan yang sebenamya biasa-biasa saja, tetapi karena niatnya benar ia menjadi bemilai ibadah, dan ada pula pekerjaan yang luar biasa, tapi karena tidak dibarengi niat yang benar, ia menjadi sia-sia, bahkan bisa berujung menjadi dosa.

3. Ada pula yang tahu ilmu dan mau mengajarkannya kepada orang lain, namun ia sendiri tidak mampu inengamal-kannya. Misal, ceramah mengajak orang lain berbuat kebaikan, namun ia tidak melaksanakannya. Dakwah yang baik itu bukan memperbaiki orang lain, tapi memperbaiki diri. Orang semacam ini sungguh tertipu. la bagaikan lilin, menerangi yang lain namun dirinya terbakar.
4. Ada yang memiliki ilmu namun sayang, ia mengklaim dirinya dan kelompoknya yang paling shaleh. Sehingga surga diklaim menjadi miliknya dan kelompoknya. Sungguh orang ini tertipu. Bukankah dimensi agama itu luas, sehingga tidak mungkin surga diborong sendiri?

Ada pula ghurur dalam hal ibadah. Ghurur dalam ibadah biasanya masuk lewat niat. Tak jarang kita temui seseorang berulang-ulang melakukan takbir, ketika memulai sholat.
Ada pula yang shalatnya disibukkan dengan urusan tajwid dan makhraj, tapi mengabaikan makna. Shalat khusyuk tidak sekadar benar bacaannya, tapi juga derajat tuma’ninah dan penghayatan bacaan. Ada juga yang tertipu waktu shalat, sehingga terlalu buru-buru dalam bacaannya.
Menangis dalam shalat juga bisa menipu. Ada yang memang benar menangis karena Allah, tapi ada juga menangis ketika merasa diketahui orang lain. Ada juga melakukan shalat yang lama, tapi karena untuk menyaingi orang di sebelahnya. Mahasuci Allah yang mengetahui isi hati.

Ada juga ghurur dalam ceramah. Ada yang mengutip kitab-kitab, karena ingin disangka pandai. Termasukpula rendah had. Dalam kita al-Hikam disebutkan, “Siapa yang merasa rendah hati, dan ia merasa mulia dengan rendah hati, hakikatnya ia telah sombong“. Saat orang merasa mulia ketika melakukan sesuatu, maka sebenarnya ia menganggap tidak layak melakukan hal tersebut.

Kenapa bisa sampai tertipu? sebab dalam setiap melakukan aktifitas orientasinya adalah makhluk,bukan Khaliq. Maka semakin kita ingin mendapat penilaian dari makhluk, semakin tertipulah diri kita.

Semua amalari berpeluang tertipu, kalau belum Allah yang menjadi tujuannya. Maka kita harus beijuang keras agar kita masuk ke titik yakin, bahwa Allah SWT Maha Mengetahui segalanya dan akan mempemitungkan semua yang kita lakukan. Maka dari itu pelihara niat, cukup hanya Allah yang menjadi tujuan kita.
Sumber : Buletin Mimbar Jum’at

Tidak ada komentar:

Posting Komentar