Rabu, 20 Oktober 2010

Belajarlah Dari Matahari


Anakku, lihatlah matahari itu
Ia tidak pernah berhenti memberikan cahaya
Sekalipun orang-orang tidak mau memujinya
Tidak pernah memberikan penghargaan kepadanya
Ia tetap memberikan pencahayaan
Bayangkan, apa yang akan dialami bumi
Bila matahari tidak mau bercahaya

Anakku, janganlah kau putus asa
Karena besok pagi matahari itu akan terbit kembali
Songsonglah masa depan dengan semangat membara
Tanpa kenal lelah dan pudar
Karena dengannya kau akan menjadi mulia

Anakku, kau lihat matahari itu sangat tinggi
Tetapi ia masih mau membantu bumi
Karenanya, bila engkau kelak sedang di atas
Janganlah lupa kepada yang di bawah
Sebab kau akan semakin tinggi ketika kau selalu merendah

Anakku, matahari itu tidak lupa diri
Sekalipun ia sibuk memberikan cahaya kepada semesta
Ia juga memberikan cahaya pada dirinya
Karenanya janganlah kau menjadi seperti lilin
Yang rela membakar dirinya untuk pencahayaan
Tetapi jadilah seperti matahari
Yang memberikan cahaya bagi orang lain
Juga memberikan cahaya bagi dirinya sendiri.

Washington DC, 2010
dakwatuna.com

Maafkanku Yang Telah Membuatmu Menangis



Ku tak ingin ini terjadi di perjalanan hidup kita

Ku tak ingin dosa-dosa ini semakin hari semakin menenggelamkan kita

Mengahancurkan sendi-sendi keimanan yang telah kita bangun

Sementara hari kehari hanya kehinaan yang kita rasakan



Bidadariku…..

Engkaulah wanita mulia yang kukenal

Engkaulah wanita pertama yang mengisi kehidupanku seutuhnya

Engkaulah seharusnya Bidadari Syurga itu



Akan tetapi…..

Sungguh syaitan telah melenakan kita

Dosa dan kemaksiatan telah menghancurkan mimpi-mimpi kita

Hidup kita lebih hina dari binatang sekalipun

Dan lebih kotor dari kotoran manusia



Bidadariku……

Selagi ada nafas di tenggorokan kita

Selagi masih ada detak jantung di tubuh

Ku ingin menebus segala dosa yang pernah kita lakukan

Walaupun harus melepaskanmu

Walau harus merelakanmu bersama orang lain

Selama engkau dalam kemuliaan

Aku kan relakan semua itu

Biarlah semua kenangan bersamamu

Menjadi penebus dosa-dosa yang pernah kita lakukan

Karena sakit rasanya tidak bisa hidup bersamamu

Karena sakit rasanya mengenang masa-masa indah bersamamu



Bidadariku….

Sakit mengenang masa-masa bersamamu

Lebih sakit daripada seribu satu sayatan pedang ditubuhku

Sakit tak bisa hidup bersamamu

Lebih sakit daripada tubuhku lumpuh sekalipun

Ketika surat ini kutulis

Ku tak mampu lagi menahan air mata ini

Seribu satu kenangan bersamamu

Seolah menjadi tikaman pisau yang bertubi-tubi

Menusuk tubuhku



Bidadariku….

Maafkanku yang telah membuatmu menangis

Ku tahu ini menyakitkan

Tapi kita harus mengakhiri semuanya

Kita harus mengakhiri kebohongan-kebohongan ini

Kita harus mengakhiri kemunafikan kita

Kita harus mengakhiri dosa-dosa yang telah kita perbuat

Selagi nafas masih berhembus



Sungguh benar firman Alloh Ta’ala

Sungguh benar sabda Rosululloh SAW

Yang mengingatkan manusia untuk menjauhi zina

Sungguh terlaknat Syaitan yang terkutuk



Bidadariku…

Semoga Alloh Ta’ala masih mau mengampuni kita

Semoga Alloh Ta’ala masih mau membimbing kita

Menuju jalannya yang lurus



Bidadariku….

Inilah tangis yang selama ini kurasakan

Inilah sakit yang ingin aku utarakan kepadamu

Ku yakin engkaupun mengalaminya

Surat ini kubuat

Sebagai akhir dari hubungan kita

Hubungan tak berstatus yang selama ini kita lakukan

Semoga hati kita mampu menerimanya





Bidadariku…

Selamat menempuh hidup baru

Semoga kemuliaan islam selalu bersamamu

Semoga Ridho Alloh selalu mengiringi perjalanan hidupmu

Jika ada lelaki sholeh yang melamarmu

Terimalah……..

Dan semoga bisa menggantikanku

Dan melupakan semua kenangan bersamaku



Bidadariku…………………………..

Maafkanku yang telah membuatmu menangis…………….

Tapi tangis ini adalah tangis kebahagiaan

Sebagai seorang muslim sejati…..

Yang rindu akan Ridho Ilahi



Wassalamualaikum….

Jumat, 15 Oktober 2010

Ciri Manusia Yang Telah Berada Dalam Derajat Kemenangan dan Kebahagiaan

Tanda-tanda kebahagiaan dan kemenangan seorang mukmin adalah bila ia mampu mengelola dirinya agar senantiasa berada dalam tiga kondisi dibawah ini (Al-Imam Ibnul Qoyyim -rahimahullah- dalam kitabnya yang berjudul “Al-Waabil Ash-Shayyib) :



1. Apabila mendapat nikmat/ karunia maka ia bersyukur





Allah subhanahu wata’ala berfirman:Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Al-Baqarah: 152)



Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih. (Ibrahim: 7)

Dan barangsiapa yang mendapat musibah maka yang wajib adalah bersabar dan bersyukur. Adapun bersabar maka telah jelas. Adapun bersyukur maka dengan memuji Allah dalam musibah itu. Karena Allah memiliki hak atas hamba berupa peribadatan kepada-Nya ketika mendapat musibah sebagaimana Ia juga memiliki hak untuk diibadahi ketika si hamba dalam kenikmatan.”





Orang yang bersyukur adalah – sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim : ” .. dan orang yang mengenali nikmat, mengenali Sang Pemberi nikmat itu, dan mengakuinya, ia tunduk kepada-Nya dan mencintai-Nya serta ridha kepada-Nya dan menggunakan kenikmatan itu dalam perkara yang Ia cintai dan ketaatan maka orang yang seperti inilah orang yang mensyukuri nikmat.”





2. Apabila mendapat cobaan maka ia bersabar





Ujian atau cobaan mencakup ujian yang berasal dari Allah subhanahu wata’ala secara langsung, seperti sakit, mati, kelaparan, dan sebagainya. Dan ujian yang Allah subhanahu wata’ala timpakan melalui tangan manusia, seperti celaan ketika melaksanakan sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, atau tantangan dari manusia ketika melaksanakan dakwah, dan sebagainya.





Bersabar di sini mencakup tiga macam sabar:

1. Bersabar dari kemaksiatan sehingga ia tidak melakukannya.

2. Bersabar di atas ketaatan sehingga ia menunaikannya.

3. Bersabar di atas musibah.



3. Apabila melakukan perbuatan dosa maka ia beristighfar (meminta ampun)



Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:Setiap anak hamba banyak melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman pasti kalian akan bahagia. (An-Nur: 31)



diringkas dari : http://www.assalafy.org/mahad/?p=257#more-257

Kisah Wanita Yang Selalu Berbicara Dengan Bahasa Al-Qur’an


Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala :Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.



Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.



Abdullah : “Assalamu’alaikum warahma wabarakaatuh.”Wanita tua : “Salaamun qoulan min robbi rohiim.” (QS. Yaasin : 58) (artinya : “Salam sebagai ucapan dari Tuhan Maha Kasih”)Abdullah : “Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?”

Wanita tua : “Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu.” (QS : Al-A’raf : 186 ) (“Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya”)Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan.



Abdullah : “Kemana anda hendak pergi?”Wanita tua : “Subhanalladzi asra bi ‘abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa.” (QS. Al-Isra’ : 1) (“Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke masjid aqsa”)Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa.Abdullah : “Sudah berapa lama anda berada di sini?”

Wanita tua : “Tsalatsa layaalin sawiyya” (QS. Maryam : 10) (“Selama tiga malam dalam keadaan sehat”)



Abdullah : “Apa yang anda makan selama dalam perjalanan?”Wanita tua : “Huwa yut’imuni wa yasqiin.” (QS. As-syu’ara’ : 79) (“Dialah pemberi aku makan dan minum”)Abdullah : “Dengan apa anda melakukan wudhu?”

Wanita tua : “Fa in lam tajidu maa-an fatayammamu sha’idan thoyyiban” (QS. Al-Maidah : 6) (“Bila tidak ada air bertayamum dengan tanah yang bersih”)



Abdulah : “Saya mempunyai sedikit makanan, apakah anda mau menikmatinya?”

Wanita tua : “Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil.” (QS. Al-Baqarah : 187) (“Kemudian sempurnakanlah puasamu sampai malam”)



Abdullah : “Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa anda berpuasa?”

Wanita tua : “Wa man tathawwa’a khairon fa innallaaha syaakirun ‘aliim.” (QS. Al-Baqarah : 158) (“Barang siapa melakukan sunnah lebih baik”)



Abdullah : “Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir?”

Wanita tua : “Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum ta’lamuun.” (QS. Al-Baqarah : 184) (“Dan jika kamu puasa itu lebih utama, jika kamu mengetahui”)



Abdullah : “Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?”

Wanita tua : “Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun ‘atiid.” (QS. Qaf : 18) (“Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid”)



Abdullah : “Anda termasuk jenis manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?”

Wanita tua : “Wa la taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sam’a wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana ‘anhu mas’ula.” (QS. Al-Isra’ : 36) (“Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan”)



Abdullah : “Saya telah berbuat salah, maafkan saya.”Wanita tua : “Laa tastriiba ‘alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum.” (QS.Yusuf : 92) (“Pada hari ini tidak ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu”)



Abdullah : “Bolehkah saya mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena anda akan menjumpai kafilah yang di depan.”

Wanita tua : “Wa maa taf’alu min khoirin ya’lamhullah.” (QS Al-Baqoroh : 197) (“Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya”)Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil berkata :

Wanita tua : “Qul lil mu’miniina yaghdudhu min abshoorihim.” (QS. An-Nur : 30) (“Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan mereka”)Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita itu berucap lagi.

Wanita tua : “Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum.” (QS. Asy-Syura’ 30) (“Apa saja yang menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri”)



Abdullah : “Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya terlebih dahulu.”Wanita tua : “Fa fahhamnaaha sulaiman.” (QS. Anbiya’ 79) (“Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi Sulaiman”)Selesai mengikat unta itu sayapun mempersilahkan wanita tua itu naik.Abdullah : “Silahkan naik sekarang.”

Wanita tua : “Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa munqolibuun.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (“Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini pada kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan kami”)Sayapun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita tua itu berkata lagi.

Wanita tua : “Waqshid fi masyika waghdud min shoutik” (QS. Lukman : 19) (“Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu”)Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap.

Wanita tua : “Faqraa-u maa tayassara minal qur’aan” (QS. Al- Muzammil : 20) (“Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur’an”)Abdullah : “Sungguh anda telah diberi kebaikan yang banyak.”Wanita tua : “Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab.” (QS Al-Baqoroh : 269) (“Dan tidaklah mengingat Allah itu kecuali orang yang berilmu”)Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya.



Abdullah : “Apakah anda mempunyai suami?”

Wanita tua : “Laa tas-alu ‘an asy ya-a in tubda lakum tasu’kum” (QS. Al-Maidah : 101) (“Jangan kamu menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu”)Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya bertanya kepadanya.



Abdullah : “Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?”

Wanita tua : “Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid dunya.” (QS. Al-Kahfi : 46) (“Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia”)Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.



Abdullah : “Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini?”

Wanita tua : “Wa alaamatin wabin najmi hum yahtaduun” (QS. An-Nahl : 16) (“Dengan tanda bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk”)Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan.



Abdullah : “Adakah orang yang akan kenal atau keluarga dalam kemah ini?”

Wanita tua : “Wattakhodzallahu ibrohima khalilan” (QS. An-Nisa’ : 125) (“Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang dikasihi”) “Wakallamahu musa takliima” (QS. An-Nisa’ : 146) (“Dan Allah berkata-kata kepada Musa”) “Ya yahya khudil kitaaba biquwwah” (QS. Maryam : 12) (“Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh”)Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah anak-anak muda yang bernama tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita itu.

Wanita tua : “Fab’atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho’aaman fal ya’tikum bi rizkin minhu.” (QS. Al-Kahfi : 19) (“Maka suruhlah salah seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia membawa makanan itu untukmu”)Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu perempuan tua itu berkata :

Wanita tua : “Kuluu wasyrobuu hanii’an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah” (QS. Al-Haqqah : 24) (“Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu”)Abdullah : “Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya.”Ketiga anak muda ini secara serempak berkata :”Beliau adalah orang tua kami.



Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat Al-Qur’an, hanya karena khawatir salah bicara.”Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya saya pun berucap :”Fadhluhu yu’tihi man yasyaa’ Wallaahu dzul fadhlil adhiim.” (QS. Al-Hadid : 21) (“Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya, Allah adalah pemberi karunia yang besar”)



[Disarikan oleh: DHB Wicaksono, dari kitab Misi Suci Para Sufi, Sayyid Abubakar bin Muhammad Syatha,

ORANG-ORANG BAHAGIA

“Allah tidak menerima amal, kecuali amal yang dikerjakan dengan ikhlas karena Dia semata-mata dan dimaksudkan untuk mencari keridhaan-Nya” (HR. Ibnu Majah).

Setiap orang pasti ingin bahagia atau beruntung. Kebahagiaan dan keberuntungan itu dibahasakan oleh Rasulullah saw dengan kata thuuba yang artinya kebaikan yang banyak, beruntung atau bahagia. Dalam kehidupan masyarakat, orang yang bahagia seringkali dikonotasikan sebagai orang yang memiliki harta atau fasilitas hidup yang memadai. Namun Rasulullah saw menunjukkan kriteria lain dari orang yang bahagia. Melalui tulisan ini, akan kita bahas empat golongan orang yang termasuk orang yang bahagia dengan kebahagiaan yang sesungguh-sungguhnya :



1. Asing Dalam Keshalehan.



Menjadi shaleh merupakan sesuatu yang amat penting dalam kehidupan ini, karenanya para Nabi yang sudah tidak perlu kita ragukan keshalehannya masih saja berdo’a agar dimasukkan ke dalam kelompok orang-orang yang shaleh.

Menjadi orang yang shaleh dengan selalu memegang prinsip kebenaran merupakan sesuatu yang terasa asing atau aneh di tengah-tengah masyarakat yang rusak. Nabi Muhammad saw pernah dituduh gila dan tukang sihir oleh masyarakatnya yang jahiliyah, pada zaman sekarang orang jujur dibilang bodoh dan orang benar dibilang ketinggalan zaman alias jadul (jaman dulu).

Meskipun demikian berbahagialah kita bila tetap dalam keadaan shaleh meskipun terasa asing bagi orang lain, hal ini karena keshalehan merupakan sesuatu yang amat mulia, Rasulullah saw bersabda: Berbahagialah orang-orang asing, Sahabat bertanya: siapakah orang yang asing itu Ya Rasulullah?. Jawab beliau: orang-orang shaleh ditengah orang-orang jahat yang banyak, yang mendurhakai mereka lebih banyak daripada yang mentaati mereka (HR. Ahmad).



Oleh karena itu dalam kehidupan masyarakat yang rusak, orang yang ingin memperoleh kebahagiaan yang hakiki memiliki pendirian yang kuat, ia tidak akan iarut dengan keadaan, ia bukanlah seperti bunglon yang mudah berubah warna karena pengaruh lingkungan, tapi ia seperti emas yang tetap emas, dimanapun ia berada.



Karenanya sikap dan pendiriannya dalam mempertahankan keshalehan amat jelas, Rasulullah saw bersabda. Janganlah kamu menjadi orang yang “ikut-ikutan” dengan mengatakan kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya (HR. At-Tirmidzi)



2. Beriman Kepada Nabi Meski Tidak Menjumpainya.



Ketika seseorang beriman kepada Nabi Muhammad saw karena hidup pada masanya dan berjumpa dengan beliau, Jika itu merupakan sesuatu yang tidak terlalu istimewa, karena mereka memang melihat langsung peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan keimanan yang membuat mereka menjadi yakin akan kebenaran misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.



Karena itu keimanan kita kepada Nabi Muhammad saw menjadi amat istimewa dibanding keimanan para sahabat yang memang hidup dan berjumpa dengan beliau, hal ini karena kita yakin dan beriman kepada beliau, padahal kita tidak pernah melihat beliau. Keistimewaan ini bisa tujuh kali lebih baik dibanding beriman pada saat berjumpa dengan beliau. Inilah yang oleh Rasulullah saw dinyatakan sebagai kebahagiaan tersendiri sebagaimana disebutkan dalam sabdanya : Berbahagialah orang yang melihatku dan beriman kepadaku sekali. Dan Berbahagialah orang yang tidak melihatku dan beriman kepadaku, tujuh kali (HR. Ahmad, Bukhari, Ibnu Hibban dan Hakim).



Karena keimanan kepada Nabi Muhammad saw pada zaman sekarang ini sangat istimewa, maka berbagai cara dilalukan orang untuk menghambat keimanan itu, misalnya dengan menjelek-jelekan Nabi Muhammad saw agar kita menjadi ragu. Namun keyakinan ini tidak akan bergeser, bahkan semakin mantap bagi kita untuk meneladani kehidupan Rasulullah saw, karena memang Allah swt telah menjadikannya sebagai figur teladan yang abadi sebagaimana firman-Nya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hah kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al Ahzab)



3. Beramal Dengan Dasar llmu.



Setiap muslim amat dituntut untuk menuntut ilmu, bahkan menuntut ilmu itu tidak ada batas waktunya selama kita masih hidup sehingga tidak mengenal kata selesai dan kitapun tidak boleh merasa sudah banyak memiliki ilmu meskipun kata orang ilmu kita sudah banyak. Karena itu, keutamaan menuntut ilmu sangat besar dalam pandangan Allah swt dan Rasul-Nya, dalam satu hadits Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam rangka menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali (HR. Bukhari dan Muslim).

Sesudah ilmu didapat, maka seorang muslim harus beramal shaleh dengan ilmunya itu sehingga ia tidak ikut-ikutan dalam bersikap dan beramal, karena semua amal manusia akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah swt, karenanya menjadi kebahagiaan tersendiri bila kita bisa beramal shaleh dengan landasan ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan, Rasulullah saw bersabda : Berbahagialah orang yang beramal dengan ilmunya (HR. Bukhari).



4. Ikhlas



Secara harfiyah, Ikhlas berasal dari kata khalasho, yakhlushu, khuluushon yang berarti bersih tidak bercampur. Atau khaalishun yang berarti bersih-murni. Secara istilah, Qardhawi menyatakan ikhlash adalah menghendaki keridhaan Allah dalam beramal, membersihkannya dari noda individual dan duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal kecuali karena Allah dan akhirat. (DR. Yusuf Al Qardawi : Niat dan Ikhlas hal. 17).

Keikhlasan merupakan syarat untuk bisa diterimanya amal oleh Allah swt. Dalam suatu hadits, Rasulullah saw bersabda: Allah tidak menerima amal, kecuali amal yang dikerjakan dengan ikhlas karena Dia semata-mata dan dimaksudkan untuk mencari keridhaan-Nya (HR. Ibnu Majah).

Manakala keikhlasan bisa kita miliki dalam setiap amal, maka hat ini merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kita, karena tidak ada manusia bisa menuduh negatif dari amal yang kita lakukan karena yang kita lakukan hanya karena Allah bukan karena kepentingan-kepentingan duniawi yang sesaat.



Apalagi dengan keikhlasan itu kita akan terus menerus melakukan kebaikan, baik sedikit maupun banyak orang yang melakukan, ia tidak terpengaruh oleh jumlah apalagi pujian atau celaan, inilah yang menjadi inspirasi bagi orang untuk beramal shaleh, Rasulullah saw bersabda: Berbahagialah orang-orang yang ikhlas, mereka adalah pelita-pelita hidayah yang menjadi terang dari mereka setiap fitnah yang gelap (HR. Abu Nu’aim).



Manakala kita ikhlas dalam beramal, maka amal yang berat sekalipun akan terasa ringan untuk dikerjakan, namun tanpa keikhlasan, amal yang sebenarnya ringanpun akan terasa menjadi berat yang membuat kita tidak antusias untuk melaksanakannya.

Kebahagiaan orang yang ikhlas semakin bertambah karena dengan keikhlasannya itu keimanannya menjadi semakin sempurna dan memiliki iman yang sempurna merupakan dambaan bagi setiap mukmin, Rasulullah saw bersabda : barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya (HR. Abu Daud).

Dengan demikian, kita menjadi orang yang bahagia bila menjalani hidup sebagaimana yang ditentukan Allah swt.



Sumber : Buletin Khairu Ummah Edisi 45 - Desember 2007



Manakala Allah membuka Hijab

oleh Nurassajati Purnama Allam

Assalamu alaikum wr.wb.

Bissmillah Alhandulillah.



Sahabat

Sebagaimana biasa disetiap pagi aku suka memandangi bunga dan tanaman yang ada dihalaman dan tanpa sengaja aku pun melihat Seekor kekupu yang Sangat lucu dan juga cantik sehingga tampak indah dipandang mata dan aku pun berkata dalam hati betapa Maha Sempurnanya Sang pencipta Allah Subhannahu wata alla yang telah menciptakannya.



Dan Setelah kita amati Ternyata hewan yang satu ini berasal dari ulat. Sedangkan Ulat adalah hewan yang dibenci oleh sebagian orang atau bahkan mungkin oleh semua orang, sedangkan kupu-kupu adalah binatang yang disukai oleh hampir semua orang.



Dari sini kita akan dapat melihat perbedaan yang sangat mencolok dari binatang ini ketika menjadi seekor ulat dan menjadi seekor kupu-kupu. lalu kenapa kupu-kupu yang semula ulat menjadi seekor hewan yang sangat indah dan cantik. Lalu bagaimana Jawabannya, tentu karena dia mempunyai fase yang sangat penting yaitu fase kepompong, dimana fase ini seekor kupu-kupu akan merubah dirinya yang sebelumnya hanya seekor ulat yang berubah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik.



Begitu pun dengan manusia, Manusia ia mempunyai fase yang sangat penting seperti kupu-kupu, yaitu di Bulan Ramadhan. Jika saja dalam 11 bulan yang lalu kita menjadi seekor ulat yang tidak disukai oleh semua orang, karena berkelakuan kita yang tidak baik dan buruk .

Maka pada bulan Ramadhan kita berusaha menjadi baik laksana bagaikan kepompong. Kecuali bagi Sebagian Orang yang memang selalu memelihara dirinya dan selalu berusaha untuk memperbaiki dirinya, hingga menjadi Manusia yang baik dan Mulia. Laksana bagaikan kepompong yang berubah sehingga menjadi seekor kupu-kupu yang cantik.



Dan di Bulan Ramadhan inilah Manusia melaksanakan Saum guna untuk membersihkan diri.



Dengan artian bahwa yang sebelumnya kita bertingkah tidak baik, dan berlaku buruk sehingga menjadi baik dan hal ini tentunya hal ini merupakan perbuatan yang disukai oleh semua orang, dan menjadi seorang Manusia yang berhati Mulia dan mempunyai ahlak yang baik. Tentu saja hal itu setalah kita melewati fase yang penting yaitu sewaktu kita berusaha untuk memperbaiki diri dan hal itu pada umumnya dilakukan di Bulan Ramadhan.



Selain itu ada fenomena yang menarik dari binatang kupu-kupu ini ketika berada dikepompong. Setelah kepompong diteliti, ternyata didalam kepompong ulat melakukan gerakan kepala layaknya orang yang sedang berdzikir. Artinya ketika manusia berada pada bulan ramadhan haruslah membenahkan diri dan mensucikan hati dengan beribadah kepada Allah SWT, baik melalui hubungan yang bersifat vertikal maupun horizontal. Agar setelah buan ramadhan kita menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan disukai banyak orang.



Perjalanan kupu-kupu ketika hiduppun akan teratur dan terarah, artinya dia tidak akan semena-mena dalam melakukan sesuatu, ini terbukti bahwa seekor kupu-kupu pasti berkunjung ditempat-tempat yang indah dan tempat-tempat yang banyak sekali bunganya, dan kupu-kupu tak akan pernah hidup serta berkunjung ditempat yang kumuh. Tingkah laku ini pun patut untuk dicermati dan ditiru oleh manusia. Manusia pun harus seperti kupu-kupu yang mengunjungi tempat-tempat yang diridhoi oleh Allah SWT, dan tidak mengunjungi tempat yang akan membuat murka Allah SWT.



Bukan hanya itu saja, masih banyak lagi tingkah kupu-kupu yang sangat fenomena, salah satunya adalah ketika dia memakan sesuatu, kupu-kupu pasti memakan makanan yang baik, dia memakan makanan yang bersih dan bermanfaat seperti sari madu yang ada di bunga-bunga, bahkan disaat dia memakan sari madu bunga, bukannya merugikan bunga tersebut, tetapi malah akan bermanfaat bagi bunga tersebut dalam proses penyerbukan, berbeda halnya ketika kupu-kupu tersebut masih menjadi seekor ulat. Seekor ulat dia memakan dedaunan, dia bisa saja merusak keindahan pohon bahkan bisa saja berakibat fatal yaitu akan terjadi kematian pohon tersebut. Manusia juga demikian jika pada sebelum ramadhan yang hanya bisa nya menjadi benalu orang lain, tetapi sesudah ramadhan kita menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, karena manusia yang paling baik adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.



Semua yang dicontohkan oleh kupu-kupu di atas, bisa dikatakan sebagai pesan Allah SWT. untuk para hambanya bagaimana dalam menjalani hidup ini. Oleh karena itu sudah selayaknya kita menjadi kepompong pada bulan ramadhan dan setelah bulan ramadhan kita akan menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah. Amin. 

A W A N

Di sebuah tempat nan jauh dari kota, tampak seorang pemuda bergegas menuju surau kecil. Wajahnya menampakkan kegelisahan dan kegamangan. Ia seperti mencari sesuatu di surau itu.



"Assalamu'alaikum, Guru!" ucapnya ke seorang tua yang terlihat sibuk menyapu ruangan surau. Spontan, pak tua itu menghentikan sibuknya. Ia menoleh ke si pemuda dan senyumnya pun mengembang. "Wa'alaikumussalam. Anakku. Mari masuk!" ucapnya sambil meletakkan sapu di sudut ruangan. Setelah itu, ia dan sang tamu pun duduk bersila.



"Ada apa, anakku?" ucapnya dengan senyum yang tak juga menguncup. "Guru. Aku diterima kerja di kota!" ungkap sang pemuda kemudian. "Syukurlah," timpal sang kakek bahagia. "Guru, kalau tidak keberatan, berikan aku petuah agar bisa berhasil!" ucap sang pemuda sambil menunduk. Ia pun menanti ucapan sang kakek di hadapannya.



"Anakku. Jadilah seperti air. Dan jangan ikuti jejak awan," untaian kalimat singkat meluncur tenang dari mulut si kakek. Sang pemuda belum bereaksi. Ia seperti berpikir keras memaknai kata-kata gurunya. Tapi, tak berhasil. "Maksud, Guru?" ucapnya kemudian.



"Anakku. Air mengajarkan kita untuk senantiasa merendah. Walau berasal dari tempat yang tinggi, ia selalu ingin ke bawah. Semakin besar, semakin banyak jumlahnya; air kian bersemangat untuk bergerak ke bawah. Ia selalu mencari celah untuk bisa mengaliri dunia di bawahnya," jelas sang kakek tenang. "Lalu dengan awan, Guru?" tanya si pemuda penasaran.



"Jangan sekali-kali seperti awan, anakku. Perhatikanlah! Awan berasal dari tempat yang rendah, tapi ingin cepat berada di tempat tinggi. Semakin ringan, semakin ia tidak berbobot; awan semakin ingin cepat meninggi," terang sang kakek begitu bijak. "Tapi anakku," tambahnya kemudian. "Ketinggian awan cuma jadi bahan permainan angin." Dan si pemuda pun tampak mengangguk pelan.



**



Seribu satu harap kerap dialamatkan buat para pegiat kebaikan. Mereka yang berharap adalah kaum lemah yang butuh perlindungan, kaum miskin yang menginginkan bantuan, dan masyarakat awam yang rindu bimbingan.



Rangkaian harap itu berujung pada satu titik: agar mutu baik para pegiat kebaikan tidak cuma berhenti pada diri si pelaku. Tapi, bisa mengalir ke kaum bawah: membasahi cekungan harap yang kian mengering, dan menghidupkan benih-benih hijau yang mulai menguning.



Sayangnya, tidak semua mutu pegiat kebaikan selalu seperti air yang mengalir dan terus mengalir menyegarkan kehidupan di bawahnya. Karena ada sebagian mereka yang justru sebaliknya, seperti awan yang kian menjauh meninggalkan bumi. Seolah ada yang ingin mereka ungkapkan: selamat tinggal dunia bawah; maaf, kami sedang asyik bercengkrama bersama angin. (mnuh)



(Eramuslim)

DI BALIK KEGAGALAN SELALU ADA HIKMAH



Sahabat, tak ada satu pun manusia yang menginginkan kegagalan, semua ingin sebaliknya. Tapi tak satupun manusia dapat menolak kegagalan, sebab ia hadir dalam setiap milio kehidupan. Kegagalan adalah ukuran-ukuran yang tak pernah baku takarannya. Setiap orang berbeda. Setiap zaman berbeda. Setiap tempat berbeda. Karenanya kegagalan selalu memilki makna yang berbeda…
Mengapa berbeda?

Sahabat, untuk menjawab pertanyaan di atas, maka kita perlu memahami anatomi kegagalan. Kegagalan adalah persepsi. Persepsi yang timbul karena adanya gap antara harapan dan kenyataan. Tak peduli gap itu jauh atau tidak, tipis atau menganga, adanya gap itulah yang disebut kegagalan.

Karena kegagalan adalah persepsi, maka besarnya nilai kegagalan pada setiap orang tergantung persepsinya. Jika persepsi anda tentang sekolah adalah naik kelas, maka peristiwa tinggal kelas adalah musibah dan bencana. Tapi jika persepsi anda tentang sekolah adalah ilmu, maka persitiwa tinggal kelas hanyalah masalah waktu. Persitiwa yang sama, tetapi memiliki makna berbeda. Sebab lahir dari persepsi yang berbeda…

Nah sahabat! Dalam persepsi inilah terletak sebuah syubhat. Syubhat, sebab ada unsur ketidakpastian di dalamnya. Sesuatu yang kita persepsi baik untuk kita, belum tentu benar-benar baik untuk kita. Dan sesuatu yang kita persepsi buruk, belum tentu sungguh-sungguh buruk untuk kita. Dari sinilah kita mengenal hikmah.

Kegagalan yang menyebabkan kita tahu penyebabnya adalah hikmah…

Kegagalan yang mengingatkan kita pada keterbatasan diri adalah hikmah…

Kegagalan yang menyadarkan kita tentang kerendahan hati adalah hikmah…

Kegagalan yang menuntun kita pada jalan kesuksesan adalah hikmah…

Kegagalan yang menyelamatkan kita dari keterlanjuran adalah hikmah…

Kegagalan yang mengingatkan kita pada Tuhan, juga adalah hikmah…

Dibalik kegagalan, selalu ada hikmah…

Tapi sahabat, tidak semua orang mampu melihat hikmah. Mereka yang mata hatinya selalu tertutup dan pandangan hidupnya penuh prasangka tidak akan mampu melihat hikmah sebuah kegagalan. Bagi mereka kegagalan itu adalah musibah, bencana, bahkan mungkin azab. Sehingga kumpulan kegagalan yang dialami terus membebani seperti gunung yang terus bertambah. Hidup mereka suram, putus asa, penuh prasangka…

Tetapi bagi mereka yang mata hatinya selalu terbuka, kegagalan senantiasa memberikan jutaan ibrah. Kegagalan seperti rambu-rambu jalan yang menjadi penuntunnya menemukan rel yang sesungguhnya. Kegagalan menjadi pertanda semakin dekatnya pintu kesuksesan. Seperti ribuan kali kegagalan Alfa Edison mengantarkannya pada penemuan bola lampu yang menerangi dunia. Seperti juga ratusan kali kegagalan Kolonel Sanders mengantarkannya pada resep fried chicken yang menghipnotis lidah penduduk bumi.

Sahabat, mungkin saja kegagalan kita kali ini adalah pertanda semakin dekatnya tujuan. Mungkin saja kegagalan kita hari ini adalah cara Allah menyadarkan kita tentang celah-celah kekurangan yang mesti kita tambal. Mungkin saja kegagalan kita sekarang ini untuk menunjukkan kebocoran-kebocoran yang mesti kita tutupi, agar pejalanan menuju tujuan akhir lebih lapang. Semua ada hikmahnya. Dan hanya hati yang jernih dan pikiran terbuka mutiara hikmah dari kegagalan hari ini dapat kita temukan…

So, buka hati, jernihkan pikiran, dan maknailah kekalahan kita hari ini, sobat…

Kamis, 30 September 2010

Golongan Darah & Tipe Kepribadian




Golongan darah A

Biasanya orang yang bergolongan darah A ini berkepala dingin, serius, sabar dan kalem atau cool, bahasa kerennya.

Orang yang bergolongan darah A ini mempunyai karakter yang tegas, bias di andalkan dan dipercaya namun keras kepala.

Sebelum melakukan sesuatu mereka memikirkannya terlebih dahulu.

Dan merencanakan segala sesuatunya secara matang.

Mereka mengerjakan segalanya dengan sungguh-sungguh dan secara konsisten.

Mereka berusaha membuat diri mereka se wajar dan ideal mungkin.

Mereka bisa kelihatan menyendiri dan jauh dari orang-orang.

Mereka mencoba menekan perasaan mereka dan karena sering melakukannya mereka terlihat tegar.

Meskipun sebenarnya mereka mempunya sisi yang lembek seperti gugup dan lain sebagainya.

Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang tidak sependapat.

Makanya mereka cenderung berada di sekitar orang-orang yang ber’temperamen’ sama.



Golongan darah B


Orang yang bergolongan darah B ini cenderung penasaran dan tertarik terhadap segalanya.

Mereka juga cenderung mempunyai terlalu banyak kegemaran dan hobby.

Kalau sedang suka dengan sesuatu biasanya mereka menggebu-gebu namun cepat juga bosan.

Tapi biasanya mereka bisa memilih mana yang lebih penting dari sekian banyak hal yang di kerjakannya.

Mereka cenderung ingin menjadi nomor satu dalam berbagai hal ketimbang hanya dianggap rata-rata.

Dan biasanya mereka cenderung melalaikan sesuatu jika terfokus dengan kesibukan yang lain.

Dengan kata lain, mereka tidak bisa mengerjakan sesuatu secara berbarengan.

eka dari luar terlihat cemerlang, riang, bersemangat dan antusias.

Namun sebenarnya hal itu semua sama sekali berbeda dengan yang ada didalam diri mereka.

Mereka bisa dikatakan sebagai orang yang tidak ingin bergaul dengan banyak orang.



Golongan darah O


Orang yang bergolongan darah O, mereka ini biasanya berperan dalam menciptakan gairah untuk suatu grup.

Dan berperan dalam menciptakan suatu keharmonisan diantara para anggota grup tersebut.

Figur mereka terlihat sebagai orang yang menerima dan melaksakan sesuatu dengan tenang.

Mereka pandai menutupi sesuatu sehingga mereka kelihatan selalu riang, damai dan tidak punya masalah sama sekali.

Tapi kalau tidak tahan, mereka pasti akan mencari tempat atau orang untuk curhat (tempat mengadu)

Mereka biasanya pemurah (baik hati), senang berbuat kebajikan.

Mereka dermawan dan tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk orang lain.

Mereka biasanya di cintai oleh semua orang, “loved by all”.

Tapi mereka sebenarnya keras kepala juga, dan secara rahasia mempunyai pendapatnya sendiri tentang berbagai hal.

Dilain pihak, mereka sangat fleksibel dan sangat mudah menerima hal-hal yang baru.

Mereka cenderung mudah di pengaruhi oleh orang lain dan oleh apa yang mereka lihat dari TV.

Mereka terlihat berkepala dingin dan terpercaya tapi mereka sering tergelincir dan membuat kesalahan yang besar karena kurang berhati-hati.

Tapi hal itu yang menyebabkan orang yang bergolongan darah O ini di cintai.



Golongan darah AB

Orang yang bergolongan darah AB ini mempunyai perasaan yang sensitif, lembut.

Mereka penuh perhatian dengan perasaan orang lain dan selalu menghadapi orang lain dengan kepedulian serta kehati-hatian.

Disamping itu mereka keras dengan diri mereka sendiri juga dengan orang-orang yang dekat dengannya.

Mereka jadi cenderung kelihatan mempunyai dua kepribadian.

Mereka sering menjadi orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu dalam.

Mereka mempunyai banyak teman, tapi mereka membutuhkan waktu untuk menyendiri untuk memikirkan persoalan-persoalan mereka.

(dikutip dari Syibly Avivy A.M. 26 Jan’04)

Rabu, 25 Agustus 2010

Indahnya Hidup Bersahaja


K.H. Abdullah Gymnastiar

Bismillahirrohmaanirrohiim,

"Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
(QS Al-Asr(103):1-3)


Saudara-saudaraku Sekalian,
Kita tidak perlu bercita-cita membangun kota Jakarta, lebih baik kita
bercita-cita tiap orang bisa membangun dirinya sendiri. Paling minimal punya
daya tahan pribadi terlebih dahulu. Karenanya sebelum ia memperbaiki
keluarga dan lingkungannya minimal dia mengetahui kekurangan dirinya. Jangan
sampai kita tidak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan sampai kita
bersembunyi dibalik jas, dasi dan merk. Jangan sampai kita tidak mempunyai
diri kita sendiri. Jadi target awal dari pertemuan kita adalah membuat kita
berani jujur kepada diri sendiri. Mengapa demikian? Sebab seorang bapak
tidak bisa memperbaiki keluarganya, kalau ia tidak bisa memperbaiki dirinya
sendiri. Jangan mengharap memperbaiki keluarga kalau memperbaiki diri
sendiri saja tidak bisa. Bagaimana berani memperbaiki diri, jika tidak
mengetahui apa yang mesti diperbaiki.

Kita harus mengawali segalanya dengan egois dahulu, sebab kita tidak bisa
memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tidak terperbaiki. Seorang
ustad akan terkesan omong kosong, jika ia berbicara tentang orang lain agar
memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar. Dalam bahasa Al-Qur’an,
"Sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata yang tidak
diperbuatnya".
Mudah-mudahan seorang ibu yang tersentuh mulai mengajak suaminya. Seorang
anak mengajak orang tuanya, di kantor seorang bos yang berusaha memperbaiki
diri diperhatikan oleh bawahannya dan membuat mereka tersentuh. Seorang
kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh. Mudah-mudahan dengan
kegigihan memperbaiki diri nantinya daya tahan rumah mulai membaik. Kalau
sudah daya tahan rumah membaik insyaAllah, kita bisa berbuat banyak untuk
bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti setiap rumah tangga visinya tentang
hidup ini menjadi baik.

Tahap selanjutnya adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini, apakah mau
bermewah-mewahan, mau pamer bangunan dan kendaraan atau rumah tangga kita
ini adalah rumah tangga yang punya kepribadian yang nantinya akan menjadi
nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini menjadi rumah tangga yang
hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari cinta dunia ini. Orang
sekarang menyebutnya materialistis. Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya
terlalu banyak. Acara tv membuat kita menjadi yakin bahwa dunia ini alat
ukurnya adalah materi. Pelan tapi pasti kita harus mulai mengatakan dunia
ini tidak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya mampir. Dengan konsep yang
kita kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadinya bangga dengan merk
menjadi malu dengan topeng yang dikenakannya. Nanti pelan-pelan akan menjadi
begitu.
Bukannya kita harus hidup miskin. Nanti akan terjadi suasana di rumah tidak
goyah, lebih sabar, melihat dunia menjadi tidak ada apa-apanya dan tidak
sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’, ia punya mobil tidak
sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur, diambil satu persatu sampai
habis tidak sakit hati. Mengapa ? karena tukang parkir tidak merasa memiliki
hanya tertitipi.
Ketika melihat orang kaya biasa saja karena sama saja cuma menumpang di
dunia ini jadi tidak menjilat, kepada atasan tidak minder, suasana kantor
yang iri dan dengki jadi minimal.

Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi visi kita terhadap dunia ini akan berbeda. Kita tidak bergantung lagi
kepada dunia, tidak tamak, tidak licik, tidak serakah. Hidup akan bersahaja
dan proporsional. Sekarang kita sedang krisis, masa ini dapat menjadi
momentum karena dengan krisis harga-harga naik, kecemasan orang meningkat,
ini kesempatan kita buat berdakwah. Mau naik berapa saja harganya tidak
apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak terjangkau jangan beli, yang
penting adalah kebutuhan standar tercukupi. Orang yang sengsara bukan tidak
cukup tetapi karena kebutuhannya melampaui batas. Padahal Allah menciptakan
kita lengkap dengan rezekinya. Mulai dari buyut kita yang lahir ke dunia
tidak punya
apa-apa sampai akhir hayatnya masih makan dan dapat tempat berteduh terus.
Orang tua kita lahir tidak membawa apa-apa sampai saat ini masih makan
terus, berpakaian, dan berteduh. Begitu pula kita sampai hari ini. Hanya
saja disaat krisis begini kita harus lebih kreatif. Mustahil Allah
menciptakan manusia tanpa rezekinya kita akan bingung menghadapi hidup.
Semua orang sudah ada rezekinya. Dan barangsiapa yang hatinya akrab dengan
Allah dan
yakin segala sesuatu milik Allah, tiada yang punya selain Allah, kita milik
Allah. Kita hanya mahluk dan yang membagi, menahan dan mengambil rezeki
adalah Allah. Orang yang yakin seperti itu akan dicukupi oleh Allah.

Jadi kecukupan kita bukan banyak uang, tetapi kecukupan kita itu bergantung
dengan keyakinan kita terhadap Allah dan berbanding lurus dengan tingkat
tawakal. Allah berjanji "Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku". Jadi
jangan panik. Allah penguasa semesta alam. Ini kesempatan buat kita untuk
mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita terjamin adalah ketawakalan.
Jadi yang namanya musibah bukan kehilangan uang, bukan kena penyakit,
musibah itu adalah hilangnya iman. Dan orang yang cacat adalah yang tidak
punya iman, ia gagal dalam hidup karena tidak mengerti mau kemana.
Jadi kita tidak punya alasan untuk panik. Krisis seperti ini ada diman-mana,
kita harus kemas agar berguna bagi kita. Kita tidak bisa mengharapkan yang
terbaik terjadi pada diri kita, tapi kita bisa kemas agar menjadi yang
terbaik bagi diri kita. Kita tidak bisa mengharapkan orang menghormati kita,
tapi kita bisa membuat penghinaan orang menjadi yang terbaik bagi diri kita.

Hal pertama yang harus kita jadikan rahasia kecukupan kita adalah
ketawakalan kita dan kedua adalah prasangka baik kepada Allah, yang ketiga
adalah Lainsakartum laadziddanakum,"Barangsiapa yang pandai mensyukuri
nikmat yang ada", Allah akan membuka nikmat lainnya. Jadi jangan takut
dengan belum ada, karena yang belum ada itu mesti ada kalau pandai
mensyukuri yang telah ada. Jadi dari pada kita sibuk memikirkan harga barang
yang naik lebih baik memikirkan bagaimana mensyukuri yang ada. Karena dengan
mensyukuri nikmat yang ada akan menarik nikmat yang lainnya. Jadi nikmat itu
sudah tersedia. Jangan berpikir nikmat itu uang. Uang bisa jadi fitnah. Ada
orang yang dititipi uang oleh Allah malah bisa sengsara, karena ia jadi
mudah berbuat maksiat. Yang namanya nikmat itu adalah sesuatu yang dapat
membuat kita dekat dengan Allah. Jadi jangan takut soal besok/lusa, takutlah
jika yang ada tidak kita syukuri.

Satu contoh hal yang disebut kurang syukur dalam hidup itu adalah kalau
hidup kita itu Ishro yaitu berlebihan, boros, dan bermewah-mewahan.
Hati-hati yang suka hidup mewah, yang senang kepada merk itu adalah kufur
nikmat. Mengapa? Karena setiap Allah memberi uang itu ada hitungannya.
Mereka yang terbiasa glamour, hidup mewah, yang senang kepada merk termasuk
yang akan menderita karena hidupnya akan biaya tinggi. Pasti merk itu akan
berubah-ubah tidak akan terus sama dalam dua puluh tahun. Harus siap-siap
menderita karena akan mengeluarkan uang banyak utnuk mengejar kemewahannya,
untuk menjaganya dan untuk perawatannya. Dia juga akan disiksa oleh kotor
hati yaitu riya'. Makin mahal tingkat pamernya makin tinggi. Dan pamer itu
membutuhkan pikiran lebih, lelah dan tegang karena rampok akan berminat.
Inginnya diperlihatkan tapi takut dirampok jadinya pening. Makin tinggi
keinginan pamer makin orang lain menjadi iri/dengki. Pokoknya kalau kita
terbiasa hidup mewah resikonya tinggi. Ketentraman tidak terasa. Hal yang
bagus itu adalah yang disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau
proporsional. Kalau Amirul Mukminin hidupnya sangat sederhana, kalau seperti
kita ini hidup bersahaja saja, biaya dan perawatan akan murah.

Kalau kita terbiasa hidup bersahaja peluang riyanya kecil. Tidak ada yang
perlu dipamerkan. Bersahaja tidak membuat orang iri. Dan anehnya orang yang
bersahaja itu punya daya pikat tersendiri. Pejabat yang bersahaja akan
menjadi pembicaraan yang baik. Artis yang sholeh dan bersahaja selalu bikin
decak kagum. Ulama yang bersahaja itu juga membuat simpati. Juga harus
hati-hati kita sudah capai-capai hidup glamor belum tentu dipuji bahkan saat
sekarang ini akan dicurigai.Yang paling penting sekarang ini kita nikmati
budaya syukur dengan hidup proporsional. Jangan capai dengan gengsi, hal itu
akan membuat kita
binasa. Miliki kekayaan pada pribadi kita bukan pada topeng kita. Percayalah
rekan-rekan sekalian kita akan menikmati hidup ini jika kita hidup
proporsional.
Nabi Muhammad SAW tidak memiliki singgasana, istana bahkan tanda jasa
sekalipun hanya memakai surban Tetapi tidak berkurang kemuliaanya sedikitpun
sampai sekarang. Ada orang kaya dapat mempergunakan kekayaannya. Dia bisa
beruntung jika ia rendah hati dan dermawan. Tapi ia bisa menjadi hina
gara-gara pelit dan sombong. Ada orang sederhana ingin kelihatan kaya inilah
yang akan menderita. Segala sesuatu dikenakan, segalanya dicicil, dikredit.
Ada juga orang sederhana tapi dia menjadi mulai karena tidak meminta-minta,
jadi terjaga harga dirinya. Dan ada orang yang mampu dan ia menahan dirinya
ini akan menjadi mulia.

Mulai sekarang tidak perlu tergiur untuk membeli yang mahal-mahal, yang
bermerk. Supermarket, mal dan sebagainya itu sebenarnya tidak menjual
barang-barang primer. Allah Maha Menyaksikan. Apa yang dianjurkan Islam
adalah jangan sampai mubadzir. Rasul SAW itu kalau makan sampai nasi yang
terakhir juga dimakan, karena siapa tahu disitulah barokahnya. Kalau kita ke
undangan pesta jangan mengambil makanan berlebihan. Ini sangat tidak islami.
Memang kita enak saja rasanya tapi demi Allah itu pasti dituntut oleh Allah.
Dan itu mempengaruhi struktur rezeki kita, karena kita sudah kufur nikmat.
Kita harus bisa mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita karena tidak
ada yang kecil dimata Allah. Tidak ada pemborosan karena semua dihitung oleh
Allah.
Contohnya mandi, kalau bisa bersih dengan lima sampai tujuh gayung tapi
mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu beli air tetapi bukan untuk
boros. Ini penting kalau ingin barokah rezekinya, hematlah kuncinya. Kalau
merokok biaya yang kita keluarkan adalah besar hanya untuk membuang asap
dari mulut kita. Jangan cari alasan. Seharusnya sudah saatnya berhenti
merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah. Kemudian sabun mandi, jangan
memakai sesuka kita,
takarlah atau kalau perlu pakai sabun batangan. Kenapa kalau kita bisa hemat
tidak kita lakukan. Uang penghematan kita bisa gunakan untuk sedekah atau
menolong orang yang lebih membutuhkan. Sedekah itu tidak akan mengurangi
harta kita kecuali bertambah dan bertambah.

Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin
oleh harta/tabungan, kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali
tabungan kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yang dapat menjamin kita
kecuali Allah oleh karena itu jangan merasa aman dengan punya tabungan,
tanah, dan warisan. Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa
terhalang. Aman itu justru kalau kita bisa dekat dengan Allah. Mati-matian
kita jaga kesehatan, kalau Allah inginkan lain gampang saja. Semua harta
tidak bisa kita nikmati, tetapi kalau Allah melindungi kita Insya Allah.
Marilah hidup hemat, tetapi hemat bukan berarti pelit. Proporsional atau
adil adalah puncak dari ahlak Contohnya HP, kalau tidak terlalu perlu jual
saja lagi. Janganlah dimiliki kalau hanya untuk gaya saja. Penghematan akan
mengundang barokah inilah yang disebut syukur nikmat. Tujuan bukan mencari
uangnya tetapi mempertanggung jawabkan setiap rupiah yang Allah titipkan.

Hal lain yang membuat barokah adalah jika kita dapat mendayagunakan semua
barang-barang kita. Di gudang kita pasti banyak barang yang tidak kita pakai
tetapi sayang untuk dibuang. Coba lihat lemari pakaian kita banyak baju-baju
lama, begitu juga sepatu-sepatu lama kita. Keluarkanlah barang-barang yang
tidak berharga tersebut. Misalkan dirumah kita ada panci yang sudah
rongsokan,
jika kita keluarkan ternyata merupakan panci idaman bagi orang lain. Di
rumah kita tidak terpakai tetapi jika dipakai orang lain dengan
kelapangannya dan mengeluarkan doa bisa jadi itulah yang membuat kita
terjamin. Kalau kita ikhlas, demi Allah itu lebih menjamin rezeki kita
daripada tidak terpakai di rumah. Setiap barang-barang yang tidak bermanfaat
tetapi bermanfaat bagi orang lain itulah pengundang rezeki kita. Bersihkan
rumah kita dari barang-barang yang tidak berguna. Lebih baik rusak digunakan
orang lain daripada rusak dibiarkan di rumah, itu akan barokah rezekinya.

Ini kalau kita ingin terjamin, namanya teori barokah. Kita tidak akan
terjamin dengan teori ekonomi manapun. Sudah berapa banyak sarjana ekonomi
yang dihasilkan oleh universitas di negeri ini tetapi Indonesia masih saja
babak belur.
Rumusnya pertama adalah bersahaja, kedua adalah total hemat, ketiga adalah
keluarkan yang tidak bermanfaat, yang keempat adalah setiap kita
mengeluarkan uang harus menolong orang lain atau manfaat. Kalau mau belanja
niatkan jangan hanya mencari barang tetapi juga menolong orang. Belilah
barang di warung pengusaha kecil yang dapat menolong omzetnya. Hati-hati
dengan menawar, pilihannya kalau itu merupakan hal yang adil. Jangan bangga
kalau kita berhasil menawar. Nabi Muhammad SAW bahkan kalau beli barang
dilebihkan uangnya dari harga barang yang sebenarnya. Tidak akan berkurang
harta dengan menolong orang. Jangan memilih barang-barang yang bagus semua
pilihlah yang jeleknya sebagian. Kita itu untung jika membuat sebanyak
mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita sendiri untung
orang lain tidak.

Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya ketika karyawannya diperas
tenaganya, gajinya hanya pas buat makan, sedang kita berfoya-foya, demi
Allah kita akan rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan berfoya-foya, ia
akan menikmati karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri, yang ada
adalah cinta. Cinta membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih sehat.
Kalau kapitalis, pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahannya menderita.
Jadi timbul dendam dan iri setiap ada kesempatan akan marah seperti yang
terjadi di Bandung kemarin. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan mereka,
anaknya kita sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah namanya keuntungan.
Jadi mulai sekarang setiap membelanjakan uang harus menolong orang,
membangun ekonomi umat. Jadi setiap keluar harus multi manfaat bukan hanya
dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil mungkin uangnya untuk
menyekolahkan anaknya, membeli sejadah, membeli mukena, Subhanallah.

Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi krisis seperti ini akan berdampak positif kalau kita bisa mengemasnya
dengan baik. Nantinya ketika strategi rumah kita sudah bersahaja, kehidupan
kita jadi efisien, anak-anak terbiasa hidup hemat, kita di rumah tidak
mempunyai beban dengan banyaknya barang. Barang yang ada di rumah harus ada
nilai tambahnya,
bukan biaya tambah. Setiap blender harus ada nilai produktifnya misalnya
untuk membuat jus kemudian dijual, pasti barokah. Bukannya membuat biaya
tambah karena harus diurus, dirawat dan membutuhkan pengamanan, barang yang
seperti ini tidak boleh ada di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal
kita kreatif
saja. Tidak perlu panik Allah Maha Kaya.

Sebagai amalan lainnya, dalam situasi sesulit apapun tetaplah menolong orang
lain karena setiap kita menolong orang lain kita pasti ditolong oleh Allah.
Jika makin pahit, makin getir harus makin produktif bagi orang lain. Baik
sukses maupun tidak tetap lakukan dimanapun kita berada. Ketika kita sedang
berjalan kaki, kemudian ada mobil yang hendak parkir bisa kita beri aba-aba.
Ketika kita menyetir mobil ada yang mau menyebrang, dahulukan saja, kita
tidak tahu apa yang akan menimpa kita esok hari. Ketika kita sedang
mengantri ada orang yang memotong, berhentilah sebentar, dengan mengalah
berhenti barang lima menit tetapi membuat banyak orang bahagia.

Jadi insya Allah kalau hati kita sudah berbenah baik, krisis ini akan lebih
membuat hidup kita lurus. Hidup ini tidak akan kemana-mana kecuali menunggu
mati. Latihlah supaya kita sadar bahwa kita pasti mati tidak membawa
apa-apa. Kita hanya mampir sebentar di dunia ini.

Alhamdulilahirobil’alamin

Senin, 23 Agustus 2010

Rahasia Jodoh – Kahlil Gibran



Berpasangan engkau telah diciptakan
Dan selamanya engkau akan berpasangan
Bergandingan tanganlah dikau
Hingga sayap-sayap panjang nan lebar lebur dalam nyala
Dalam ikatan agung menyatu kalian
Saling menataplah dalam keharmonian
Dan bukanlah hanya saling menatap ke depan
Tapi bagaimana melangkah ke tujuan semula
Berpasangan engkau dalam mengurai kebersamaan
Kerana tidak ada yang benar-benar mampu hidup bersendirian
Bahkan keindahan syurga tak mampu menghapus kesepian Adam
Berpasangan engkau dalam menghimpun rahmat Tuhan Ya, bahkan bersama pula dalam menikmatinya
Kerana alam dan kurniaan Tuhan
Terlampau luas untuk dinikmati sendirian
Bersamalah engkau dalam setiap keadaan
Kerana kebahagiaan tersedia, bagi mereka yang menangis
Bagi mereka yang disakiti hatinya, bagi mereka yang mencari,
bagi mereka yang mencuba
Dan bagi mereka yang mampu memahami erti hidup bersama
Kerana mereka itulah yang menghargai pentingnya
orang-orang yang pernah hadir dalam kehidupan mereka
Bersamalah dikau sampai sayap-sayap sang maut meliputimu
Ya, bahkan bersama pula kalian dalam musim sunyi
Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu
Tempat angin syurga menari-nari diantara bahtera sakinahmu
Berkasih-kasihlah, namun jangan membelenggu cinta
Biarkan cinta mengalir dalam setiap titisan darah
Bagai mata air kehidupan
Yang gemerciknya senantiasa menghidupi pantai kedua jiwa
Saling isilah minumanmu tapi jangan minum dari satu piala
Saling kongsilah rotimu tapi jangan makan dari pinggan yang sama..
Menyanyilah dan menarilah bersama dalam suka dan duka
Hanya biarkan masing-masing menghayati waktu sendirinya
Kerana dawai-dawai biola, masing-masing punya kehidupan sendiri
Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya
Sebab itulah simfoni kehidupan
Berikan hatimu namun jangan saling menguasainya
Jika tidak, kalian hanya mencintai pantulan diri sendiri
Yang kalian temukan dalam dia
Dan lagi, hanya tangan kehidupan yang akan mampu merangkulnya
Tegaklah berjajar namun jangan terlampau dekat
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibina terlalu rapat?
Dan pohon jati serta pohon cemara
Tidak tumbuh dalam bayangan masing-masing?

Air yang Menetes dari Tahajud Cinta


menulis bara api
dengan air yang menetes
dari tahajud cinta
adalah sebentuk doa
untuk menghilangkan lelah semesta
setelah seharian berdesakan
pada setiap lipatan koran
dan genangan keringat
yang tak henti-henti
mengaliri jalanan
mengajarinya tentang tanya
ia membangun mimpinya menjadi menara
lihatlah anak-anak itu
ia bergerak sendirian
dari lelah dan keringat
tanpa muara
sebab angin tak pernah ramah menyapa
maka biarlah aku menulis bara api
dengan air yang menetes dari tahajud cinta
sebab ia adalah sebagian catatan peristiwa
yang harus ditegakkan oleh anak-anak kita yang papa
Sayang, bila air itu menetes lagi
dari tahajud cinta kita
biarlah menjadi sebentuk doa
sebab cinta lebih abadi dari segalanya

Sumber :Republika /Maftuhah Jakfar

Tauhid… Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat? Kita semua tentu menginginkannya. Hanya yang perlu untuk kita pertanyakan bagaimana cara untuk meraih keduanya. Sementara, kita yakini bersama bahwa Islam adalah agama yang ajarannya universal (menyeluruh). Islam satu-satunya agama yang mendapatkan legitimasi (pengakuan) dari Sang Pemiliknya yaitu Allah 'azza wa jalla.

Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin. Tidak didapatkan satu ajaran pun dalam Islam yang merugikan para pemeluknya, tidak ditemukan satu prinsip pun dalam Islam yang mencelakakan para penganutnya. Tetapi pada kenyataannya banyak kalangan yang hanya menitikberatkan perhatiannya pada dunia dan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Padahal Allah telah mengingatkan kita dengan firman-Nya,

"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridloannya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid: 20).

"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka telah usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (Huud: 15-16).

Saudaraku -yang semoga dirahmati Allah-, petunjuk Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam adalah sebaik-baik petunjuk. Siapa yang mengambilnya ia akan bahagia dan yang meninggalkannya akan celaka. Allah berfirman,
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih." (An-Nuur: 63).

Terbukti generasi yang bersamanya, yakni generasi para sahabat meraih gelar terbaik umat ini, karena mereka mengambil petunjuknya. Itulah mereka para sahabat yang telah berhasil meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Bagaimana tidak, sedang mereka mendapatkan bimbingan tauhid selama kurang lebih 13 tahun hingga akhirnya mereka memiliki landasan yang kokoh dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, tauhid itulah sebagai landasan yang menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Sebab mentauhidkan Allah adalah tujuan diciptakannya manusia. Allah berfirman,

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (Adz Dzariyaat: 56).
Ibnu Katsir berkata: makna "ya'buduun" dalam ayat ini adalah "yuwahhiduun" (mentauhidkan Allah). Al-Imam Al-Baghawi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma mengatakan: "Setiap perintah beribadah dalam Al Qur'an maka maknanya adalah tauhid."

Saudaraku -yang semoga dirahmati Allah-, bagaimana tidak dikatakan bahwa tauhid sebagai landasan yang akan menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan Allah meridhai ahli tauhid. Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda,
"Sesungguhnya Allah meridhai kalian tiga perkara: kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berpegang teguh dengan tali Allah semuanya dan jangan bercerai berai, dan memberikan nasihat kepada orang yang Allah jadikan pemimpin atas urusan-urusan kalian." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Itulah tauhid. Tauhid adalah jalan untuk mendapatkan dua kebahagiaan tersebut, sebab dengan menegakkan tauhid berarti menegakkan keadilan yang paling adil. Sementara tujuan Allah mengutus rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya adalah supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Allah berfirman,

"Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyatam dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." (Al-Hadiid: 25).
Tauhid sebagai landasan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat karena keamanan serta petunjuk di dunia dan akhirat hanya akan dicapai oleh para ahli tauhid. Allah berfirman,

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'aam: 82).
Ibnu Katsir mengatakan pada ayat ini: "Yaitu mereka yang memurnikan ibadahnya untuk Allah saja dan tidak berbuat kesyirikan dengan sesuatu apapun, mereka mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan petunjuk di dunia dan akhirat."

Jadi memang tauhidlah yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki. Karena khilafah di muka bumi serta kehidupan yang damai, aman, dan sentosa berbangsa dan bernegara hanya akan diraih melalui tauhid. Allah berfirman,

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi. Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, semula mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (An-Nuur: 55).

Saudaraku -yang semoga dirahmati Allah-, ahli tauhid mereka orang-orang yang akan mendapatkan jaminan surga dari Allah. Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya, ia akan masuk neraka." (HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah).
Ahli tauhid mereka orang-orang yang akan berbahagia dengan syafa'atnya Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam . Abu Hurairah bertanya kepada Nabi shallallahu ?alaihi wasallam , "Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa'atmu?" Beliau menjawab, "Orang yang mengatakan 'Lailaha ilallah' ikhlas dari lubuk hatinya." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Ahli tauhid mereka orang-orang yang terjaga dan terpelihara darah dan hartanya. Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukannya, mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali dengan hak-hak Islam, dan perhitungannya atas Allah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).

Demikianlah Saudaraku -kaum muslimin- tauhid adalah rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat, karena yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba adalah tauhid. Allah berfirman,
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilah yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (Al-Anbiyaa: 25).

Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam berkata kepada sahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu 'anhu ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman
"Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari Ahli Kitab. Jika Engkau mendatanginya maka serukanlah kepada mereka supaya mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah -yang berhak untuk diibadahi- kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah..." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu).

Imam Al-Hafizh Al-Hakami mengatakan, "Kewajiban pertama atas hamba, mengenal Ar-Rahmaan (Allah) dengan tauhid." Dan tauhid juga yang menjadi kewajiban terakhir atas seorang hamba, ketika menjelang kematiannya Abu Thalib, Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam datang menemuinya dan berkata,
"Wahai paman, ucapkanlah 'Lailaha ilallah', kalimat yang menjadi hujjah untukmu di sisi Allah..." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Sa'id ibnul Musayyab dari bapaknya (Musayyab)).

Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam juga bersabda,
"Barangsiapa yang akhir ucapannya 'Lailaha ilallah', ia akan masuk surga."
Semoga Allah memberikan taufiq kepada yang dicintai dan diridhainya. Amin ya Mujibas sailiin.

(Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf dari Bulletin al Wala wal Bara Edisi ke-7 Tahun ke-1 / 24 Januari 2003 M / 21 Dzulqa'dah 1423 H. Judul asli Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat)

Jumat, 13 Agustus 2010

Jangan Tertipu

Salah satu asma Allah adalah Al-Alim yaitu Allah Maha Mengetahui. Dia mengetahui segala-galanya, mulai dari hal-hal yang sangat kecil dan samar apalagi hal-hal yang nyata.

Meski ada semut hitam berjalan di batu hitam di tengah gulitanya malam, sungguh Allah tetap mengetahuinya dengan sangat detail. Demikian pula, Allah Mahatahu segala yang kita lakukan, sekecil apa pun, entah itu lirikan mata, lintasan niat dalam hati, harta yang dinafkahkan, dan sebagainya Allah Maha tahu segalanya.

Allah SWT berfirman, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bund dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)“. (QS. Al-An’am [6]: 59).

Keyakinan kita akan kemampuan Allah dalam mengetahui segala sesuatu akan membuat kita terpelihara dari hal-hal negatif. Sebaliknya, manakala kesadaran kita akan kemaha tahuan Allah SWT lemah, maka kita akan terjebak dalam perangkap ketertipuan dalam beramal. Agama menyebutnya ghurur. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan semua segi amaliyah yang dilakukan, sehingga tidak lagi berarti di hadapan Allah SWT.

Dalam hal ilmu misalnya, ada empat jenis orang yang tertipu berkaitan dengan ilmu yang dimilikinya.

1. Ada yang berilmu, tapi ia tidak melak-sanakan ilmunya. la rnerasa terhormat dengan jabatan dan gelar-gelar keilmuan-nya. Ia yakin akan selamat dunia akhirat. Padahal, ilmu itu pemandu amal. Tidak berguna ilmu tanpa diamalkan.

2. Ada orang berilmu dan ia mengamalkan ilmunya, namun ia tidak pernah menjaga niatnya. Padahal amal itu tidak hanya harus sah (rukunnya dilakukan) tapi juga harus diterima. Nah, diterima ini urusan niat. Banyak pekerjaan yang sebenamya biasa-biasa saja, tetapi karena niatnya benar ia menjadi bemilai ibadah, dan ada pula pekerjaan yang luar biasa, tapi karena tidak dibarengi niat yang benar, ia menjadi sia-sia, bahkan bisa berujung menjadi dosa.

3. Ada pula yang tahu ilmu dan mau mengajarkannya kepada orang lain, namun ia sendiri tidak mampu inengamal-kannya. Misal, ceramah mengajak orang lain berbuat kebaikan, namun ia tidak melaksanakannya. Dakwah yang baik itu bukan memperbaiki orang lain, tapi memperbaiki diri. Orang semacam ini sungguh tertipu. la bagaikan lilin, menerangi yang lain namun dirinya terbakar.
4. Ada yang memiliki ilmu namun sayang, ia mengklaim dirinya dan kelompoknya yang paling shaleh. Sehingga surga diklaim menjadi miliknya dan kelompoknya. Sungguh orang ini tertipu. Bukankah dimensi agama itu luas, sehingga tidak mungkin surga diborong sendiri?

Ada pula ghurur dalam hal ibadah. Ghurur dalam ibadah biasanya masuk lewat niat. Tak jarang kita temui seseorang berulang-ulang melakukan takbir, ketika memulai sholat.
Ada pula yang shalatnya disibukkan dengan urusan tajwid dan makhraj, tapi mengabaikan makna. Shalat khusyuk tidak sekadar benar bacaannya, tapi juga derajat tuma’ninah dan penghayatan bacaan. Ada juga yang tertipu waktu shalat, sehingga terlalu buru-buru dalam bacaannya.
Menangis dalam shalat juga bisa menipu. Ada yang memang benar menangis karena Allah, tapi ada juga menangis ketika merasa diketahui orang lain. Ada juga melakukan shalat yang lama, tapi karena untuk menyaingi orang di sebelahnya. Mahasuci Allah yang mengetahui isi hati.

Ada juga ghurur dalam ceramah. Ada yang mengutip kitab-kitab, karena ingin disangka pandai. Termasukpula rendah had. Dalam kita al-Hikam disebutkan, “Siapa yang merasa rendah hati, dan ia merasa mulia dengan rendah hati, hakikatnya ia telah sombong“. Saat orang merasa mulia ketika melakukan sesuatu, maka sebenarnya ia menganggap tidak layak melakukan hal tersebut.

Kenapa bisa sampai tertipu? sebab dalam setiap melakukan aktifitas orientasinya adalah makhluk,bukan Khaliq. Maka semakin kita ingin mendapat penilaian dari makhluk, semakin tertipulah diri kita.

Semua amalari berpeluang tertipu, kalau belum Allah yang menjadi tujuannya. Maka kita harus beijuang keras agar kita masuk ke titik yakin, bahwa Allah SWT Maha Mengetahui segalanya dan akan mempemitungkan semua yang kita lakukan. Maka dari itu pelihara niat, cukup hanya Allah yang menjadi tujuan kita.
Sumber : Buletin Mimbar Jum’at

Syarat-Syarat Hijab yang Syar’i

Dan di antara syarat-syarat hijab, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama, bahwa hijab itu memiliki delapan persyaratan. Hijab seorang wanita muslimah itu tidaklah menjadi hijab yang syar’iy, sempurna, sampai memenuhi delapan syarat ini. Syarat yang pertama, bahwa pakaian tersebut menutupi seluruh tubuhnya. Berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاء بُعُولَتِهِنَّ..الأية

Tidak diperbolehkan bagi wanita untuk menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami-suaminya demikian pula kepada ayah-ayahnya dan kepada ayah-ayah dari suami-suami mereka (Q.S.24-31).

Demikian pula disebutkan dalam hadis Asma, dan yang semakna dengannya adalah hadis Asma, dan juga terdapat pada hadis Ibnu Mas’ud rodhiyallaahuta’aalaa ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lain, bersabda Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam:

المرأة عورة فإذا خرجت اشتشرفها الشيطان

“Wanita itu adalah aurat. Maka apabila ia keluar,syaithon akan membuatnya indah”.
Yaitu syaithon menjadikannya indah, dan membuat para lelaki terfitnah dengannya, serta membuat wanita itu terfitnah oleh para lelaki.

Kemudian syarat yang kedua, bahwa pakaian itu sendiri bukanlah sebuah perhiasan. Karena itu bertentangan dengan makna hijab. Oleh karena itu tidak sepantasnya bagi seorang wanita untuk mengenakan hijab yang justru menimbulkan fitnah. Seperti kalau hijab itu diberi pernak-pernik dan hiasan sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian wanita karena kejahilan mereka. Dan hal ini juga karena sikap bermudah-mudahan –disayangkan sekali– dalam mengenakan sebagian jilbab yang diberi hiasan. Jilbab yang diberi hiasan, dibordir dengan perak atau dengan warna perak atau dengan warna emas dan sebagainya. Begitu juga dengan warna-warna. Apabila pada hijab tersebut terdapat banyak warna maka yang demikian itu mengandung makna hiasan. Dan kalian telah mendengar dalam ayat tadi, Allah berfirman:

وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاء بُعُولَتِهِنَّ..الأية

Tidak diperbolehkan bagi wanita untuk menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami-suaminya demikian pula kepada ayah-ayahnya dan kepada ayah-ayah dari suami-suami mereka (Q.S.24-31).

Kemudian syarat yang ketiga dan keempat, hendaknya pakaian tersebut tidak sempit dan tidak pula tipis. Tidak sempit sehingga membentuk lekukan tubuh karenya. Dan tidak tipis sehingga menampakkan apa yang di balik pakaian tersebut karenanya dan karena dia tembus pandang. Dua syarat ini ditunjukkan oleh hadis Abu Hurairoh rodhiyallaahu’anhu di dalam Ash Shahih. Nabi shollallaahu’alayhiwasallam telah mengabarkan:

صنفان من أهل النار لم أرهما

“Ada dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat”.
Dan beliau menyebutkan dari dua kelompok itu:

و نساء كاسيات عاريات مائلات مميلات رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة لا يدخلون الجنة و لا يجدن ريحها و إن ريحها لتوجد من مسيرة كذا و كذا

“Para wanita yang berpakaian tapi mereka telanjang. Dan mereka berjalan dengan melenggak-lenggok dan mereka berjalan dengan menimbulkan fitnah dengan melenggak-lenggok. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring. Mereka tidak masuk ke dalam surga. Dan mereka tidak mencium baunya. Dan sungguh bau surga itu bisa tercium dari jarak demikian dan demikian”.

Ibnu Abdil Barr rohimahullaahuta’aalaa ketika beliau menjelaskan hadis ini maka beliau mengatakan:

و لا تكون المرأة كاسية و عارية –أي في نفس الوقت– إلا أن يكون كسائها ضيقا أو رقيقا

“Tidaklah wanita itu disifati dengan berpakaian dan telanjang –yaitu pada saat bersamaan–, melainkan apabila pakaian yang dia kenakan itu sempit atau tipis.”. Dan benarlah apa yang beliau katakan, semoga Allah merahmati beliau.

Demikain pula disebutkan di dalam Ash Shohih dari hadis Usamah rodhiyallaahu ta’aala ‘anhu bahwa Nabi shollallaahu ‘alayhi wa aalihi wasallam pernah memberi Usamah hadiah berupa pakaian qibthiy. Kemudian setelah beberapa waktu Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam bertanya kepada Usamah tentang pakaian tersebut. Usamah berkata: “Aku telah menghadiahkan pakaian tersebut kepada istriku wahai Rasulullah”.

Maka Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam bersabda: “Perintahkan kepada istrimu hendaknya dia mengenakan di dalamnya “ghilaalah”. Karena aku khawatir pakaian itu akan menampakkan tulang tubuhnya”. Pakaian Qibthiy itu termasuk pakaian penduduk Mesir yang menyerupai pakaian beludru. Kalian tahu beludru? Jenis kain yang jatuh di badan. Maka ketika Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam mengetahui bahwa Usamah memberikan pakaian itu kepada istrinya, beliau menyuruh Usamah untuk menyuruh istrinya mengenakan “ghilaalah” di bawah pakaian qibthiy tersebut. “Al ghilaalah” adalah pakaian kasar yang membuat pakaian halus tidak jatuh di badan. Seperti
sebagian pakaian untuk anak kecil perempuan, yang dipakai di bagian bawah, jenis kain yang membuat pakaian mengembang. Kain yang seperti ini disebut “ghilaalah”. Sehingga dengan kain ini, pakaian di atasnya tidak menempel dengan badan. Dan ini menunjukkan bahwa makna ini memang dikehendaki dalam hijab seorang wanita muslimah. Yaitu dia tidak mengenakan pakaian yang sempit. Dan tidak mengenakan jenis kain yang jatuh di badan di hadapan para pria non-mahrom. Kalau di hadapan suaminya tentu boleh. Adapun di hadapan pria non-mahrom, maka tidak diperbolehkan.

Kemudian syarat yang kelima, hendaknya hijab tersebut tidak diberi minyak wangi atau harum-haruman (bukhur). Disebutkan di dalam hadis Zaenab Ats Tsaqofiyyah, dan makna hadis tersebut juga terdapat di dalam hadis Abu Hurairah rodhiyallaahuta’aala ‘anhum, bersabda Rasulullah shollallaahu’alayhi wa aalihi wasallam –tentang wanita ketika ia ingin melakukan sholat– hendaknya ia tidak menggunakan wewangian. Dalam hadis Abu Hurairah, kalau wanita itu sengaja melakukannya dan ingin supaya para pria mencium bau harumnya, maka wanita itu adalah pezina.

أيما امرأة مست طيبا ليجد الرجال ريحها فهي زانية

“Siapa saja wanita yang memakai wewangian dengan tujuan agar para pria mencium bau harumnya, maka dia adalah pezina”

Demikian Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda. Dan di dalam hadis yang lain, yaitu di dalam hadis Zaenab Ats Tsaqofiyyah:

أيما امرأة أرادت العشاء فلا تمسن طيبأ

“Siapa saja wanita yang hendak menghadiri sholat Isya maka tidak diperbolehkan baginya menyentuh wangi-wangian”.

Hadis ini menunjukkan faidah bahwa memakai wewangian bagi wanita non-mahrom ketika hendak keluar rumah itu tidak boleh. Dan kalau dia memakainya –dan ini adalah faidah kedua– dan kalau dia memakainya dengan tujuan agar para lelaki mencium bau harumnya sehingga dengan begitu ia membuat mereka terfitnah maka ia adalah wanita pezina. Karena ia telah melakukan sebab-sebab zina. Dan disebutkan dalam hadis Ibnu Abbas, bahwa Nabi shollallaahu’alayhi wa aalihi wasallam mengatakan

كتب على ابن أدم حظه من الزنى يدرك ذلك لا محالة

“Telah ditetapkan atas setiap anak Adam bahagiannya dari zina. Dia pasti mendapatkan itu dan tidak bisa menghindar darinya”.

Mata itu berzina dan zinanya adalah dengan melihat. Telinga itu pun berzina dan zinanya adalah dengan mendengar. Lisan juga berzina dan zinanya adalah dengan berbicara. Tangan pun berzina dan zinanya adalah dengan memegang. Maka dengan ini engkau mengetahui bahwa zina itu tidak terbatas pada zina kemaluan saja.

Demikian pula yang termasuk dalam syarat hijab adalah pakaian tersebut tidak boleh menyerupai pakaiannya wanita-wanita kafir atau wanita-wanita fajir (fasik). Tidak boleh bagi wanita muslimah untuk mengenakan pakaian yang merupakan pakaian khas wanita-wanita kafir atau fajir. Ini tidak boleh. Allah subhanahu wa ta’aala berfirman di dalam Al Quran Al Karim:

وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Barangsiapa di antara kalian yang berloyal kepada mereka maka sesungguhnya orang itu termasuk dari golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS.5:51).

Dan termasuk di antara sikap berloyal kepada orang kafir sebagai pemimpin adalah sikap menyerupai mereka.
Allah subhanahu wa ta’aala juga berfirman:

وَلاَ تَرْكَنُواْ إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu di sentuh oleh api neraka..” (Q.S.11:113)

Dan termasuk di antara sikap cenderung kepada orang-orang yang zholim adalah sikap menyerupai mereka. Dan di dalam hadis Nabi shollallaahu’alayhi wa ‘ala aalihi wasallam, di mana beliau bersabda:

من تشبه بقوم فهو منهم

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kalangan mereka” (diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya dari hadis Abdullah bin Umar rodhiyallaahu ta’aalaa ‘anhuma dengan sanad yang shahih).

Demikian juga yang termasuk syarat-syarat hijab adalah hendaknya pakaian tersebut tidak menyerupai pakaian laki-laki. Maka tidak boleh bagi seorang wanita untuk mengenakan pakaian yang menyerupai pakaian laki-laki. Sebagaimana juga tidak boleh bagi laki-laki untuk mengenakan pakaian yang menyerupai pakaian perempuan. Dan makna ini disebutkan di dalam hadis Ibnu Abbas, hadis Abu Hurairah, dan hadis Aisyah, di mana Rasulullah shollallaahu’alayhi wa’alaa aalihi wasallam telah melaknat para wanita yang menyerupai laki-laki. Dan beliau juga telah melaknat wanita yang memakai pakaian laki-laki, demikian juga laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan. Dan Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita. Maka hadis-hadis ini menunjukkan bahwa tidak diperbolehkan bagi seorang wanita untuk mengenakan pakaian yang menyerupai pakaian laki-laki meskipun pakaian tersebut menutupi tubuhnya. Seperti kalau di sana ada jenis pakaian yang khusus dikenakan oleh lelaki, kemudian ada seorang wanita yang hendak berhijab denganya, yang demikian tidak diperbolehkan karena pakaian tersebut khas untuk lak-laki.
Kemudian syarat yang terakhir, di antara syarat-syarat hijab seorang muslimah, hendaknya pakaian tersebut bukan termasuk pakaian syuhroh. Bukan termasuk pakaian kemasyhuran. Dan yang dimaksud dengan pakaian kemasyhuran adalah pakaian yang mendorong seseorang untuk terfitnah. Yang menyebabkan seseorang itu terfitnah, bagi yang memakainya. Di mana pakaian tersebut menarik perhatian orang. Sehingga bisa jadi wanita yang memakai pakaian kemasyhuran tersebut mendapatkan gangguan, atau menyebabkan dia terfitnah dari berbagai aspek dengan sebab memakai pakaian kemasyhuran tersebut. Yaitu pakaian tersebut memiliki perbedaan yang terlalu mencolok sehingga bisa menimbulkan fitnah.

Dan yang terakhir ini, saya ingin memberikan peringatan tentangnya karena sebahagian ikhwah dan akhwat, mereka diuji dengan masyarakat yang tidak terbiasa dengan hijab, khususnya yang berwarna hitam. Sehingga kemudian dia menjauhi hijab berwarna hitam dengan beralih kepada hijab yang berwarna dikarenakan mungkin hal itu akan menimbulkan konflik dengan masyarakat. Maka di sini kita mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’aala lebih menyayangi kita daripada diri kita sendiri. Dan para ahlul ilmi telah berbicara tentang permasalahan-permasalahan seperti ini. Apabila di sana memang ada fitnah yang betul-betul terjadi, sehingga seorang wanita sama sekali tidak mungkin mengenakan hijab, di sini berarti memang syiar-syiar Allah tidak ditegakkan. Maka ketika itu yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan muslimah untuk berhijrah dari negeri itu ke negeri lain yang di situ ditegakkan syiar-syiar Allah. Dan kalau mungkin hijab itu dikenakan, hanya saja perbuatan mengenakan hijab ini dengan sifat tertentu yang tidak bertentangan dengan syari’at, sekalipun di dalamnya terdapat pengabaian terhadap sebagian hal yang lebih sempurna dan lebih utama, maka dikatakan bahwa kalau memang ini benar, dan merupakan kenyataan yang betul-betul terjadi bukan cuma khayalan, maka meminimalisasi keburukan itu merupakan suatu tuntunan yang syar’iy. Dan mengerjakan perbuatan yang lebih ringan mudhorotnya untuk mencegah mudhorot yang lebih besar adalah dibolehkan dalam syari’at. Dan Allah lebih mengetahui orang yang jujur dan orang yang berdusta. Karena sebagian orang kadang-kadang mengklaim bahwa dia khawatir mendapatkan mudhorot yang besar. Padahal sesungguhnya klaim itu hanya khayalan saja. Dan pada kenyataannya,persangkaannya itu tidak sungguh-sungguh ada. Maka tidak boleh bagi seorang muslim untuk mengambil keringanan yang tidak disertai dengan izin untuk keringanan tersebut. Akan tetapi kalau mafsadat itu benar-benar ada, maka di sini tidak diragukan lagi bahwa mengambil mafsadat yang lebih ringan untuk menghindari mafsadat yang lebih besar itu diizinkan di dalam syari’at. Dan bersamaan dengan itu dikatakan untuk orang seperti ini: pindahlah ke negri lain, ke saudara-saudaramu yang muslim yang dengan bersama mereka engkau bisa menyembah Rabbmu sesuai dengan apa yang Ia cintai dan Ia ridhoi. Maka dengan ini menjadi jelaslah jawaban atas pertanyaan tersebut dengan berbagai sisi dan keadaannya.
Wallaahu...

Hakekat Taubat

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah. Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beuntung.” (Q.S. An Nur: 31)

Dalam hidup kita jumpai berbagai macam persoalan yang kadang-kadang sulit diselesaikan atau mungkin jalan yang kita tempuh tidak selalu datar. Terkadang mendaki terkadang menurun dan berbelok-belok.

Keadaan hidup seperti ini sering menyebabkan orang menjadi tidak sabar, khilafdan lalaiterhadap Allah SWT, akibatnya perbuatannya salah dan dosa karena melanggar aturan dan perintah Allah SWT.

Dalam agama Islam kita mengenal istilah taubat, berarti kembali kejalan Allah dengan
meninggalkan segala kemaksiatan dan menysali sepenuhnya. Para ulama mengatakan bahwa taubat dari perbuatan dosa adalah wajib. Dan apabila perbuatan dosa itu tidak bersangkutan dengan manusia, maksudnya hanya dosa antara makhluq dengan khaliqnya, maka ada tiga syarat yang harus dipenuhi. Tiga syarat itu adalah :
• Pertama, menghentikan perbuatan dosa itu.
• Kedua, menyesali atas perbuatan dosa tersebut.
• Ketiga, berketeguhan hati untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa itu untuk selama-lamanya.

Tiga persyaratan di atas mutlak adanya, tanpa tiga syarat ini, maka tidak diterima taubat seseorang itu. Namun apabila perbuatan dosa itu menyangkut dengan manusia, maka pelaksanaan tobatnya harus terpenuhi empat syarat. Tiga syarat seperti telah tersebut di atas, dan satu syarat lagi harus menyelesaikan urusan tersebut kepada orang yang bersangkutan. Jika urusan itu ada kaitannya dengan utang piutang, ia harus mengembalikannya. Dan jika itu ada kaitannya dengan sumpah dan tuduhan serta yang serupa dengan itu, ia harus meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Begitu pula jika hal itu ada kaitannya dengan umpat mengumpat, ia harus meminta dihalalkannya.

Banyak sekali ayat-ayat danhadits Nabi yang mewajibkan kita harus segera bertaubat. Diantara ayat-ayat al-Qur’an itu :

“Dan mohonlah ampun dan Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sungguh, Tuhanku Maha Penyayang penuh kecintaan. ” (OS. Hud : 90).

“Hai orang-orang yang her/man / bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sesungguhnya. Semoga Tuhanmu memperbaiki kesalahanmu. Dan memasukkan ke taman-taman yang mengalir, sungai-sungai di dalamnya. Pada hari ketika Allah tiada membiarkan nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya di hina … ” (QS. Al- Tahrim :
Adapun di dalam hadits Nabi diterangkan “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kamu sekalian kepada. Allah karena sesungguhnya saya bertaubat seratus kali seharinya“. (HR. Muslim).

“Sesungguhnya Allah lebih bergembira untuk menerima taubat hamba-Nya melebihi dari kegembiraan seseorang di antara kamu sekalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang dipadang Sahara.” (H.R. Bukhari - Muslim).

“Sesungguhnya Allah SWT membentangkan kekuasaannya pada waktu malam, untuk menerima taubat orang yang berbuat jahat pada siang harinya. Dan membentangkan kekuasaannya pada waktu siang, untuk menerima taubatnya orang yang jahat pada lama harinya. Yang demikian itu terus berlangsung sampai matahari terbit dari sebelah Barat, Kiamat” (H.R. Muslim).

Perbuatan maksiat atau dosa mempunyai dampak yang pasti, meskipun tidak dapat dilihat oleh indra mata. Dengan alasan inilah banyak diantara manusia tetap tenggelam dalam perbuatan maksiat dan dosa itu. Sehingga akhirnya enggan melaksanakan taubat, meskipun ia tetap beriman. Faktor lain yang membuat manusia cenderung untuk melakukan perbuatan dosa, karena kelezatan syahwat yang mendorong ke arah itu spontan cepat dirasakan. Itulah sebabnya manusia sering gelap mata, tidak mau tahu lagi mana yang halal dan mana yang haram, mana maksiat dan mana yang taat, padahal semua itu ada perhitungannya di sisi Allah.

Sungguh Allah Maha Tahu, bahwa manusia cenderung untuk berbuat dosa, oleh karenanya Allah sediakan sarana untuk manusia yang berbuat dosa, agar menjadi suci kembali seperti semula. Sarana itu tiada lain adalah taubat. Andaikata tidak ada taubat, kita dapat membayangkan manusia semua masuk neraka. Kenapa hal ini terjadi 1 Karena manusia itu tidak sunyi dari perbuatan salah dan dosa. Baginda Nabi besar Muhammad SAW telah bersabda dalam sebuah hadits : “Setiap anak Adam tidak sunyi dari kesalahan dan dosa dan sebaik-baiknya orang yang berbuat salah dan dosa adalah orang yang bertaubat.” (AI-Hadits).

Allah SWT Maha Pengampun, mengampuni dosa manusia, sebesar apapun dosa yang ia perbuat. Nabi bersabda: “Walaupun kamu sekalian berbuat dosa memenuhi langit dan bumi, kemudian kamu menyesali dan memohon ampun kepada Allah, maka Allah senantiasa menerima taubatmu.” Berkaitan dengan hadits ini, ada suatu peristiwa yang sangat menarik. Pada suatu hari Rasulullah berjalan bersamaAbu Hurairah. Rasulullah terlebih dahulu memasuki Mesjid, sedang Abu Hurairah ada dibelakangnya. KetikaAbu Hurairah sampai dipintu mesjid, tiba-tiba datang seorang wanita. Seraya ia berkata, yaa Abu Hurairah ! saya ini orang laknat. Abu Hurairah itu terkejut mendengar pengakuan wanita itu dan berkata kepadanya apa yang terjadi denganmu? Saya berzinah dengan seorang laki-laki hingga melahirkan seorang anak, karena malu, lalu saya bunuh anak itu. Saya pezina dan saya pembunuh; Adakah pintu taubat bagi saya? tutur wanita itu dengan nada sendu. Abu Hurairah menjawab, wahai wanita laknat sungguh engkau merugi, kamu sudah dilaknat Allah, lalu Abu Hurairah masuk ke dalam mesjid dan wanita itu merasakan kesedihan yang mendalam.

Sesampainya di dalam Mesjid Abu Hurairah merasa ragu terhadap jawaban yang telah diberikan kepada wanita tadi. Dan akhirnya mengadukan peristiwa itu kepada Rasulullah; Yaa Rasulullah, tadi dipintu masjid ada wanita yang bertanya, ia berzina, dari hasil zinanya ia melahirkan seorang anak kemudian anaknya dibunuhnya, masihkah ada pintu taubat untuknya. Laiu dijawab oleh Rasullah dengan surat AI-Furqon : 70-71).

“Kecuali barang siapa yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal kebaikan, kejahatannya akan diganti oleh Allah dengan kebajikan, Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. Barang siapa yang bertaubat dan melakukan amal kebaikan, sesungguhnya ia bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat”

Mendengar jawaban Rasulullah seperti itu, Abu Hurairah langsung keluar masjid dengan maksud mencari perempuan tadi. Dan didapatinya ia sedang menangis tersedu-sedu. Abu Hurairah menghampirinya dan berkata, wahai wanita yang malang ada berita gembira untukmu. Wanita itu terkejut, setelah diketahuinya bahwa yang datang itu adalah Abu Hurairah, langsung ia mendesak dengan ketidaksabaran. Berita apa yang engkau bawa wahai Abu Hurairah? Peristiwa yang engkau alami telah aku adukan kepada Rasulullah, pintu taubat masih terbuka untukmu dan taubatan maupun diterima Allah asal diiringi dengan kebaikan. Wanita itu akhirnya girang sekali dan berkata kepada Abu Hurairah, yaa Abu Hurairah, ambilah tanah saya di Bairuha sebagai tanda syukur saya kepada Allah bahwa taubat saya masih diterima. Dan tolong sampaikan salam kepada Rasulullah bahwa saya telah menyesali segala perbuatan yang telah dilakukan.

Dari uraian di atas, sebesar apapun dosa diperbuat manusia baik itu berzina, membunuh dan sebagainya asal akhir hidupnya bertaubat kepada Allah pasti diampuni-Nya. Namun masalahnya taubat ini jangan ditangguhkan, hal inipun ditegaskan Allah dalam al-Qur’an.

“Berlombalah dalam mendapatkan ampunan dari tuhanmu dan surga yang seluas langit dan bumi disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan.” (Q.S. All Imran : 133). Dengan demikian tidak ada satu alasanpun untuk menunda-nuda taubat apalagi ditangguhkan sampai tua . Alasannya sangat sederhana sekali, yaitu karena kita tidak tahu kapan mati. Dan sebagai gambaran mengenai pencatatan dosa seseorang yang maksiat seperti telah dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi : “Kalau ada orang yang berbuat dosa, malaikat pencatat dosa, belum mencatat perbuatan orang itu dalam tempo tiga jam. Dalam tempo tiga jam itu ia tidak meminta ampun, maka malaikat baru mencatat dosanya. Setelah dicatatpun kalau orang itu bertaubat, maka Allah mengampuninya. Dan andaikata dalam tiga jam setelah berbuat dosa dia meminta ampun, maka dosanya tidak jadi ditulis oleh Malaikat.”

Dari hadits tersebut di atas, tersirat bahwa masalah taubat itu mudah sekali. Sesungguhnya tidak demikian, sekali-kali tidak demikian halnya. Sebab masalah taubat ini terletak pada hati sanubari. Dan tidak tersirat di dalam hatinya untuk mempermainkan Allah. Seperti juga pernah diceritakan dalam sabda Rasulullah : “Pada zaman dahulu ada seseorang yang telah membunuh 99 orang, kemudian ia mencari-cari orang yang paling ‘alim di negeri itu, maka ia ditunjukan kepada seorang pendeta, iapun lantas datang kepadanya dan menceritakan bahwasanya ia telah membunuh 99 orang, maka apakah masih diterima taubatnya, kemudian si pendeta itu mengatakan bahwa taubatnya tidak akan diterima. Lantas orang itu membunuh pendeta tadi, maka genaplah seratus orang. Dia mencari-cari lagi orang yang paling alim di negeri itu maka ia ditunjukkan kepada seseorang yang sangat alim. Kemudian ia menceritakan bahwa ia telah membunuh seratus orang, maka apakah masih diterima taubatnya, orang alim itu menjawab ya masih terima, siapakah yang akan menghalangimu untuk bertaubat? Dan pergilah ke arah sana, karena penduduk di daerah sana menyembah Allah SWT, maka sembahlah Allah bersama-sama dengan mereka. .Dan janganlah engakau kembali ke kampung halamanmu, karena kampungmu adalah daerah penuh kemaksiatan.

Akhirnya orang itu pergi setelah menempuh kira-kira setengah perjalanan, maka iapun mati. Bertengkar malaikat rahmat dan malaikat siksa. Malaikat rahmat berkata : “ia benar-benar telah berangkat untuk bertaubat dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Malaikat siksa berkata sesungguhnya ia belum berbuat kebaikan sedikitpun. Lantas datanglah seorang Malaikat yang berbentuk manusia, maka kedua malaikat itu menjadikannya sebagai hakim. Berkatalah malaikat berbentuk manusia itu. “Ukurlah olehmu dua daerah itu, maka kepada daerah yang lebih dekat itulah ketentuan nasibnya. Mereka mengukurnya kemudian di dapatkannya daerah yang dituju itulah yang lebih dekat, maka jenazah tersebut milik malaikat rahmat. Di dalam riwayat lain disebutkan ia lebih dekat sejengkal saja dari daerah yang baik itu, dari uraian diatas kita dapat menegaskan kembali bahwa masalah taubat ini adalah masalah hati nurani timbul dari hati sanubari yang dalam. Kita sebagai hamba Allah di mana kita akan kembali kepada-Nya, sebesar apapun dosa yang kita perbuat asalkan kita bertaubat kepada-Nya dengan taubat yang sebenar-benarnya pasti Allah akan mengampuninya. Dan mudah-mudahan kita termasuk orang yang diterima taubatnya. Amiin.

Sumber : Mau’izah Hasanah