Rabu, 25 Agustus 2010

Indahnya Hidup Bersahaja


K.H. Abdullah Gymnastiar

Bismillahirrohmaanirrohiim,

"Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
(QS Al-Asr(103):1-3)


Saudara-saudaraku Sekalian,
Kita tidak perlu bercita-cita membangun kota Jakarta, lebih baik kita
bercita-cita tiap orang bisa membangun dirinya sendiri. Paling minimal punya
daya tahan pribadi terlebih dahulu. Karenanya sebelum ia memperbaiki
keluarga dan lingkungannya minimal dia mengetahui kekurangan dirinya. Jangan
sampai kita tidak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan sampai kita
bersembunyi dibalik jas, dasi dan merk. Jangan sampai kita tidak mempunyai
diri kita sendiri. Jadi target awal dari pertemuan kita adalah membuat kita
berani jujur kepada diri sendiri. Mengapa demikian? Sebab seorang bapak
tidak bisa memperbaiki keluarganya, kalau ia tidak bisa memperbaiki dirinya
sendiri. Jangan mengharap memperbaiki keluarga kalau memperbaiki diri
sendiri saja tidak bisa. Bagaimana berani memperbaiki diri, jika tidak
mengetahui apa yang mesti diperbaiki.

Kita harus mengawali segalanya dengan egois dahulu, sebab kita tidak bisa
memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tidak terperbaiki. Seorang
ustad akan terkesan omong kosong, jika ia berbicara tentang orang lain agar
memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar. Dalam bahasa Al-Qur’an,
"Sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata yang tidak
diperbuatnya".
Mudah-mudahan seorang ibu yang tersentuh mulai mengajak suaminya. Seorang
anak mengajak orang tuanya, di kantor seorang bos yang berusaha memperbaiki
diri diperhatikan oleh bawahannya dan membuat mereka tersentuh. Seorang
kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh. Mudah-mudahan dengan
kegigihan memperbaiki diri nantinya daya tahan rumah mulai membaik. Kalau
sudah daya tahan rumah membaik insyaAllah, kita bisa berbuat banyak untuk
bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti setiap rumah tangga visinya tentang
hidup ini menjadi baik.

Tahap selanjutnya adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini, apakah mau
bermewah-mewahan, mau pamer bangunan dan kendaraan atau rumah tangga kita
ini adalah rumah tangga yang punya kepribadian yang nantinya akan menjadi
nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini menjadi rumah tangga yang
hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari cinta dunia ini. Orang
sekarang menyebutnya materialistis. Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya
terlalu banyak. Acara tv membuat kita menjadi yakin bahwa dunia ini alat
ukurnya adalah materi. Pelan tapi pasti kita harus mulai mengatakan dunia
ini tidak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya mampir. Dengan konsep yang
kita kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadinya bangga dengan merk
menjadi malu dengan topeng yang dikenakannya. Nanti pelan-pelan akan menjadi
begitu.
Bukannya kita harus hidup miskin. Nanti akan terjadi suasana di rumah tidak
goyah, lebih sabar, melihat dunia menjadi tidak ada apa-apanya dan tidak
sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’, ia punya mobil tidak
sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur, diambil satu persatu sampai
habis tidak sakit hati. Mengapa ? karena tukang parkir tidak merasa memiliki
hanya tertitipi.
Ketika melihat orang kaya biasa saja karena sama saja cuma menumpang di
dunia ini jadi tidak menjilat, kepada atasan tidak minder, suasana kantor
yang iri dan dengki jadi minimal.

Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi visi kita terhadap dunia ini akan berbeda. Kita tidak bergantung lagi
kepada dunia, tidak tamak, tidak licik, tidak serakah. Hidup akan bersahaja
dan proporsional. Sekarang kita sedang krisis, masa ini dapat menjadi
momentum karena dengan krisis harga-harga naik, kecemasan orang meningkat,
ini kesempatan kita buat berdakwah. Mau naik berapa saja harganya tidak
apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak terjangkau jangan beli, yang
penting adalah kebutuhan standar tercukupi. Orang yang sengsara bukan tidak
cukup tetapi karena kebutuhannya melampaui batas. Padahal Allah menciptakan
kita lengkap dengan rezekinya. Mulai dari buyut kita yang lahir ke dunia
tidak punya
apa-apa sampai akhir hayatnya masih makan dan dapat tempat berteduh terus.
Orang tua kita lahir tidak membawa apa-apa sampai saat ini masih makan
terus, berpakaian, dan berteduh. Begitu pula kita sampai hari ini. Hanya
saja disaat krisis begini kita harus lebih kreatif. Mustahil Allah
menciptakan manusia tanpa rezekinya kita akan bingung menghadapi hidup.
Semua orang sudah ada rezekinya. Dan barangsiapa yang hatinya akrab dengan
Allah dan
yakin segala sesuatu milik Allah, tiada yang punya selain Allah, kita milik
Allah. Kita hanya mahluk dan yang membagi, menahan dan mengambil rezeki
adalah Allah. Orang yang yakin seperti itu akan dicukupi oleh Allah.

Jadi kecukupan kita bukan banyak uang, tetapi kecukupan kita itu bergantung
dengan keyakinan kita terhadap Allah dan berbanding lurus dengan tingkat
tawakal. Allah berjanji "Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku". Jadi
jangan panik. Allah penguasa semesta alam. Ini kesempatan buat kita untuk
mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita terjamin adalah ketawakalan.
Jadi yang namanya musibah bukan kehilangan uang, bukan kena penyakit,
musibah itu adalah hilangnya iman. Dan orang yang cacat adalah yang tidak
punya iman, ia gagal dalam hidup karena tidak mengerti mau kemana.
Jadi kita tidak punya alasan untuk panik. Krisis seperti ini ada diman-mana,
kita harus kemas agar berguna bagi kita. Kita tidak bisa mengharapkan yang
terbaik terjadi pada diri kita, tapi kita bisa kemas agar menjadi yang
terbaik bagi diri kita. Kita tidak bisa mengharapkan orang menghormati kita,
tapi kita bisa membuat penghinaan orang menjadi yang terbaik bagi diri kita.

Hal pertama yang harus kita jadikan rahasia kecukupan kita adalah
ketawakalan kita dan kedua adalah prasangka baik kepada Allah, yang ketiga
adalah Lainsakartum laadziddanakum,"Barangsiapa yang pandai mensyukuri
nikmat yang ada", Allah akan membuka nikmat lainnya. Jadi jangan takut
dengan belum ada, karena yang belum ada itu mesti ada kalau pandai
mensyukuri yang telah ada. Jadi dari pada kita sibuk memikirkan harga barang
yang naik lebih baik memikirkan bagaimana mensyukuri yang ada. Karena dengan
mensyukuri nikmat yang ada akan menarik nikmat yang lainnya. Jadi nikmat itu
sudah tersedia. Jangan berpikir nikmat itu uang. Uang bisa jadi fitnah. Ada
orang yang dititipi uang oleh Allah malah bisa sengsara, karena ia jadi
mudah berbuat maksiat. Yang namanya nikmat itu adalah sesuatu yang dapat
membuat kita dekat dengan Allah. Jadi jangan takut soal besok/lusa, takutlah
jika yang ada tidak kita syukuri.

Satu contoh hal yang disebut kurang syukur dalam hidup itu adalah kalau
hidup kita itu Ishro yaitu berlebihan, boros, dan bermewah-mewahan.
Hati-hati yang suka hidup mewah, yang senang kepada merk itu adalah kufur
nikmat. Mengapa? Karena setiap Allah memberi uang itu ada hitungannya.
Mereka yang terbiasa glamour, hidup mewah, yang senang kepada merk termasuk
yang akan menderita karena hidupnya akan biaya tinggi. Pasti merk itu akan
berubah-ubah tidak akan terus sama dalam dua puluh tahun. Harus siap-siap
menderita karena akan mengeluarkan uang banyak utnuk mengejar kemewahannya,
untuk menjaganya dan untuk perawatannya. Dia juga akan disiksa oleh kotor
hati yaitu riya'. Makin mahal tingkat pamernya makin tinggi. Dan pamer itu
membutuhkan pikiran lebih, lelah dan tegang karena rampok akan berminat.
Inginnya diperlihatkan tapi takut dirampok jadinya pening. Makin tinggi
keinginan pamer makin orang lain menjadi iri/dengki. Pokoknya kalau kita
terbiasa hidup mewah resikonya tinggi. Ketentraman tidak terasa. Hal yang
bagus itu adalah yang disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau
proporsional. Kalau Amirul Mukminin hidupnya sangat sederhana, kalau seperti
kita ini hidup bersahaja saja, biaya dan perawatan akan murah.

Kalau kita terbiasa hidup bersahaja peluang riyanya kecil. Tidak ada yang
perlu dipamerkan. Bersahaja tidak membuat orang iri. Dan anehnya orang yang
bersahaja itu punya daya pikat tersendiri. Pejabat yang bersahaja akan
menjadi pembicaraan yang baik. Artis yang sholeh dan bersahaja selalu bikin
decak kagum. Ulama yang bersahaja itu juga membuat simpati. Juga harus
hati-hati kita sudah capai-capai hidup glamor belum tentu dipuji bahkan saat
sekarang ini akan dicurigai.Yang paling penting sekarang ini kita nikmati
budaya syukur dengan hidup proporsional. Jangan capai dengan gengsi, hal itu
akan membuat kita
binasa. Miliki kekayaan pada pribadi kita bukan pada topeng kita. Percayalah
rekan-rekan sekalian kita akan menikmati hidup ini jika kita hidup
proporsional.
Nabi Muhammad SAW tidak memiliki singgasana, istana bahkan tanda jasa
sekalipun hanya memakai surban Tetapi tidak berkurang kemuliaanya sedikitpun
sampai sekarang. Ada orang kaya dapat mempergunakan kekayaannya. Dia bisa
beruntung jika ia rendah hati dan dermawan. Tapi ia bisa menjadi hina
gara-gara pelit dan sombong. Ada orang sederhana ingin kelihatan kaya inilah
yang akan menderita. Segala sesuatu dikenakan, segalanya dicicil, dikredit.
Ada juga orang sederhana tapi dia menjadi mulai karena tidak meminta-minta,
jadi terjaga harga dirinya. Dan ada orang yang mampu dan ia menahan dirinya
ini akan menjadi mulia.

Mulai sekarang tidak perlu tergiur untuk membeli yang mahal-mahal, yang
bermerk. Supermarket, mal dan sebagainya itu sebenarnya tidak menjual
barang-barang primer. Allah Maha Menyaksikan. Apa yang dianjurkan Islam
adalah jangan sampai mubadzir. Rasul SAW itu kalau makan sampai nasi yang
terakhir juga dimakan, karena siapa tahu disitulah barokahnya. Kalau kita ke
undangan pesta jangan mengambil makanan berlebihan. Ini sangat tidak islami.
Memang kita enak saja rasanya tapi demi Allah itu pasti dituntut oleh Allah.
Dan itu mempengaruhi struktur rezeki kita, karena kita sudah kufur nikmat.
Kita harus bisa mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita karena tidak
ada yang kecil dimata Allah. Tidak ada pemborosan karena semua dihitung oleh
Allah.
Contohnya mandi, kalau bisa bersih dengan lima sampai tujuh gayung tapi
mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu beli air tetapi bukan untuk
boros. Ini penting kalau ingin barokah rezekinya, hematlah kuncinya. Kalau
merokok biaya yang kita keluarkan adalah besar hanya untuk membuang asap
dari mulut kita. Jangan cari alasan. Seharusnya sudah saatnya berhenti
merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah. Kemudian sabun mandi, jangan
memakai sesuka kita,
takarlah atau kalau perlu pakai sabun batangan. Kenapa kalau kita bisa hemat
tidak kita lakukan. Uang penghematan kita bisa gunakan untuk sedekah atau
menolong orang yang lebih membutuhkan. Sedekah itu tidak akan mengurangi
harta kita kecuali bertambah dan bertambah.

Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin
oleh harta/tabungan, kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali
tabungan kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yang dapat menjamin kita
kecuali Allah oleh karena itu jangan merasa aman dengan punya tabungan,
tanah, dan warisan. Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa
terhalang. Aman itu justru kalau kita bisa dekat dengan Allah. Mati-matian
kita jaga kesehatan, kalau Allah inginkan lain gampang saja. Semua harta
tidak bisa kita nikmati, tetapi kalau Allah melindungi kita Insya Allah.
Marilah hidup hemat, tetapi hemat bukan berarti pelit. Proporsional atau
adil adalah puncak dari ahlak Contohnya HP, kalau tidak terlalu perlu jual
saja lagi. Janganlah dimiliki kalau hanya untuk gaya saja. Penghematan akan
mengundang barokah inilah yang disebut syukur nikmat. Tujuan bukan mencari
uangnya tetapi mempertanggung jawabkan setiap rupiah yang Allah titipkan.

Hal lain yang membuat barokah adalah jika kita dapat mendayagunakan semua
barang-barang kita. Di gudang kita pasti banyak barang yang tidak kita pakai
tetapi sayang untuk dibuang. Coba lihat lemari pakaian kita banyak baju-baju
lama, begitu juga sepatu-sepatu lama kita. Keluarkanlah barang-barang yang
tidak berharga tersebut. Misalkan dirumah kita ada panci yang sudah
rongsokan,
jika kita keluarkan ternyata merupakan panci idaman bagi orang lain. Di
rumah kita tidak terpakai tetapi jika dipakai orang lain dengan
kelapangannya dan mengeluarkan doa bisa jadi itulah yang membuat kita
terjamin. Kalau kita ikhlas, demi Allah itu lebih menjamin rezeki kita
daripada tidak terpakai di rumah. Setiap barang-barang yang tidak bermanfaat
tetapi bermanfaat bagi orang lain itulah pengundang rezeki kita. Bersihkan
rumah kita dari barang-barang yang tidak berguna. Lebih baik rusak digunakan
orang lain daripada rusak dibiarkan di rumah, itu akan barokah rezekinya.

Ini kalau kita ingin terjamin, namanya teori barokah. Kita tidak akan
terjamin dengan teori ekonomi manapun. Sudah berapa banyak sarjana ekonomi
yang dihasilkan oleh universitas di negeri ini tetapi Indonesia masih saja
babak belur.
Rumusnya pertama adalah bersahaja, kedua adalah total hemat, ketiga adalah
keluarkan yang tidak bermanfaat, yang keempat adalah setiap kita
mengeluarkan uang harus menolong orang lain atau manfaat. Kalau mau belanja
niatkan jangan hanya mencari barang tetapi juga menolong orang. Belilah
barang di warung pengusaha kecil yang dapat menolong omzetnya. Hati-hati
dengan menawar, pilihannya kalau itu merupakan hal yang adil. Jangan bangga
kalau kita berhasil menawar. Nabi Muhammad SAW bahkan kalau beli barang
dilebihkan uangnya dari harga barang yang sebenarnya. Tidak akan berkurang
harta dengan menolong orang. Jangan memilih barang-barang yang bagus semua
pilihlah yang jeleknya sebagian. Kita itu untung jika membuat sebanyak
mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita sendiri untung
orang lain tidak.

Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya ketika karyawannya diperas
tenaganya, gajinya hanya pas buat makan, sedang kita berfoya-foya, demi
Allah kita akan rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan berfoya-foya, ia
akan menikmati karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri, yang ada
adalah cinta. Cinta membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih sehat.
Kalau kapitalis, pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahannya menderita.
Jadi timbul dendam dan iri setiap ada kesempatan akan marah seperti yang
terjadi di Bandung kemarin. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan mereka,
anaknya kita sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah namanya keuntungan.
Jadi mulai sekarang setiap membelanjakan uang harus menolong orang,
membangun ekonomi umat. Jadi setiap keluar harus multi manfaat bukan hanya
dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil mungkin uangnya untuk
menyekolahkan anaknya, membeli sejadah, membeli mukena, Subhanallah.

Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi krisis seperti ini akan berdampak positif kalau kita bisa mengemasnya
dengan baik. Nantinya ketika strategi rumah kita sudah bersahaja, kehidupan
kita jadi efisien, anak-anak terbiasa hidup hemat, kita di rumah tidak
mempunyai beban dengan banyaknya barang. Barang yang ada di rumah harus ada
nilai tambahnya,
bukan biaya tambah. Setiap blender harus ada nilai produktifnya misalnya
untuk membuat jus kemudian dijual, pasti barokah. Bukannya membuat biaya
tambah karena harus diurus, dirawat dan membutuhkan pengamanan, barang yang
seperti ini tidak boleh ada di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal
kita kreatif
saja. Tidak perlu panik Allah Maha Kaya.

Sebagai amalan lainnya, dalam situasi sesulit apapun tetaplah menolong orang
lain karena setiap kita menolong orang lain kita pasti ditolong oleh Allah.
Jika makin pahit, makin getir harus makin produktif bagi orang lain. Baik
sukses maupun tidak tetap lakukan dimanapun kita berada. Ketika kita sedang
berjalan kaki, kemudian ada mobil yang hendak parkir bisa kita beri aba-aba.
Ketika kita menyetir mobil ada yang mau menyebrang, dahulukan saja, kita
tidak tahu apa yang akan menimpa kita esok hari. Ketika kita sedang
mengantri ada orang yang memotong, berhentilah sebentar, dengan mengalah
berhenti barang lima menit tetapi membuat banyak orang bahagia.

Jadi insya Allah kalau hati kita sudah berbenah baik, krisis ini akan lebih
membuat hidup kita lurus. Hidup ini tidak akan kemana-mana kecuali menunggu
mati. Latihlah supaya kita sadar bahwa kita pasti mati tidak membawa
apa-apa. Kita hanya mampir sebentar di dunia ini.

Alhamdulilahirobil’alamin

Senin, 23 Agustus 2010

Rahasia Jodoh – Kahlil Gibran



Berpasangan engkau telah diciptakan
Dan selamanya engkau akan berpasangan
Bergandingan tanganlah dikau
Hingga sayap-sayap panjang nan lebar lebur dalam nyala
Dalam ikatan agung menyatu kalian
Saling menataplah dalam keharmonian
Dan bukanlah hanya saling menatap ke depan
Tapi bagaimana melangkah ke tujuan semula
Berpasangan engkau dalam mengurai kebersamaan
Kerana tidak ada yang benar-benar mampu hidup bersendirian
Bahkan keindahan syurga tak mampu menghapus kesepian Adam
Berpasangan engkau dalam menghimpun rahmat Tuhan Ya, bahkan bersama pula dalam menikmatinya
Kerana alam dan kurniaan Tuhan
Terlampau luas untuk dinikmati sendirian
Bersamalah engkau dalam setiap keadaan
Kerana kebahagiaan tersedia, bagi mereka yang menangis
Bagi mereka yang disakiti hatinya, bagi mereka yang mencari,
bagi mereka yang mencuba
Dan bagi mereka yang mampu memahami erti hidup bersama
Kerana mereka itulah yang menghargai pentingnya
orang-orang yang pernah hadir dalam kehidupan mereka
Bersamalah dikau sampai sayap-sayap sang maut meliputimu
Ya, bahkan bersama pula kalian dalam musim sunyi
Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu
Tempat angin syurga menari-nari diantara bahtera sakinahmu
Berkasih-kasihlah, namun jangan membelenggu cinta
Biarkan cinta mengalir dalam setiap titisan darah
Bagai mata air kehidupan
Yang gemerciknya senantiasa menghidupi pantai kedua jiwa
Saling isilah minumanmu tapi jangan minum dari satu piala
Saling kongsilah rotimu tapi jangan makan dari pinggan yang sama..
Menyanyilah dan menarilah bersama dalam suka dan duka
Hanya biarkan masing-masing menghayati waktu sendirinya
Kerana dawai-dawai biola, masing-masing punya kehidupan sendiri
Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya
Sebab itulah simfoni kehidupan
Berikan hatimu namun jangan saling menguasainya
Jika tidak, kalian hanya mencintai pantulan diri sendiri
Yang kalian temukan dalam dia
Dan lagi, hanya tangan kehidupan yang akan mampu merangkulnya
Tegaklah berjajar namun jangan terlampau dekat
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibina terlalu rapat?
Dan pohon jati serta pohon cemara
Tidak tumbuh dalam bayangan masing-masing?

Air yang Menetes dari Tahajud Cinta


menulis bara api
dengan air yang menetes
dari tahajud cinta
adalah sebentuk doa
untuk menghilangkan lelah semesta
setelah seharian berdesakan
pada setiap lipatan koran
dan genangan keringat
yang tak henti-henti
mengaliri jalanan
mengajarinya tentang tanya
ia membangun mimpinya menjadi menara
lihatlah anak-anak itu
ia bergerak sendirian
dari lelah dan keringat
tanpa muara
sebab angin tak pernah ramah menyapa
maka biarlah aku menulis bara api
dengan air yang menetes dari tahajud cinta
sebab ia adalah sebagian catatan peristiwa
yang harus ditegakkan oleh anak-anak kita yang papa
Sayang, bila air itu menetes lagi
dari tahajud cinta kita
biarlah menjadi sebentuk doa
sebab cinta lebih abadi dari segalanya

Sumber :Republika /Maftuhah Jakfar

Tauhid… Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat? Kita semua tentu menginginkannya. Hanya yang perlu untuk kita pertanyakan bagaimana cara untuk meraih keduanya. Sementara, kita yakini bersama bahwa Islam adalah agama yang ajarannya universal (menyeluruh). Islam satu-satunya agama yang mendapatkan legitimasi (pengakuan) dari Sang Pemiliknya yaitu Allah 'azza wa jalla.

Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin. Tidak didapatkan satu ajaran pun dalam Islam yang merugikan para pemeluknya, tidak ditemukan satu prinsip pun dalam Islam yang mencelakakan para penganutnya. Tetapi pada kenyataannya banyak kalangan yang hanya menitikberatkan perhatiannya pada dunia dan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Padahal Allah telah mengingatkan kita dengan firman-Nya,

"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridloannya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid: 20).

"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka telah usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (Huud: 15-16).

Saudaraku -yang semoga dirahmati Allah-, petunjuk Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam adalah sebaik-baik petunjuk. Siapa yang mengambilnya ia akan bahagia dan yang meninggalkannya akan celaka. Allah berfirman,
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih." (An-Nuur: 63).

Terbukti generasi yang bersamanya, yakni generasi para sahabat meraih gelar terbaik umat ini, karena mereka mengambil petunjuknya. Itulah mereka para sahabat yang telah berhasil meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Bagaimana tidak, sedang mereka mendapatkan bimbingan tauhid selama kurang lebih 13 tahun hingga akhirnya mereka memiliki landasan yang kokoh dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, tauhid itulah sebagai landasan yang menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Sebab mentauhidkan Allah adalah tujuan diciptakannya manusia. Allah berfirman,

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (Adz Dzariyaat: 56).
Ibnu Katsir berkata: makna "ya'buduun" dalam ayat ini adalah "yuwahhiduun" (mentauhidkan Allah). Al-Imam Al-Baghawi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma mengatakan: "Setiap perintah beribadah dalam Al Qur'an maka maknanya adalah tauhid."

Saudaraku -yang semoga dirahmati Allah-, bagaimana tidak dikatakan bahwa tauhid sebagai landasan yang akan menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan Allah meridhai ahli tauhid. Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda,
"Sesungguhnya Allah meridhai kalian tiga perkara: kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berpegang teguh dengan tali Allah semuanya dan jangan bercerai berai, dan memberikan nasihat kepada orang yang Allah jadikan pemimpin atas urusan-urusan kalian." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Itulah tauhid. Tauhid adalah jalan untuk mendapatkan dua kebahagiaan tersebut, sebab dengan menegakkan tauhid berarti menegakkan keadilan yang paling adil. Sementara tujuan Allah mengutus rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya adalah supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Allah berfirman,

"Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyatam dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." (Al-Hadiid: 25).
Tauhid sebagai landasan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat karena keamanan serta petunjuk di dunia dan akhirat hanya akan dicapai oleh para ahli tauhid. Allah berfirman,

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'aam: 82).
Ibnu Katsir mengatakan pada ayat ini: "Yaitu mereka yang memurnikan ibadahnya untuk Allah saja dan tidak berbuat kesyirikan dengan sesuatu apapun, mereka mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan petunjuk di dunia dan akhirat."

Jadi memang tauhidlah yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki. Karena khilafah di muka bumi serta kehidupan yang damai, aman, dan sentosa berbangsa dan bernegara hanya akan diraih melalui tauhid. Allah berfirman,

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi. Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, semula mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (An-Nuur: 55).

Saudaraku -yang semoga dirahmati Allah-, ahli tauhid mereka orang-orang yang akan mendapatkan jaminan surga dari Allah. Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya, ia akan masuk neraka." (HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah).
Ahli tauhid mereka orang-orang yang akan berbahagia dengan syafa'atnya Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam . Abu Hurairah bertanya kepada Nabi shallallahu ?alaihi wasallam , "Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa'atmu?" Beliau menjawab, "Orang yang mengatakan 'Lailaha ilallah' ikhlas dari lubuk hatinya." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Ahli tauhid mereka orang-orang yang terjaga dan terpelihara darah dan hartanya. Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukannya, mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali dengan hak-hak Islam, dan perhitungannya atas Allah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).

Demikianlah Saudaraku -kaum muslimin- tauhid adalah rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat, karena yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba adalah tauhid. Allah berfirman,
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilah yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (Al-Anbiyaa: 25).

Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam berkata kepada sahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu 'anhu ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman
"Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari Ahli Kitab. Jika Engkau mendatanginya maka serukanlah kepada mereka supaya mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah -yang berhak untuk diibadahi- kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah..." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu).

Imam Al-Hafizh Al-Hakami mengatakan, "Kewajiban pertama atas hamba, mengenal Ar-Rahmaan (Allah) dengan tauhid." Dan tauhid juga yang menjadi kewajiban terakhir atas seorang hamba, ketika menjelang kematiannya Abu Thalib, Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam datang menemuinya dan berkata,
"Wahai paman, ucapkanlah 'Lailaha ilallah', kalimat yang menjadi hujjah untukmu di sisi Allah..." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Sa'id ibnul Musayyab dari bapaknya (Musayyab)).

Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam juga bersabda,
"Barangsiapa yang akhir ucapannya 'Lailaha ilallah', ia akan masuk surga."
Semoga Allah memberikan taufiq kepada yang dicintai dan diridhainya. Amin ya Mujibas sailiin.

(Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf dari Bulletin al Wala wal Bara Edisi ke-7 Tahun ke-1 / 24 Januari 2003 M / 21 Dzulqa'dah 1423 H. Judul asli Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat)

Jumat, 13 Agustus 2010

Jangan Tertipu

Salah satu asma Allah adalah Al-Alim yaitu Allah Maha Mengetahui. Dia mengetahui segala-galanya, mulai dari hal-hal yang sangat kecil dan samar apalagi hal-hal yang nyata.

Meski ada semut hitam berjalan di batu hitam di tengah gulitanya malam, sungguh Allah tetap mengetahuinya dengan sangat detail. Demikian pula, Allah Mahatahu segala yang kita lakukan, sekecil apa pun, entah itu lirikan mata, lintasan niat dalam hati, harta yang dinafkahkan, dan sebagainya Allah Maha tahu segalanya.

Allah SWT berfirman, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bund dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)“. (QS. Al-An’am [6]: 59).

Keyakinan kita akan kemampuan Allah dalam mengetahui segala sesuatu akan membuat kita terpelihara dari hal-hal negatif. Sebaliknya, manakala kesadaran kita akan kemaha tahuan Allah SWT lemah, maka kita akan terjebak dalam perangkap ketertipuan dalam beramal. Agama menyebutnya ghurur. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan semua segi amaliyah yang dilakukan, sehingga tidak lagi berarti di hadapan Allah SWT.

Dalam hal ilmu misalnya, ada empat jenis orang yang tertipu berkaitan dengan ilmu yang dimilikinya.

1. Ada yang berilmu, tapi ia tidak melak-sanakan ilmunya. la rnerasa terhormat dengan jabatan dan gelar-gelar keilmuan-nya. Ia yakin akan selamat dunia akhirat. Padahal, ilmu itu pemandu amal. Tidak berguna ilmu tanpa diamalkan.

2. Ada orang berilmu dan ia mengamalkan ilmunya, namun ia tidak pernah menjaga niatnya. Padahal amal itu tidak hanya harus sah (rukunnya dilakukan) tapi juga harus diterima. Nah, diterima ini urusan niat. Banyak pekerjaan yang sebenamya biasa-biasa saja, tetapi karena niatnya benar ia menjadi bemilai ibadah, dan ada pula pekerjaan yang luar biasa, tapi karena tidak dibarengi niat yang benar, ia menjadi sia-sia, bahkan bisa berujung menjadi dosa.

3. Ada pula yang tahu ilmu dan mau mengajarkannya kepada orang lain, namun ia sendiri tidak mampu inengamal-kannya. Misal, ceramah mengajak orang lain berbuat kebaikan, namun ia tidak melaksanakannya. Dakwah yang baik itu bukan memperbaiki orang lain, tapi memperbaiki diri. Orang semacam ini sungguh tertipu. la bagaikan lilin, menerangi yang lain namun dirinya terbakar.
4. Ada yang memiliki ilmu namun sayang, ia mengklaim dirinya dan kelompoknya yang paling shaleh. Sehingga surga diklaim menjadi miliknya dan kelompoknya. Sungguh orang ini tertipu. Bukankah dimensi agama itu luas, sehingga tidak mungkin surga diborong sendiri?

Ada pula ghurur dalam hal ibadah. Ghurur dalam ibadah biasanya masuk lewat niat. Tak jarang kita temui seseorang berulang-ulang melakukan takbir, ketika memulai sholat.
Ada pula yang shalatnya disibukkan dengan urusan tajwid dan makhraj, tapi mengabaikan makna. Shalat khusyuk tidak sekadar benar bacaannya, tapi juga derajat tuma’ninah dan penghayatan bacaan. Ada juga yang tertipu waktu shalat, sehingga terlalu buru-buru dalam bacaannya.
Menangis dalam shalat juga bisa menipu. Ada yang memang benar menangis karena Allah, tapi ada juga menangis ketika merasa diketahui orang lain. Ada juga melakukan shalat yang lama, tapi karena untuk menyaingi orang di sebelahnya. Mahasuci Allah yang mengetahui isi hati.

Ada juga ghurur dalam ceramah. Ada yang mengutip kitab-kitab, karena ingin disangka pandai. Termasukpula rendah had. Dalam kita al-Hikam disebutkan, “Siapa yang merasa rendah hati, dan ia merasa mulia dengan rendah hati, hakikatnya ia telah sombong“. Saat orang merasa mulia ketika melakukan sesuatu, maka sebenarnya ia menganggap tidak layak melakukan hal tersebut.

Kenapa bisa sampai tertipu? sebab dalam setiap melakukan aktifitas orientasinya adalah makhluk,bukan Khaliq. Maka semakin kita ingin mendapat penilaian dari makhluk, semakin tertipulah diri kita.

Semua amalari berpeluang tertipu, kalau belum Allah yang menjadi tujuannya. Maka kita harus beijuang keras agar kita masuk ke titik yakin, bahwa Allah SWT Maha Mengetahui segalanya dan akan mempemitungkan semua yang kita lakukan. Maka dari itu pelihara niat, cukup hanya Allah yang menjadi tujuan kita.
Sumber : Buletin Mimbar Jum’at

Syarat-Syarat Hijab yang Syar’i

Dan di antara syarat-syarat hijab, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama, bahwa hijab itu memiliki delapan persyaratan. Hijab seorang wanita muslimah itu tidaklah menjadi hijab yang syar’iy, sempurna, sampai memenuhi delapan syarat ini. Syarat yang pertama, bahwa pakaian tersebut menutupi seluruh tubuhnya. Berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاء بُعُولَتِهِنَّ..الأية

Tidak diperbolehkan bagi wanita untuk menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami-suaminya demikian pula kepada ayah-ayahnya dan kepada ayah-ayah dari suami-suami mereka (Q.S.24-31).

Demikian pula disebutkan dalam hadis Asma, dan yang semakna dengannya adalah hadis Asma, dan juga terdapat pada hadis Ibnu Mas’ud rodhiyallaahuta’aalaa ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lain, bersabda Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam:

المرأة عورة فإذا خرجت اشتشرفها الشيطان

“Wanita itu adalah aurat. Maka apabila ia keluar,syaithon akan membuatnya indah”.
Yaitu syaithon menjadikannya indah, dan membuat para lelaki terfitnah dengannya, serta membuat wanita itu terfitnah oleh para lelaki.

Kemudian syarat yang kedua, bahwa pakaian itu sendiri bukanlah sebuah perhiasan. Karena itu bertentangan dengan makna hijab. Oleh karena itu tidak sepantasnya bagi seorang wanita untuk mengenakan hijab yang justru menimbulkan fitnah. Seperti kalau hijab itu diberi pernak-pernik dan hiasan sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian wanita karena kejahilan mereka. Dan hal ini juga karena sikap bermudah-mudahan –disayangkan sekali– dalam mengenakan sebagian jilbab yang diberi hiasan. Jilbab yang diberi hiasan, dibordir dengan perak atau dengan warna perak atau dengan warna emas dan sebagainya. Begitu juga dengan warna-warna. Apabila pada hijab tersebut terdapat banyak warna maka yang demikian itu mengandung makna hiasan. Dan kalian telah mendengar dalam ayat tadi, Allah berfirman:

وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاء بُعُولَتِهِنَّ..الأية

Tidak diperbolehkan bagi wanita untuk menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami-suaminya demikian pula kepada ayah-ayahnya dan kepada ayah-ayah dari suami-suami mereka (Q.S.24-31).

Kemudian syarat yang ketiga dan keempat, hendaknya pakaian tersebut tidak sempit dan tidak pula tipis. Tidak sempit sehingga membentuk lekukan tubuh karenya. Dan tidak tipis sehingga menampakkan apa yang di balik pakaian tersebut karenanya dan karena dia tembus pandang. Dua syarat ini ditunjukkan oleh hadis Abu Hurairoh rodhiyallaahu’anhu di dalam Ash Shahih. Nabi shollallaahu’alayhiwasallam telah mengabarkan:

صنفان من أهل النار لم أرهما

“Ada dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat”.
Dan beliau menyebutkan dari dua kelompok itu:

و نساء كاسيات عاريات مائلات مميلات رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة لا يدخلون الجنة و لا يجدن ريحها و إن ريحها لتوجد من مسيرة كذا و كذا

“Para wanita yang berpakaian tapi mereka telanjang. Dan mereka berjalan dengan melenggak-lenggok dan mereka berjalan dengan menimbulkan fitnah dengan melenggak-lenggok. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring. Mereka tidak masuk ke dalam surga. Dan mereka tidak mencium baunya. Dan sungguh bau surga itu bisa tercium dari jarak demikian dan demikian”.

Ibnu Abdil Barr rohimahullaahuta’aalaa ketika beliau menjelaskan hadis ini maka beliau mengatakan:

و لا تكون المرأة كاسية و عارية –أي في نفس الوقت– إلا أن يكون كسائها ضيقا أو رقيقا

“Tidaklah wanita itu disifati dengan berpakaian dan telanjang –yaitu pada saat bersamaan–, melainkan apabila pakaian yang dia kenakan itu sempit atau tipis.”. Dan benarlah apa yang beliau katakan, semoga Allah merahmati beliau.

Demikain pula disebutkan di dalam Ash Shohih dari hadis Usamah rodhiyallaahu ta’aala ‘anhu bahwa Nabi shollallaahu ‘alayhi wa aalihi wasallam pernah memberi Usamah hadiah berupa pakaian qibthiy. Kemudian setelah beberapa waktu Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam bertanya kepada Usamah tentang pakaian tersebut. Usamah berkata: “Aku telah menghadiahkan pakaian tersebut kepada istriku wahai Rasulullah”.

Maka Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam bersabda: “Perintahkan kepada istrimu hendaknya dia mengenakan di dalamnya “ghilaalah”. Karena aku khawatir pakaian itu akan menampakkan tulang tubuhnya”. Pakaian Qibthiy itu termasuk pakaian penduduk Mesir yang menyerupai pakaian beludru. Kalian tahu beludru? Jenis kain yang jatuh di badan. Maka ketika Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam mengetahui bahwa Usamah memberikan pakaian itu kepada istrinya, beliau menyuruh Usamah untuk menyuruh istrinya mengenakan “ghilaalah” di bawah pakaian qibthiy tersebut. “Al ghilaalah” adalah pakaian kasar yang membuat pakaian halus tidak jatuh di badan. Seperti
sebagian pakaian untuk anak kecil perempuan, yang dipakai di bagian bawah, jenis kain yang membuat pakaian mengembang. Kain yang seperti ini disebut “ghilaalah”. Sehingga dengan kain ini, pakaian di atasnya tidak menempel dengan badan. Dan ini menunjukkan bahwa makna ini memang dikehendaki dalam hijab seorang wanita muslimah. Yaitu dia tidak mengenakan pakaian yang sempit. Dan tidak mengenakan jenis kain yang jatuh di badan di hadapan para pria non-mahrom. Kalau di hadapan suaminya tentu boleh. Adapun di hadapan pria non-mahrom, maka tidak diperbolehkan.

Kemudian syarat yang kelima, hendaknya hijab tersebut tidak diberi minyak wangi atau harum-haruman (bukhur). Disebutkan di dalam hadis Zaenab Ats Tsaqofiyyah, dan makna hadis tersebut juga terdapat di dalam hadis Abu Hurairah rodhiyallaahuta’aala ‘anhum, bersabda Rasulullah shollallaahu’alayhi wa aalihi wasallam –tentang wanita ketika ia ingin melakukan sholat– hendaknya ia tidak menggunakan wewangian. Dalam hadis Abu Hurairah, kalau wanita itu sengaja melakukannya dan ingin supaya para pria mencium bau harumnya, maka wanita itu adalah pezina.

أيما امرأة مست طيبا ليجد الرجال ريحها فهي زانية

“Siapa saja wanita yang memakai wewangian dengan tujuan agar para pria mencium bau harumnya, maka dia adalah pezina”

Demikian Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda. Dan di dalam hadis yang lain, yaitu di dalam hadis Zaenab Ats Tsaqofiyyah:

أيما امرأة أرادت العشاء فلا تمسن طيبأ

“Siapa saja wanita yang hendak menghadiri sholat Isya maka tidak diperbolehkan baginya menyentuh wangi-wangian”.

Hadis ini menunjukkan faidah bahwa memakai wewangian bagi wanita non-mahrom ketika hendak keluar rumah itu tidak boleh. Dan kalau dia memakainya –dan ini adalah faidah kedua– dan kalau dia memakainya dengan tujuan agar para lelaki mencium bau harumnya sehingga dengan begitu ia membuat mereka terfitnah maka ia adalah wanita pezina. Karena ia telah melakukan sebab-sebab zina. Dan disebutkan dalam hadis Ibnu Abbas, bahwa Nabi shollallaahu’alayhi wa aalihi wasallam mengatakan

كتب على ابن أدم حظه من الزنى يدرك ذلك لا محالة

“Telah ditetapkan atas setiap anak Adam bahagiannya dari zina. Dia pasti mendapatkan itu dan tidak bisa menghindar darinya”.

Mata itu berzina dan zinanya adalah dengan melihat. Telinga itu pun berzina dan zinanya adalah dengan mendengar. Lisan juga berzina dan zinanya adalah dengan berbicara. Tangan pun berzina dan zinanya adalah dengan memegang. Maka dengan ini engkau mengetahui bahwa zina itu tidak terbatas pada zina kemaluan saja.

Demikian pula yang termasuk dalam syarat hijab adalah pakaian tersebut tidak boleh menyerupai pakaiannya wanita-wanita kafir atau wanita-wanita fajir (fasik). Tidak boleh bagi wanita muslimah untuk mengenakan pakaian yang merupakan pakaian khas wanita-wanita kafir atau fajir. Ini tidak boleh. Allah subhanahu wa ta’aala berfirman di dalam Al Quran Al Karim:

وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Barangsiapa di antara kalian yang berloyal kepada mereka maka sesungguhnya orang itu termasuk dari golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS.5:51).

Dan termasuk di antara sikap berloyal kepada orang kafir sebagai pemimpin adalah sikap menyerupai mereka.
Allah subhanahu wa ta’aala juga berfirman:

وَلاَ تَرْكَنُواْ إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu di sentuh oleh api neraka..” (Q.S.11:113)

Dan termasuk di antara sikap cenderung kepada orang-orang yang zholim adalah sikap menyerupai mereka. Dan di dalam hadis Nabi shollallaahu’alayhi wa ‘ala aalihi wasallam, di mana beliau bersabda:

من تشبه بقوم فهو منهم

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kalangan mereka” (diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya dari hadis Abdullah bin Umar rodhiyallaahu ta’aalaa ‘anhuma dengan sanad yang shahih).

Demikian juga yang termasuk syarat-syarat hijab adalah hendaknya pakaian tersebut tidak menyerupai pakaian laki-laki. Maka tidak boleh bagi seorang wanita untuk mengenakan pakaian yang menyerupai pakaian laki-laki. Sebagaimana juga tidak boleh bagi laki-laki untuk mengenakan pakaian yang menyerupai pakaian perempuan. Dan makna ini disebutkan di dalam hadis Ibnu Abbas, hadis Abu Hurairah, dan hadis Aisyah, di mana Rasulullah shollallaahu’alayhi wa’alaa aalihi wasallam telah melaknat para wanita yang menyerupai laki-laki. Dan beliau juga telah melaknat wanita yang memakai pakaian laki-laki, demikian juga laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan. Dan Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita. Maka hadis-hadis ini menunjukkan bahwa tidak diperbolehkan bagi seorang wanita untuk mengenakan pakaian yang menyerupai pakaian laki-laki meskipun pakaian tersebut menutupi tubuhnya. Seperti kalau di sana ada jenis pakaian yang khusus dikenakan oleh lelaki, kemudian ada seorang wanita yang hendak berhijab denganya, yang demikian tidak diperbolehkan karena pakaian tersebut khas untuk lak-laki.
Kemudian syarat yang terakhir, di antara syarat-syarat hijab seorang muslimah, hendaknya pakaian tersebut bukan termasuk pakaian syuhroh. Bukan termasuk pakaian kemasyhuran. Dan yang dimaksud dengan pakaian kemasyhuran adalah pakaian yang mendorong seseorang untuk terfitnah. Yang menyebabkan seseorang itu terfitnah, bagi yang memakainya. Di mana pakaian tersebut menarik perhatian orang. Sehingga bisa jadi wanita yang memakai pakaian kemasyhuran tersebut mendapatkan gangguan, atau menyebabkan dia terfitnah dari berbagai aspek dengan sebab memakai pakaian kemasyhuran tersebut. Yaitu pakaian tersebut memiliki perbedaan yang terlalu mencolok sehingga bisa menimbulkan fitnah.

Dan yang terakhir ini, saya ingin memberikan peringatan tentangnya karena sebahagian ikhwah dan akhwat, mereka diuji dengan masyarakat yang tidak terbiasa dengan hijab, khususnya yang berwarna hitam. Sehingga kemudian dia menjauhi hijab berwarna hitam dengan beralih kepada hijab yang berwarna dikarenakan mungkin hal itu akan menimbulkan konflik dengan masyarakat. Maka di sini kita mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’aala lebih menyayangi kita daripada diri kita sendiri. Dan para ahlul ilmi telah berbicara tentang permasalahan-permasalahan seperti ini. Apabila di sana memang ada fitnah yang betul-betul terjadi, sehingga seorang wanita sama sekali tidak mungkin mengenakan hijab, di sini berarti memang syiar-syiar Allah tidak ditegakkan. Maka ketika itu yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan muslimah untuk berhijrah dari negeri itu ke negeri lain yang di situ ditegakkan syiar-syiar Allah. Dan kalau mungkin hijab itu dikenakan, hanya saja perbuatan mengenakan hijab ini dengan sifat tertentu yang tidak bertentangan dengan syari’at, sekalipun di dalamnya terdapat pengabaian terhadap sebagian hal yang lebih sempurna dan lebih utama, maka dikatakan bahwa kalau memang ini benar, dan merupakan kenyataan yang betul-betul terjadi bukan cuma khayalan, maka meminimalisasi keburukan itu merupakan suatu tuntunan yang syar’iy. Dan mengerjakan perbuatan yang lebih ringan mudhorotnya untuk mencegah mudhorot yang lebih besar adalah dibolehkan dalam syari’at. Dan Allah lebih mengetahui orang yang jujur dan orang yang berdusta. Karena sebagian orang kadang-kadang mengklaim bahwa dia khawatir mendapatkan mudhorot yang besar. Padahal sesungguhnya klaim itu hanya khayalan saja. Dan pada kenyataannya,persangkaannya itu tidak sungguh-sungguh ada. Maka tidak boleh bagi seorang muslim untuk mengambil keringanan yang tidak disertai dengan izin untuk keringanan tersebut. Akan tetapi kalau mafsadat itu benar-benar ada, maka di sini tidak diragukan lagi bahwa mengambil mafsadat yang lebih ringan untuk menghindari mafsadat yang lebih besar itu diizinkan di dalam syari’at. Dan bersamaan dengan itu dikatakan untuk orang seperti ini: pindahlah ke negri lain, ke saudara-saudaramu yang muslim yang dengan bersama mereka engkau bisa menyembah Rabbmu sesuai dengan apa yang Ia cintai dan Ia ridhoi. Maka dengan ini menjadi jelaslah jawaban atas pertanyaan tersebut dengan berbagai sisi dan keadaannya.
Wallaahu...

Hakekat Taubat

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah. Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beuntung.” (Q.S. An Nur: 31)

Dalam hidup kita jumpai berbagai macam persoalan yang kadang-kadang sulit diselesaikan atau mungkin jalan yang kita tempuh tidak selalu datar. Terkadang mendaki terkadang menurun dan berbelok-belok.

Keadaan hidup seperti ini sering menyebabkan orang menjadi tidak sabar, khilafdan lalaiterhadap Allah SWT, akibatnya perbuatannya salah dan dosa karena melanggar aturan dan perintah Allah SWT.

Dalam agama Islam kita mengenal istilah taubat, berarti kembali kejalan Allah dengan
meninggalkan segala kemaksiatan dan menysali sepenuhnya. Para ulama mengatakan bahwa taubat dari perbuatan dosa adalah wajib. Dan apabila perbuatan dosa itu tidak bersangkutan dengan manusia, maksudnya hanya dosa antara makhluq dengan khaliqnya, maka ada tiga syarat yang harus dipenuhi. Tiga syarat itu adalah :
• Pertama, menghentikan perbuatan dosa itu.
• Kedua, menyesali atas perbuatan dosa tersebut.
• Ketiga, berketeguhan hati untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa itu untuk selama-lamanya.

Tiga persyaratan di atas mutlak adanya, tanpa tiga syarat ini, maka tidak diterima taubat seseorang itu. Namun apabila perbuatan dosa itu menyangkut dengan manusia, maka pelaksanaan tobatnya harus terpenuhi empat syarat. Tiga syarat seperti telah tersebut di atas, dan satu syarat lagi harus menyelesaikan urusan tersebut kepada orang yang bersangkutan. Jika urusan itu ada kaitannya dengan utang piutang, ia harus mengembalikannya. Dan jika itu ada kaitannya dengan sumpah dan tuduhan serta yang serupa dengan itu, ia harus meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Begitu pula jika hal itu ada kaitannya dengan umpat mengumpat, ia harus meminta dihalalkannya.

Banyak sekali ayat-ayat danhadits Nabi yang mewajibkan kita harus segera bertaubat. Diantara ayat-ayat al-Qur’an itu :

“Dan mohonlah ampun dan Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sungguh, Tuhanku Maha Penyayang penuh kecintaan. ” (OS. Hud : 90).

“Hai orang-orang yang her/man / bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sesungguhnya. Semoga Tuhanmu memperbaiki kesalahanmu. Dan memasukkan ke taman-taman yang mengalir, sungai-sungai di dalamnya. Pada hari ketika Allah tiada membiarkan nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya di hina … ” (QS. Al- Tahrim :
Adapun di dalam hadits Nabi diterangkan “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kamu sekalian kepada. Allah karena sesungguhnya saya bertaubat seratus kali seharinya“. (HR. Muslim).

“Sesungguhnya Allah lebih bergembira untuk menerima taubat hamba-Nya melebihi dari kegembiraan seseorang di antara kamu sekalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang dipadang Sahara.” (H.R. Bukhari - Muslim).

“Sesungguhnya Allah SWT membentangkan kekuasaannya pada waktu malam, untuk menerima taubat orang yang berbuat jahat pada siang harinya. Dan membentangkan kekuasaannya pada waktu siang, untuk menerima taubatnya orang yang jahat pada lama harinya. Yang demikian itu terus berlangsung sampai matahari terbit dari sebelah Barat, Kiamat” (H.R. Muslim).

Perbuatan maksiat atau dosa mempunyai dampak yang pasti, meskipun tidak dapat dilihat oleh indra mata. Dengan alasan inilah banyak diantara manusia tetap tenggelam dalam perbuatan maksiat dan dosa itu. Sehingga akhirnya enggan melaksanakan taubat, meskipun ia tetap beriman. Faktor lain yang membuat manusia cenderung untuk melakukan perbuatan dosa, karena kelezatan syahwat yang mendorong ke arah itu spontan cepat dirasakan. Itulah sebabnya manusia sering gelap mata, tidak mau tahu lagi mana yang halal dan mana yang haram, mana maksiat dan mana yang taat, padahal semua itu ada perhitungannya di sisi Allah.

Sungguh Allah Maha Tahu, bahwa manusia cenderung untuk berbuat dosa, oleh karenanya Allah sediakan sarana untuk manusia yang berbuat dosa, agar menjadi suci kembali seperti semula. Sarana itu tiada lain adalah taubat. Andaikata tidak ada taubat, kita dapat membayangkan manusia semua masuk neraka. Kenapa hal ini terjadi 1 Karena manusia itu tidak sunyi dari perbuatan salah dan dosa. Baginda Nabi besar Muhammad SAW telah bersabda dalam sebuah hadits : “Setiap anak Adam tidak sunyi dari kesalahan dan dosa dan sebaik-baiknya orang yang berbuat salah dan dosa adalah orang yang bertaubat.” (AI-Hadits).

Allah SWT Maha Pengampun, mengampuni dosa manusia, sebesar apapun dosa yang ia perbuat. Nabi bersabda: “Walaupun kamu sekalian berbuat dosa memenuhi langit dan bumi, kemudian kamu menyesali dan memohon ampun kepada Allah, maka Allah senantiasa menerima taubatmu.” Berkaitan dengan hadits ini, ada suatu peristiwa yang sangat menarik. Pada suatu hari Rasulullah berjalan bersamaAbu Hurairah. Rasulullah terlebih dahulu memasuki Mesjid, sedang Abu Hurairah ada dibelakangnya. KetikaAbu Hurairah sampai dipintu mesjid, tiba-tiba datang seorang wanita. Seraya ia berkata, yaa Abu Hurairah ! saya ini orang laknat. Abu Hurairah itu terkejut mendengar pengakuan wanita itu dan berkata kepadanya apa yang terjadi denganmu? Saya berzinah dengan seorang laki-laki hingga melahirkan seorang anak, karena malu, lalu saya bunuh anak itu. Saya pezina dan saya pembunuh; Adakah pintu taubat bagi saya? tutur wanita itu dengan nada sendu. Abu Hurairah menjawab, wahai wanita laknat sungguh engkau merugi, kamu sudah dilaknat Allah, lalu Abu Hurairah masuk ke dalam mesjid dan wanita itu merasakan kesedihan yang mendalam.

Sesampainya di dalam Mesjid Abu Hurairah merasa ragu terhadap jawaban yang telah diberikan kepada wanita tadi. Dan akhirnya mengadukan peristiwa itu kepada Rasulullah; Yaa Rasulullah, tadi dipintu masjid ada wanita yang bertanya, ia berzina, dari hasil zinanya ia melahirkan seorang anak kemudian anaknya dibunuhnya, masihkah ada pintu taubat untuknya. Laiu dijawab oleh Rasullah dengan surat AI-Furqon : 70-71).

“Kecuali barang siapa yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal kebaikan, kejahatannya akan diganti oleh Allah dengan kebajikan, Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. Barang siapa yang bertaubat dan melakukan amal kebaikan, sesungguhnya ia bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat”

Mendengar jawaban Rasulullah seperti itu, Abu Hurairah langsung keluar masjid dengan maksud mencari perempuan tadi. Dan didapatinya ia sedang menangis tersedu-sedu. Abu Hurairah menghampirinya dan berkata, wahai wanita yang malang ada berita gembira untukmu. Wanita itu terkejut, setelah diketahuinya bahwa yang datang itu adalah Abu Hurairah, langsung ia mendesak dengan ketidaksabaran. Berita apa yang engkau bawa wahai Abu Hurairah? Peristiwa yang engkau alami telah aku adukan kepada Rasulullah, pintu taubat masih terbuka untukmu dan taubatan maupun diterima Allah asal diiringi dengan kebaikan. Wanita itu akhirnya girang sekali dan berkata kepada Abu Hurairah, yaa Abu Hurairah, ambilah tanah saya di Bairuha sebagai tanda syukur saya kepada Allah bahwa taubat saya masih diterima. Dan tolong sampaikan salam kepada Rasulullah bahwa saya telah menyesali segala perbuatan yang telah dilakukan.

Dari uraian di atas, sebesar apapun dosa diperbuat manusia baik itu berzina, membunuh dan sebagainya asal akhir hidupnya bertaubat kepada Allah pasti diampuni-Nya. Namun masalahnya taubat ini jangan ditangguhkan, hal inipun ditegaskan Allah dalam al-Qur’an.

“Berlombalah dalam mendapatkan ampunan dari tuhanmu dan surga yang seluas langit dan bumi disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan.” (Q.S. All Imran : 133). Dengan demikian tidak ada satu alasanpun untuk menunda-nuda taubat apalagi ditangguhkan sampai tua . Alasannya sangat sederhana sekali, yaitu karena kita tidak tahu kapan mati. Dan sebagai gambaran mengenai pencatatan dosa seseorang yang maksiat seperti telah dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi : “Kalau ada orang yang berbuat dosa, malaikat pencatat dosa, belum mencatat perbuatan orang itu dalam tempo tiga jam. Dalam tempo tiga jam itu ia tidak meminta ampun, maka malaikat baru mencatat dosanya. Setelah dicatatpun kalau orang itu bertaubat, maka Allah mengampuninya. Dan andaikata dalam tiga jam setelah berbuat dosa dia meminta ampun, maka dosanya tidak jadi ditulis oleh Malaikat.”

Dari hadits tersebut di atas, tersirat bahwa masalah taubat itu mudah sekali. Sesungguhnya tidak demikian, sekali-kali tidak demikian halnya. Sebab masalah taubat ini terletak pada hati sanubari. Dan tidak tersirat di dalam hatinya untuk mempermainkan Allah. Seperti juga pernah diceritakan dalam sabda Rasulullah : “Pada zaman dahulu ada seseorang yang telah membunuh 99 orang, kemudian ia mencari-cari orang yang paling ‘alim di negeri itu, maka ia ditunjukan kepada seorang pendeta, iapun lantas datang kepadanya dan menceritakan bahwasanya ia telah membunuh 99 orang, maka apakah masih diterima taubatnya, kemudian si pendeta itu mengatakan bahwa taubatnya tidak akan diterima. Lantas orang itu membunuh pendeta tadi, maka genaplah seratus orang. Dia mencari-cari lagi orang yang paling alim di negeri itu maka ia ditunjukkan kepada seseorang yang sangat alim. Kemudian ia menceritakan bahwa ia telah membunuh seratus orang, maka apakah masih diterima taubatnya, orang alim itu menjawab ya masih terima, siapakah yang akan menghalangimu untuk bertaubat? Dan pergilah ke arah sana, karena penduduk di daerah sana menyembah Allah SWT, maka sembahlah Allah bersama-sama dengan mereka. .Dan janganlah engakau kembali ke kampung halamanmu, karena kampungmu adalah daerah penuh kemaksiatan.

Akhirnya orang itu pergi setelah menempuh kira-kira setengah perjalanan, maka iapun mati. Bertengkar malaikat rahmat dan malaikat siksa. Malaikat rahmat berkata : “ia benar-benar telah berangkat untuk bertaubat dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Malaikat siksa berkata sesungguhnya ia belum berbuat kebaikan sedikitpun. Lantas datanglah seorang Malaikat yang berbentuk manusia, maka kedua malaikat itu menjadikannya sebagai hakim. Berkatalah malaikat berbentuk manusia itu. “Ukurlah olehmu dua daerah itu, maka kepada daerah yang lebih dekat itulah ketentuan nasibnya. Mereka mengukurnya kemudian di dapatkannya daerah yang dituju itulah yang lebih dekat, maka jenazah tersebut milik malaikat rahmat. Di dalam riwayat lain disebutkan ia lebih dekat sejengkal saja dari daerah yang baik itu, dari uraian diatas kita dapat menegaskan kembali bahwa masalah taubat ini adalah masalah hati nurani timbul dari hati sanubari yang dalam. Kita sebagai hamba Allah di mana kita akan kembali kepada-Nya, sebesar apapun dosa yang kita perbuat asalkan kita bertaubat kepada-Nya dengan taubat yang sebenar-benarnya pasti Allah akan mengampuninya. Dan mudah-mudahan kita termasuk orang yang diterima taubatnya. Amiin.

Sumber : Mau’izah Hasanah

Menggapai Ketenangan Hidup

Selalu ingat kepada Allah

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ” (QS Ibrahim : 7).

Rasulullah saw bersabda : “Orang dermawan, dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dan dekat dengan syurga, sedangkan orang bakhil (pelit), jauh dari Allah, jauh dari manusia dan dekat dengan Neraka. Sungguh Allah SWT lebih mencintai hambanya yang bodoh tapi dermawan, dibandingkan dengan ahli ibadah (pandai) tapi pelit (bakhil) ” (Al Hadits-Riwayat Abu Hurairah).
Rasulullah saw bersabda: “Aku tinggalkan kepada kalian dua hal, Kalian tidak akan tersesat bila kalian berpegang teguh kepadanya yakni: Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnahku (Hadits)“. (HR Muslim).

Hidup ini memang seperti pergantian siang dan malam. Siang dengan ciri khasnya terang dan malam dengan ciri khasnya gelap. Bagi orang yang sudah tahu ilmunya, tentu tidak ada masalah dengan pergantian siang dan malam.

Misalnya, ketika sudah tahu bahwa siang itu harus bekerja dan beraktivitas, maka ditunggulah siang. Dan karena tahu bahwa malam itu waktunya tidur, istirahat atau berusaha shalat tahajjud, maka datangnya malam sangat dinantikan.

Memang alangkah indahnya jika kita senantiasa mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap apa yang akan kita hadapi, karena yang kasihan adalah orang yang tidak siap menghadapi siang ataupun malam. Misalnya, siang takut terkena tagihan dan malam takut tidak bisa tidur.

Begitu pula dalam menghadapi hidup ini. Orang yang tidak tahu rumusnya, maka dia akan selalu tegang. Mempunyai uang takut hilang, tidak punya uang takut tidak bisa membeli apa-apa. Musim mutasi takut kehilangan jabatan, sudah punya jabatan takut dipindahkan lagi.

Belum punya suami takut tidak punya suami, sudah punya takut suami menikah lagi. Belum punya usaha takut tidak punya penghasilan, sudah punya usaha takut usahanya ambruk. Selalu takut, takut, dan terus ketakutan, lalu sesudah itu mati. Lantas, kapan bahagianya?

Sesungguhnya, setiap orang pasti mendambakan ketenangan batin. Sebab jika hati tenang, maka kita akan merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai macam aktivitas baik duniawi maupun ukhrowi.

Sebenarnya, Allah SWT telah mengajarkan pada kita langkah nyata untuk mendapatkan ketenangan hati, yaitu dengan dzikir. Sebagaimana firman-Nya, “Ingatlah dengan dzikir mengingati Allah, hati akan tenteram.” (QS Ar Ra’d: 28).

Dengan selalu mengingat Allah, hati akan tenteram. Sebaliknya, ketika kita jarang ingat pada Allah, hati akan kering dan gersang. Dengan kata lain, sejauh mana kita sungguh-sungguh ingin hidup dalam tenterarn hati akan sangat terlihat dari berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk berdzikir kepada Allah.

Orang-orang yang tertambat hatinya kepada Allah, apa pun yang ia lihat, ia dengar, dan ia rasakan, selalu dikorelasikan dengan Dzat Pencipta alam semesta ini. Seorang ahli dzikir akan jatuh dalam damai yang mendalam ketika merenungi hakikat pertumbuhan hidup manusia, sejak masih dalam rahim kemudian lahir hingga saat ajal tiba.

Ketika dalam rahim, janin manusia, sejak masih dalam rahim kemudian lahir hingga saat ajal tiba. Ketika dalam rahim, janin manusia lemah tidak berdaya, namun semakin besar semakin kuat hingga sampai di puncak kekuatannya. Dan ketika semakin tua kekuatan itu mulai pudar, hingga manusia seolah kembali ke tingkat kekuatan bayi yang lemah. Semua ini tidak terjadi melainkan karena kuasa Allah SWT.

Semakin banyak mengingat Allah, maka kadar keimanannya akan semakin bertambah. la tidak akan takut diancam oleh apa dan siapa pun makhluk yang ada di dunia ini. la hanya merasa takut akan ancaman dan murka Allah.

Orang yang telah mencapai derajat ini tidak pernah merasa waswas dalam bertindak. Tiap-tiap sesuatu yang dia hadapi dijadikan sebagai ladang amal. Bahkan dalam bertransaksi sekalipun ia akan memikirkan keuntungan bagi orang lain, la tidak khawatir dengan harga yang dipatok pedagang.

la akan merasa bahagia jika mampu berbagi rezeki dengan orang lain, la sangat yakin bahwa yang mengatur rezeki adalah Allah dan ia akan berjuang sekuat tenaga agar rezeki itu jatuh ke tempat yang barakah. la tidak takut hartanya akan habis, sebab yakin bahwa Allah akan memberi kelapangan rezeki bagi siapa pun yang berhati murah dengan banyak berderma.

Tentu saja, berdzikir harus senantiasa dilakukan setiap saat, sebab bila seseorang hanya mengingat Allah ketika shalat saja, maka ia akan selalu gelisah di luar shalat.
Ada yang ingat Allah hanya ketika ia mendapat ancaman saja. Bahkan ada yang benar-benar tidak tahu siapa itu Allah selama hidupnya. Naludzubillahi min dzalik. Orang yang tidak kenal Allah, sehebat apa pun ia, sebanyak apa pun harta yang dimilikinya, serta setinggi apa pun derajatnya di mata manusia, sungguh ia akan selalu dicekam gelisah.

Upaya untuk terus berdzikir hendaknya diiringi dengan sabar dan syukur. Sebab kedua aspek tersebut dapat menghindarkan kita dari kebiasaan marah terhadap sesuatu yang telah mengecewakan hati.

Padahal kemarahan yang kita luapkan bisa jadi karena tidak tercapainya keinginan atau harapan tinggi yang kita miliki. Memang, jika kita terlalu berharap untuk mendapatkan sesuatu, kita akan kecewa saat tidak mendapatkannya. Makin banyak keinginan, maka makin banyak peluang kita untuk marah.

Semestinya, kita harus siap menerima kenyataan, bahwa hidup ini penuh risiko dan tidak selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mengapa? Sebab ketika kita mempunyai rencana, maka Allah juga mempunyai rencana.

Dalam Al Quran surat Al Hadiid ayat 22-23, Allah SWT berfirman, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri meiainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita’terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Secara sederhana, ayat di atas menyiratkan bahwa sesungguhnya apa pun yang terjadi di dalam dunia dan kehidupan setiap manusia sesungguhnya telah Allah tentukan. Dengan demikian, maka kita tidak perlu terlalu bersedih ketika ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, kita juga tidak boleh terlalu gembira melampaui batas ketika memperoleh kesenangan.

Namun, jika Allah telah menentukan semua hal, lantas apakah kita sudah tidak memiliki pilihan lagi? Tentu saja tidak demikian, karena Allah telah melengkapi manusia dengan software untuk memilih apa yang ingin kita pilih.

Setiap manusia memiliki potensi untuk menjadi baik maupun untuk menjadi buruk. Mau lurus maupun bengkok, mau di jalan Allah atau di jalan sesat.

Jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, berarti kita harus meyakini bahwa itulah takdir terbaik dari Allah. Sepanjang kita sudah berusaha meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar, tentu apa pun yang kita peroleh tidak akan sia-sia.
Bukankah tidak sedikit orang yang ikhtiarnya sangat luar biasa namun belum juga memperoleh keberhasilan? Tugas kita hanya dua, luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar.
Betapapun luar biasanya kecintaan seseorang terhadap dunia, sadarilah bahwa semua itu fana belaka. Kita tidak akan hidup selamanya, ada kampung akhirat yang senantiasa menanti. Karena itu, sudah sewajarnya bila setiap episode kehidupan kita jalani dengan penuh rasa syukur.

Episode mempunyai kekayaan, jalani dengan ahli sedekah. Episode tidak memiliki harta kekayaan, jagalah diri kita dengan terus bekerja sebaik-baiknya dan tidak meminta-minta belas kasih orang lain. Saat datang episode dipuji, kita berusaha sekuat tenaga agar senantiasa rendah hati.

Episode dihina, bersyukur karena itu mungkin pertolongan Ailah agar kita mau mengevaluasi diri. Episode sehat, perbanyaklah ibadah. Episode sakit, tingkatkan kesabaran sebab bisa jadi itu adalah lahan penggugur dosa.

Kita harus senantiasa ber-husnudzhan terhadap ketentuan-ketentuan Allah yang menimpa diri kita, Jika kita merasa banyak berbuat kekhilafan dan dosa, yakinlah bahwa ampunan Allah lebih besar lagi daripada dosa-dosa yang kita perbuat.

Kita harus optimis bahwa Allah akan mengampuni kita. Dan tentu saja, kita juga harus optimis bahwa kita mampu terus memperbaiki diri. Justru sikap optimis itulah etika kita kepada Allah, sebab ketika kita diuji oleh Allah dengan aneka kesulitan justru supaya kita berpegang teguh kepada pertolongan Allah.

Strategi berikutnya, kita harus selalu berlatih mengenal diri sendiri. Sebab jika seseorang ingin baik, maka ia terlebih dahulu harus mengetahui sesuatu yang ingin dia rubah menjadi baik. Pengetahuannya bisa ia dapatkan dari perenungan, dan jawaban dari orang yang kita tanyai tentang diri kita.

Latihan kedua adalah upaya untuk memperbaiki. Setelah kita tahu kondisi kita, maka kita usahakan untuk meminimalisasi bahkan menghilangkan kekurangan yang kita miliki. Bila perlu, kita tulis dalam daftar semua keburukan yang kita miliki dan rumuskan formula-formula untuk memperbaikinya.

Sumber : Buletin Al-Salaam,

Rabu, 04 Agustus 2010

Generasi meninggalkan Shalat & Mengikuti Syahwat

Allah Ta’ala berfirman:
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memper-turutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun." (terjemah QS. Maryam: 58-60).

Ibnu Katsir menjelaskan, generasi yang adhoo’ush sholaat itu, kalau mereka sudah menyia-nyiakan sholat, maka pasti mereka lebih menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban lainnya. Karena shalat itu adalah tiang agama dan pilarnya, dan sebaik-baik perbuatan hamba. Dan akan tambah lagi (keburukan mereka) dengan mengikuti syahwat dunia dan kelezatannya,, senang dengan kehidupan dan kenikmatan dunia. Maka mereka itu akan menemui kesesatan,, artinya kerugian di hari qiyamat.

Adapun maksud lafazh Adho’us sholaat ini, menurut Ibnu Katsir, ada beberapa pendapat. Ada orang-orang yang berpendapat bahwa adho'us sholaat itu meninggalkan sholat secara keseluruhan (tarkuhaa bilkulliyyah). Itu adalah pendapat yang dikatakan oleh Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi, Ibnu Zaid bin Aslam, As-Suddi, dan pendapat itulah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat inilah yang menjadi pendapat sebagian orang salaf dan para imam seperti yang masyhur dari Imam Ahmad, dan satu pendapat dari As-Syafi’i sampai ke pengkafiran orang yang meninggalkan shalat (tarikus sholah) setelah ditegakkan, iqamatul hujjah (penjelasan dalil), berdasarkan Hadits:

بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَةِ (رواه مسلم في صحيحه برقم: 82 من حديث جابر).

“(Perbedaan) antara hamba dan kemusyrikan itu adalah meninggalkan sholat.” (HR Muslim dalam kitab Shohihnya nomor 82 dari hadits Jabir).

Dan Hadits lainnya:

الْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ. (رواه الترمذي رقم 2621 والنسائ 1/231 ،وقال الترمذي :هذا حديث حسن صحيح غريب).

“Batas yang ada di antara kami dan mereka adalah sholat, maka barangsiapa meninggalkannya, sungguh-sungguh ia telah kafir.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi dalam Sunannya nomor 2621dan An-Nasaai dalam Sunannya 1/231, dan At-Tirmidzi berkata hadits ini hasan shohih ghorib).

Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Sami As-Salamah, juz 5 hal 243).

Penuturan dalam ayat Al-Quran ini membicarakan orang-orang saleh, terpilih, bahkan nabi-nabi dengan sikap patuhnya yang amat tinggi. Mereka bersujud dan menangis ketika dibacakan ayat-ayat Allah. Namun selanjutnya, disambung dengan ayat yang memberitakan sifat-sifat generasi pengganti yang jauh berbeda, bahkan berlawanan dari sifat-sifat kepatuhan yang tinggi itu, yakni sikap generasi penerus yang menyia-nyiakan shalat dan mengumbar hawa nafsu.

Betapa menghujamnya peringatan Allah dalam Al-Quran dengan cara menuturkan sejarah "keluarga pilihan" yang datang setelah mereka generasi manusia bobrok yang sangat merosot moralnya. Bobroknya akhlaq manusia dari keturunan orang yang disebut manusia pilihan, berarti merupakan tingkah yang keterlaluan. Bisa kita bayangkan dalam kehidupan ini. Kalau ada ulama besar, saleh dan benar-benar baik, lantas keturunannya tidak bisa menyamai kebesarannya dan tak mampu mewarisi keulamaannya, maka ucapan yang pas adalah:. "Sayang, kebesaran bapaknya tidak diwarisi anak-anaknya.” Itu baru masalah mutu keilmuan nya yang merosot. lantas, kata dan ucapan apa lagi yang bisa untuk menyayangkan bejat dan bobroknya generasi pengganti orang-orang suci dan saleh itu? Hanya ucapan “seribu kali sayang” yang mungkin bisa kita ucapkan.

Setelah kita bisa menyadari betapa tragisnya keadaan yang dituturkan Al-Quran itu, agaknya perlu juga kita bercermin di depan kaca. Melihat diri kita sendiri, dengan memperbandingkan apa yang dikisahkan Al-Quran.

Kisah ayat itu, tidak menyinggung-nyinggung orang-orang yang membangkang di saat hidupnya para Nabi pilihan Allah. Sedangkan jumlah orang yang membangkang tidak sedikit, bahkan melawan para Nabi dengan berbagai daya upaya. Ayat itu tidak menyebut orang-orang kafir, bukan berarti tidak ada orang-orang kafir. Namun dengan menyebut keluarga-keluarga pilihan itu justru merupakan pengkhususan yang lebih tajam. Di saat banyaknya orang kafir berkeliaran di bumi, saat itu ada orang-orang pilihan yang amat patuh kepada Allah. Tetapi, generasi taat ini diteruskan oleh generasi yang bobrok akhlaqnya. Ini yang jadi masalah besar.

Dalam kehidupan yang tertera dalam sejarah kita, Muslimin yang taat, di saat penjajah berkuasa, terjadi perampasan hak, kedhaliman merajalela dan sebagainya, ada tanam paksa dan sebagainya; mereka yang tetap teguh dan ta'at pada Allah itu adalah benar-benar orang pilihan. Kaum muslimin yang tetap menegakkan Islam di saat orientalis dan antek-antek penjajah menggunakan Islam sebagai sarana penjajahan, namun kaum muslimin itu tetap teguh mempertahankan Islam dan tanah airnya, tidak hanyut kepada iming-iming jabatan untuk ikut menjajah bangsanya, mereka benar-benar orang-orang pilihan.

Sekalipun tidak sama antara derajat kesalehan para Nabi yang dicontohkan dalam Al-Quran itu, dengan derajat ketaatan kaum Muslimin yang taat pada Allah di saat gencarnya penjajahan itu, namun alur peringatan ini telah mencakupnya. Dengan demikian, bisa kita fahami bahwa ayat itu mengingatkan, jangan sampai terjadi lagi apa yang telah terjadi di masa lampau. Yaitu generasi pengganti yang jelek, yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsunya.

Peringatan yang sebenarnya tajam ini perlu disebar luaskan, dihayati dan dipegang benar-benar, dengan penuh kesadaran, agar tidak terjadi tragedi yang telah menimpa kaum Bani Israel, yaitu generasi jelek, bobrok, meninggalkan shalat dan mengikuti syahwat.

Memberikan hak shalat

Untuk itu, kita harus mengkaji diri kita lagi. Sudahkan peringatan Allah itu kita sadari dan kita cari jalan keluarnya?
Mudah-mudahan sudah kita laksanakan. Tetapi, tentu saja bukan berarti telah selesai. Karena masalahnya harus selalu dipertahankan. Tanpa upaya mempertahankannya, kemungkinan akan lebih banyak desakan dan dorongan yang mengarah pada "adho'us sholat" (menyia-nyiakan atau meninggalkan shalat) wattaba'us syahawaat (dan mengikuti syahwat hawa nafsu).

Suatu misal, kasus nyata, bisa kita telusuri lewat pertanyaan-pertanyaan. Sudahkah kita berikan dan kita usahakan hak-hak para pekerja/ buruh, pekerja kecil, pembantu rumah tangga, penjaga rumah makan, penjaga toko dan sebagainya untuk diberi kebebasan mengerjakan shalat pada waktunya, terutama maghrib yang waktunya sempit? Berapa banyak pekerja kecil semacam itu yang terhimpit oleh peraturan majikan, tetapi kita umat Islam diam saja atau belum mampu menolong sesama muslim yang terhimpit itu?

Bahkan, dalam arena pendidikan formal, yang diseleng-garakan dengan tujuan membina manusia yang bertaqwa pun, sudahkah memberi kebebasan secara baik kepada murid dan guru untuk menjalankan shalat? Sudahkah diberi sarana secara memadai di kampus-kampus dan tempat-tempat pendidikan untuk menjalan-kan shalat? Dan sudahkah para murid itu diberi bimbingan secara memadai untuk mampu mendirikan shalat sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam ?
Kita perlu merenungkan dan menyadari peringatan Allah dalam ayat tersebut, tentang adanya generasi yang meninggalkan shalat dan menuruti syahwat.

Ayat-ayat Al-Quran yang telah memberi peringatan dengan tegas ini mestinya kita sambut pula dengan semangat menang-gulangi munculnya generasi sampah yang menyianyiakan shalat dan bahkan mengumbar syahwat. Dalam arti penjabaran dan pelaksanaan agama dengan amar ma'ruf nahi munkar secara konsekuen dan terus menerus, sehingga dalam hal beragama, kita akan mewariskan generasi yang benar-benar diharapkan, bukan generasi yang bobrok seperti yang telah diperingatkan dalam Al-Quran itu.

Dalam hubungan kemasyarakatan yang erat sekali hubungannya dengan ekonomi, terutama masalah kemiskinan, sudahkah kita memberi sumbangan sarung atau mukena/ rukuh kepada fakir miskin, agar mereka bisa tetap shalat di saat mukenanya yang satu-satunya basah ketika dicuci pada musim hujan?
Dalam urusan keluarga, sudahkah kita selalu menanya dan mengontrol anak-anak kita setiap waktu shalat, agar mereka tidak lalai?
Dalam urusan efektifitas da’wah, sudahkah kita menghidup-kan jama'ah di masjid-masjid kampus pendidikan Islam: IAIN (Institut Agama Islam Negeri) ataupun STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) yang jelas-jelas mempelajari Islam itu, agar para alumninya ataupun mahasiswa yang masih belajar di sana tetap menegakkan shalat, dan tidak mengarah ke pemikiran sekuler yang nilainya sama juga dengan mengikuti syahwat?

Lebih penting lagi, sudahkah kita mengingatkan para pengurus masjid atau mushalla atau langgar untuk shalat ke masjid yang diurusinya? Bahkan sudahkah para pegawai yang kantor-kantor menjadi lingkungan masjid, kita ingatkan agar shalat berjamaah di Masjid yang menjadi tempat mereka bekerja, sehingga tidak tampak lagi sosok-sosok yang tetap bertahan di meja masing-masing --bahkan sambil merokok lagi-- saat adzan dikuman-dangkan?

Masih banyak lagi yang menjadi tanggung jawab kita untuk menanggulangi agar tidak terjadi generasi yang meninggalkan shalat yang disebut dalam ayat tadi.
Shalat, tali Islam yang terakhir

Peringatan yang ada di ayat tersebut masih ditambah dengan adanya penegasan dari
Rasulullah, Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam

لَيَنْقُضَنَّ عُرَا اْلإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِيْ تَلِيْهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ. (رواه أحمد).

“Tali-tali Islam pasti akan putus satu-persatu. Maka setiap kali putus satu tali (lalu) manusia (dengan sendirinya) bergantung dengan tali yang berikutnya. Dan tali Islam yang pertamakali putus adalah hukum(nya), sedang yang terakhir (putus) adalah shalat. (Hadits Riwayat Ahmad dari Abi Umamah menurut Adz – Dzahabir perawi Ahmad perawi).

Hadits Rasulullah itu lebih gamblang lagi, bahwa putusnya tali Islam yang terakhir adalah shalat. Selagi shalat itu masih ditegakkan oleh umat Islam, berarti masih ada tali dalam Islam itu. Sebaliknya kalau shalat sudah tidak ditegakkan, maka putuslah Islam keseluruhannya, karena shalat adalah tali yang terakhir dalam Islam. Maka tak mengherankan kalau Allah menyebut tingkah "adho'us sholah" (menyia-nyiakan/ meninggalkan shalat) dalam ayat tersebut diucapkan pada urutan lebih dulu dibanding "ittaba'us syahawaat" (menuruti syahwat), sekalipun tingkah menuruti syahwat itu sudah merupakan puncak kebejatan moral manusia. Dengan demikian, bisa kita fahami, betapa memuncaknya nilai jelek orang-orang yang meninggalkan shalat, karena puncak kebejatan moral berupa menuruti syahwat pun masih pada urutan belakang dibanding tingkah meninggalkan shalat.

Di mata manusia, bisa disadari betapa jahatnya orang yang mengumbar hawa nafsunya. Lantas, kalau Allah memberikan kriteria meninggalkan shalat itu lebih tinggi kejahatannya, berarti kerusakan yang amat parah. Apalagi kalau kedua-duanya, dilakukan meninggalkan shalat, dan menuruti syahwat, sudah bisa dipastikan betapa beratnya kerusakan.

Tiada perkataan yang lebih benar daripada perkataan Allah dan Rasul-Nya. Dalam hal ini Allah dan Rasul-Nya sangat mengecam orang yang meninggalkan shalat dan menuruti syahwat. Maka marilah kita jaga diri kita dan generasi keturunan kita dari kebinasaan yang jelas-jelas diperingatkan oleh Allah dan Rasul-Nya itu. Mudah-mudahan kita tidak termasuk mereka yang telah dan akan binasa akibat melakukan pelanggaran amat besar, yaitu meninggalkan shalat dan menuruti syahwat. Amien.
Oleh: H. Hartono Ahmad Jaiz

ZUBAIR BIN AWWAM radhiallahu 'anhu

Pembela Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam

Setiap tersebut nama Thalhah, pastilah disebut orang nama Zubair! Begitu pula setiap disebut nama Zubair, pastilah disebut orang pula nama Thalhah ... ! Maka sewaktu Rasulullah shallallahu alaihi wasalam mempersaudarakan para shahabatnya di Mekah sebelum Hijrah, beliau telah mempersaudarakan antara Thalhah dengan Zubair.

Sudah semenjak lama Nabi shallallahu alaihi wasalam memperkatakan keduanya secara bersamaan ..., seperti kata beliau: "Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di dalam surga''. Dan kedua mereka berhimpun bersama Rasul dalam kerabat dan keturunan.
Adapun Thalhah bertemu asal-usul turunannya dengan Rasul pada Murrah bin Ka'ab. Sedang Zubair bertemu pula asal-usulnya dengan Rasulullah pada Qusai bin Kilab, sebagaimana
pula ibunya Shafiah, adalah saudara bapak Rasulullah

Thalhah dan Zubair, kedua mereka banyak persamaan satu sama lain dalam aliran kehidupan .... Persamaan di antara keduanya sangat banyak dalam pertumbuhan di masa remaja... kekayaan, kedermawanan, keteguhan beragama dan kegagah-beranian.
Keduanya termasuk orang-orang angkatan pertama masuk Islam dan tergolong kepada sepuluh orang yang diberi kabar gembira oleh Rasul masuk surga. Keduanya juga sama termasuk kelompok shahabat ahli musyawarah yang enam, yang diserahi tugas oleh Umar bin Khatthab memilih Khalifah sepeninggal-nya....
Akhir hayatnya juga bersamaan secara sempurna ...bahkan satu sama lain tidak berbeda ... !
Sebagaimana telah kita katakan, Zubair termasuk dalam rombongan pertama yang masuk Islam, karena ia adalah dari golongan tujuh orang yang mula-mula menyatakan keislamannya, dan sebagai perintis telah memainkan peranannya yang penuh berkat di rumah Arqam .... Usianya yaitu itu baru limabelas tahun. Dan begitulah ia telah diberi petunjuk, nur dan kebaikan selagi masih remaja .... Ia benar-benar seorang penunggang kuda dan berani sejak kecilnya ...hingga ahli sejarah menyebutnya bahwa pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Islam adalah Zubair bin 'Awwam.

Pada hari-hari pertama dari Islam, sementara Kaum Muslimin waktu itu sedikit sekali hingga mereka selalu bersembunyi-sembunyi di rumah Arqam, tiba-tiba pada suatu hari tersebar berita bahwa Rasul terbunuh.
Seketika itu, tiada lain tindakan Zubair kecuali menghunus pedang dan mengacungkannya, lain ia berjalan di jalan-jalan kota Mekah laksana tiupan angin kercang, padahal ia masih muda belia ... ! Ia pergi mula-mula meneliti berita tersebut dengan bertekadad andainya berita itu ternyata benar, maka niscaya pedangnya akan menebas semua pundak orang Quraisy, sehingga ia mengalahkan mereka, atau mereka menewaskan-nya....

Di suatu tempat ketinggian kota mekah, Rasulullah menemukannya, lain bertanya akan maksudnya. Zubair menyampaikan berita tersebut .... Maka Rasulullah memohonkan bahagia dan mendu'akan kebaikan baginya serta keampuhan bagi pedangnya.
Sekalipun Zubair seorang bangsawan terpandang dalam kaumnya, namun tak kurang ia menang,6ung adzab derita dan penyiksaan Quraisy. Yang memimpin penyiksaan itu adalah pamannya sendiri. Pernah ia disekap di suatu kurungan, kemudian dipenuhi dengan embusan asap api agar sesak nafasnya, lalu dipanggilnya Zubair di bawah tekanan siksa: "Tolaklah olehmu Tuhan Muhammad itu, nanti kulepaskan kamu dari siksa ini!"Tantangan itu dijawab oleh Zubair dengan pedas dan mengejutkan: "Tidak !... demi Allah, aku tak akan kembali kepada kekafiran untuk selama-lamanya!" Padahal pada waktu itu ia belum menjadi pemuda teruna, masih belia bertulang lembut ....
Zubair melakukan hijrah ke Habsyi (Ethiopia) dua kali, yang pertama dan yang kedua, kemudian ia kembali, untuk menyertai ketinggalan semua peperangan bersama Rasulullah.

Tak perna ia ketinggalan dalam berperang atau bertempur. Banyaknya tusukan dan luka-luka yang terdapat pada tubuhnya dan masih berbekas sesudah lukanya itu sembuh membuktikan pula kepahlawanan Zubair dan keperkasaannya... ! Maka marilah kita dengarkan bicara salah seorang shahabatnya yang telah menyaksikan bekas-bekas luka yang terdapat hampir pada segenap bagian tubuhnya, demikian katanya: "Aku pernah menemani Zubair ibnul 'Awwam pada sebagian perjalanan dan aku melihat tubuhnya, maka aku saksikan banyak sekali bekas luka goresan pedang, sedang di dadanya terdapat seperti mata air yang dalam, menunjukkan bekas tusukan lembing dan anak panah .... Maka kataku kepadanya: "Demi Allah, telah kusaksikan sendiri pada tubuhmu apa yang belum pernah kulihat pada orang lain sedikit pun ... !" Mendengar itu Zubair menjawab: "Demi Allah, semua luka-luka itu kudapat bersama Rasulullah pada peperangan di jalan Allah .... !"

Ketika perang Uhud usai dan pasukan Quuaisy berbalik kembali ke Mekah, ia diutus Rasul bersama Abu Bakar untuk mengikuti gerakan tentara Quraisy dan menghalau mereka, hingga mereka menganggap Kaum Muslimin masih punya kekuatan, dan tidak terpikir lagi untuk kembali ke Madinah guna memulai peperangan yang baru.
Abu Bakar dan Zubair memimpin tujuhpuluh orang Muslimin. Sekalipun mereka sebenarnya sedang mengikuti suatu pasukan yang menang, namun kecerdikan dan muslihat perang yang dipergunakan oleh ash-Shiddiq dan Zubair, membuat orang-orang Quraisy menyangka bahwa mereka salah duga menilai kekuatan Kaum Muslimin, dan membuat mereka berfikir, bahwa pasukan perintis yang diPimpin oleh Zubair dan ash-Shiddiq dan tampak kuat, tak lain sebagai pendahuluan dari balatentara Rasul yang menyusul di belakang, dan akan tampil menghalau mereka dengan dansyat. Karena itu mereka bergegas mempercepat perjalanannya dan mengambil langkah seribu pulang ke Mekah!

Di samping Yarmuk, Zubair merupakan seorang prajurit yang memimpin langsung suatu pasukan .... Sewaktu ia melihat sebagian besar anak buah yang dipimpinnya merasa gentar menghadapi balatentara Romawi yang menggunung maju, ia meneriakkan "Allahu Akbar" ...dan maju membelah pasukan musuh yang mendekat itu seorang diri dengan mengayunkan pedangnya, kemudian ia kembali ke tengah-tengah barisan musuh yang dahsyat itu dengan pedang di tangan kanannya, menari-nari dan berputar bagaikan kincir, tak pernah melemah apalagi berhenti ....

Zubair radhiallahu anhu . sangat gandrung menemui syahid! Amat merindukan mati di jalan Allah.') Ia pernah berkata: "Thalhah bin Ubaidillah memberi nama anak-anaknya dengan nama Nabi-nabi padahal sudah sama diketahui bahwa tak ada Nabi lagi sesudah Muhammad saw. ... maka aku menamai anak-anakku dengan nama para syuhada, semoga mereka berjuang mengikuti syuhada ... !

Begitulah dinamainya seorang anaknya Abdullah bin Zubair mengambil berkat dengan shahabat yang syahid Abdullah bin Jahasy. Dinamainya pula seorang lagi al-Munzir bin Amr mengambil berkat dengan shahabat yang syahid al-Munzir bin Amar.
Dinamainya pula yang lain 'Urwah mengambil berkat dengan 'Urwah bin Amar. Dan ada pula yang dinamainya Hamzah, mengambil berkat dengan syahid yang mulia Hamzah bin Abdul Muthalib. Ada lagi Ja'far, mengambil berkat dengan syahid yang besar Ja'far bin Abu Thalib. Juga ada yang dinamakannya Mush'ab mengambil berkat dengan shahabat yang syahid Mush'ab bin Umeir. Tidak ketinggalan yang dinamainya Khalid mengambil berkat dengan shahabat Khalid bin Sa'id. Demikianlah ia seterusnya memilih untuk anak-anaknya nama para syuhada, dengan pengharapan agar sewaktu datang ajal mereka nanti, mereka tercatat sebagai syuhada ... !

Dalam riwayat hidupnya telah dikemukakan:"bahwa ia tak pernah memerintah satu daerah pun, tidak pula mengumpul pajak atau bea cukai, pendeknya tak ada jabatannya yang lain kecuali berperang pada jalan Allah ... ". Kelebihannya sebagai prajurit perang tergambar pada pengandalannya pada dirinya sendiri secara sempurna dan kepercayaan yang teguh. Sekalipun sampai seratus ribu orang menyertainya di medan tempur, namun akan kau lihat bahwa ia berperang seakan-akan sendirian di arena pertempuran ..., dan seolah-olah tanggung jawab perang dan kemenangan terpikul di atas pundaknya sendiri. Keistimewaannya sebagai pejuang, terlukis pada keteguhan hatinya dan kekuatan urat syarafnya. Ia menyaksikan gugur pamannya Hamzah di perang Uhud. Orang-orang musyrik telah menyayat-nyayat tubuhnya yang terbunuh itu dengan kejam, maka ia berdiri di mukanya dengan sikap satria menahan gejolak hati dengan memegang teguh hulu pedangnya. Tak ada fikirannya yang lain daripada mengadakan pembalasan yang setimpal, tapi wahyu segera datang melarang Rasul dan Muslimin hanya mengingat soal itu saja ....

Dan sewaktu pengepungan atas Bani Quraidha sudah berjalan lama tanpa membawa hasil, Rasulullah mengirimnya bersama Ali bin Abi Thalib. Ia berdiri di muka benteng musuh yang kuat serta mengulang-ulang ucapannya: "Demi Allah, biar kami rasakan sendiri apa yang dirasakan Hamzah, atau kalau tidak, akan kami tundukkan benteng mereka ... !" Kemudian ia terjun ke dalam benteng hanya berdua saja dengan Ali.... Dan dengan kekuatan urat syaraf yang mempesona, mereka berdua berhasil menyebarkan rasa takut pada musuh yang bertahan dalam benteng, lain membukakan pintu-pintu benteng tersebut bagi kawan-kawan mereka di luar

Di perang Hunain, Zubair melihat pemimpin suku Hawazin yang juga menjadi panglima pasukan musyrik dalam perang tersebut nama-nama Malik bin Auf ..., terihat olehnya sesudah pasukan Hawazin bersama panglimanya lari tunggang langgang dari medan perang Hunain, ia sedang berada di tengah-tengah gerombolan besar shahabat-shahabatnya bersama sisa pasukan yang kalah, maka secara tiba-tiba diserbunya rombongan itu seorang diri, dan dikucar -kacirkannya kesatuan meueka, kemudian dihalaunya mereka dari tempat persembunyian yang mereka gunakan sebagai pangkalan untuk menyergap pemimpin-pemimpin Islam yang baru kembali dari arena peperangan.

Kecintaan dan penghargaan Rasul terhadap Zubair luar biasa sekali, dan Rasulullah sangat membanggakannya, katanya:
"Setiap Nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin 'Awwam ... !'' Karena bukan saja ia saudara sepupunya dan suami dari Asma binti Abu Bakar yang empunya dua puteri semata, tapi iebih dari itu adalah karena pengabdiannya yang Iuar biasa, keberaniannya yang perkasa, kepemurahannya yang tidak terkira dan pengurbanan diri dan hartanya untuk Allah Tuhan dari alam semesta. Sungguh, Hasan bin Tsabit telah melukiskan sifat-sifatnya ini dengan indah sekali, katanya:
"Ia berdiri teguh menepati janjinya kepada Nabi dan mengikuti petunjuknya. Menjadi pembelanya, sementara perbuatan sesuai dengan perkataannya. Ditempuhnya jalan yang telah digunakannya, tak hendak menyimpang daripadanya. Bertindak sebagai pembela kebenaran, karena kebenaran itu jalan sebaik-baiknya.

Ia adalah seorang berkuda yang termasyhur, dan pahlawan yang gagah perkasa.
Merajalela di medan perang dan ditakuti di setiap arena.
Dengan Rasulullah memplanyai pertalian darah dan masih berhubungan keluarga.
Dan dalam membela Islam mempunyai jasa-jasa yang tidak terkira.

Betapa banyaknya marabahaya yang mengancam Rasulullah Nabi al-Musthafa.
Disingkirkan Zubair dengan ujung pedangnya, maka semoga Allah membalas jasa-jasanya"
Ia seorang yang berbudi tinggi dan bersifat mulia.... Keberanian dan kepemurahannya seimbang laksana dua kuda satu tarikan ... ! Ia telah berhasil mengurus perniagaannya dengan gemilang, kekayaannya melimpah, tetapi semua itu dibelanjakannya untuk membela Islam, sehingga ia sendiri mati dalam berutang ... !
Tawakkalnya kepada Allah merupakan dasar kepemurahannya, sumber keberanian dan pengurbanannya hingga ia rela menyerahkan nyawanya, dan diwasiatkannya kepada anaknya Abdullah untuk melunasi utang-utangnya, demikian pesannya:
"Bila aku tak mampu membayar utang, minta tolonglah kepada Maulana - induk semang kita -- "Lalu ditanya anaknya Abdullah: "Maulana yang mana bapak maksudkan ... ?" Maka jawabnya: "Yaitu Allah .... Induk Semang dan Penolong kita yang paling utama ... !"

Kata Abdullah kemudian: "Maka demi Allah, setiap aku terjatuh ke dalam kesukaran karena utangnya, tetap aku memohon:
"Wahai Induk Semang Zubair, lunasilah utangnya, maka Allah mengabulkan permohonan itu, dan alhamdulillah hutang pun dapat dilunasi ... "

Dalam perang Jamal sebagaimana telah kami utarakan dalam ceriteranya yang lalu mengenai Thalhah, Zubair menemui akhir hayat dan tempat kesudahannya .... Sesudah ia menyadari kebenaran dan berlepas tangan dari peperangan, terus diintai oleh golongan yang menghendaki terus berkobarnya api fitnah, lalu ia pun ditusuk oleh seorang pembunuh yang curang waktu ia sedang lengah, yakni di kala ia sedang shalat menghadap Tuhannya....

Si pembunuh itu pergi kepada Imam All, dengan maksud melaporkan tindakannya terhadap Zubair, dengan dugaan bahwa kabar itu akan membuat Ali bersenang hati, apalagi sambil menanggalkan pedang-pedang Zubair yang telah dirampasnya setelah melakukan kejahatan tersebut ....

Tetapi Ali berteriak demi mengetahui bahwa di muka pintu ada pembunuh Zubair yang minta idzin masuk dan memerintahkan orang untuk mengusirnya, katanya: "Sampaikan berita kepada pembunuh putera ibu Shafiah itu, bahwa untuknya telah disediakan api neraka ... !" Dan ketika pedang Zubair ditunjukkan kepada Ali oleh beberapa shahabatnya, ia menciumn dan lama sekali ia menangis kemudian katanya: "Demi Allah, pedang ini sudah banyak berjasa, digunakan oleh pemiliknya untuk melindungi Rasulullah dari marabahaya ...

Dalam mengakhiri pembicaraan kita mengenai dirinya, apakah masih ada penghormatan yang lebih indah dan berharga untuk dipersembahkan kepada Zubair, dari ucapan Imam Ali sendiri ... ? Yaitu :

"Selamat dan bahagia bagi Zubair dalam kematian sesudah mencapai kejayaan hidupnya ! Selamat, kemudian selamat kita ucapkan kepada pembela Rasulullah ... !

Renungan Pengantin

Duhai Akhi….
Dahulu engkau pernah bermimpi
Menari diatas angan
Mendamba seorang putri cantik jelita
Penawar kala lelah & penyemangat kala malas
Tempat berlabuh setelah berlayar
Dalam sebuah rumah mungil
Baiti Jannati…..

Namun akhi…
Sadarilah bahwa wanita yang akhi nikahi adalah…
Bukanlah istri secantik Zulaikha
Tidak seteguh dan sepintar Aisyah
Apalagi semulia Khadijah

Demikianlah pula akhi..
Ukhti tidak seikhlas Hajar
Ukhti tidaklah sekuat Atsma dan seberani Al-Khansa
Atau setabah Fatimah

Ketahuilah akhi...
Ukhti hanyalah wanita biasa
Yang bercita-cita menjadi wanita ahli surga
Dengan menyandang istri sholeha....


Duhai Ukhti....
Dahulu...engkau berkhayal di negeri dongeng
Menjadi seorang putri terpingit diatas menara
Mendamba seorang pangeran tampan berkuda
Yang membawanya ke istana dunia
Bertanamkan bunga-bunga cinta

Namun ukhti...
Sadarilah! Bahwa lelaki yang menikahi ukhti adalah...
Bukanlah pangeran setampan Yusuf
Tidaklah sehanif Ibrahim
Tidaklah setabah Ayub
Apalagi semulia Muhammad

Demikian pula ukhti...
Akhi tidaklah sesederhana Umar
Tidaklah seberani Ali
Tidaklah seperkasa Khalid
Atau sepintar Ibnu Abbas


Ketahuilah ukhti...
Akhi hanyalah lelaki biasa
Yang berusaha menjadi suami sejati
Untuk lebih dekat dengan Rabbul Izzati....

LAKI - LAKI SPECIAL


1.. Laki-laki Beragama dan Taat Beribadah
Setiap wanita selalu mendambakan seorang laki-laki yang beragama dan taat berribadah. Karena lelaki yang sholeh Bila mencintai akan menjadi mulia siapapun yang dicintainya, dan bila membenci tidak akan mendzaliminya. Laki-laki yang baik agamanya akan memelihara keluarganya agar tidak terjerumus kedalam perbuatan terkutuk dan tindakan tercela.

Dengan agama, ketangguhan dan amanah bisa terbentuk. Dan demikian itu menjadi landasan utama dan penentu suksesnya hidup rumah tangga.

2. Lelaki Berkepribadian Tangguh, Berpendirian Teguh dan Suka Bekerja Keras.
Karena tabiat wanita yang lemah dan membutuhkan pendamping yang tangguh dan kuat serta siap melindungi dan mengayomi dari segala marabahaya yang sewaktu-waktu menghampirinya., tegas dalam kebenaran serta mencintai segala kebaikan. Sehingga ia mampu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan memberi hak sesuai porsinya.

3. Lelaki Penuh Perhatian dalam Memahami Tabiat dan Perasaan Wanita
Wanita sangat merrindukan lelaki yang santun, yang bisa memahami perasaan dan tabiatnya, yang bisa memperlakukannya dengan lembut dan mencintainya dengan tulus.

Rasulullah sholallahu ‘alahi wassalam mengajarkan bagaimana seharusnya kaum laki-laki bersikap kepada kaum wanita:

“ Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk yang tidak akan bisa lurus bersamamu di atas satu jalan, jika kamu menikmatinya, maka kamu menikmatinya dalam kondisi bengkok, namun bila kamu ingin meluruskannya, maka boleh jadi patah dan patahnya adalah thalak” Shahih diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya (3631)

4. Santun dan Dermawan
Wanita sangat berharap mempunyai pendamping hidup yang dermawan dan membenci seorang laki-laki yang bakhil. Karena kedermawanan seorang laki-laki menjadi tanda dan bukti perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada keluarganya.

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak dilehernya di hari kiamat.” (QS. Ali Imran [3]: 180)

5. Pribadi Pemberani
Wanita mencintai laki-laki pemberani, dan sebaliknya, sangat gerah dengan laki-laki pengecut. Karena sang pemberani akan sanggup menghadapi segala masalah secara ksatria, arif dan bijaksana. Sehingga seorang wanita merasa aman dan tenang, karena mempunyai tempat berteduh dan bergantung setelah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Seburuk-buruk akhlak pada seorang adalah bakhil lagi tamak dan sifat pengecut yang sangat” Hadist Shahih diriwayatkan Abu Daud dalam Sunannya (2511)

6. Lelaki Bersih dan Rapi
Hampir semua wanita akan terpesona dan terpikat dengan laki-laki yang berpenampilan bersih dan rapi, dan sebaliknya dia akan menjauhi dan menghindar dari laki-laki yang berpenampilan kusut, kumuh dan tidak menjaga kerapian serta kebersihan.

Sementara Islam sangat memperhatikan hal ini, karena kebersihan dan kerapian sebagai tanda keimanan kepada Allah. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat mencintai keindahan dan kebersihan, sebagaimana sabda Nabi Sholallahu ‘alahi Wassalam”

7. Lelaki Bersahaja dan Pandai Menjaga Rahasia
Laki-laki bersahaja akan pandai menjaga rahasia, setia memegang janji, amanah dalam memelihara kehormatan dan tidak mudah mengobral rahasia rumah tangga kepada orang lain, terutama tentang kekurangan isterinya, adalah dambaan bagi setiap wanita. Karena tipe pria seperti ini akan mendapat jaminan surga. Dari Sahl bin Saad berkata, bahwa Rasulullah Sholallahu ‘alahi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang menjaminku mampu menjaga dua bibirnya dan di antara kakinya, maka aku akan jamin surga” Shahih diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya (6474) dan Imam Muhammad at Tibrizi dalam Miskatul Masabih , bab Mizah (4889), 3/1370.

8. Lelaki Terpandang, Punya Status Sosial dan Popularitas
Tidak sedikit wanita yang bangga jika memiliki pendamping yang terpandang, status sosialnya mapan, kedudukannya tinggi, popularitasnya tidak tersaingi, serta kewibawaan dan kelimuannya tidak diragukan.

9. Lelaki Ceria dan Jenaka
Tidak ada seorangpun baik laki-laki atau wanita yang senang dalam kehidupan yang selalu tegang, murung, bermuka masam, selalu marah-marah tanpa ada canda ceria dan tidak mudah tersenyum. Wanita tak terkecuali, mendambakan sosok pendamping yang serius tapi rilek, pandai bercanda dan pandai merubah suasana murung dan duka menjadi ceria dan santai.

10. Lelaki yang Memilki Rasa Cemburu kepada Isterinya
Wanita tidak menyukai laki-laki yang gampang menuduh Namun wanita sangat bangga jika memiliki pendamping yang mempunyai rasa cemburu, asalkan bukan cemburu buta. Karena rasa cemburu sebagai tanda cinta dan menjadi bukti perhatian sang suami kepada sang isteri., ia akan merasa menjadi wanita yang berharga bagi suaminya.

11. Lelaki yang Mencintai Isteri Secara Tulus
Wanita ingin dicintai secara tulus oleh laki-laki yang menikahinya. bukan menikahinya hanya berdasarkan rasa kasihan atau keterpaksaan, atau hanya berdasarkan hawa nafsu belaka. Ketulusan cinta seorang suami akan membuahkan ketenangan bagi wanita yang menjadi isterinya.

12. Lelaki Setia dan Suka Membantu Kesulitan Isteri
Wanita mana yang tidak merindukan pendamping yang setia, yang tidak mengkhianati cintanya melindungi kesuciannya. Begitu pula ia akan menghargai karyanya dan meninggikan karyanya.membantu menyelesaikan tugas-tugas sang istri. Ia tidak segan-segan menyapu dan mengepel lantai, bahkan memasak dan mencuci pakaian mereka. dan menjadi sangat berarti di saat sang istri sedang sakit. Ia sungguh menjadi dambaan wanita.

Dikutip dari buku Romantika Kawin Muda karya Al Ustadz Zaenal Abidin Syamsudin, Penerbit; Pustaka Imam Abu Hanifah