Selasa, 11 Januari 2011

Belajar Dari Wajah



Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yg terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salah kalau kita buat semacam target. Misal : hari ini kita belajar tentang wajah. WAJAH? Ya wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuk tapi yg utama adl pancaran yg tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.

Ketika pagi menyingsing misal tekadkan dalam diri : “Saya ingin tahu wajah yg paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yg paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?” krn pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dgn wajah orang per orang. Ya krn tiap orang pastilah punya wajah. Wajah istri, suami anak tetangga teman sekantor, orang di perjalanan dan lain sebagainya. Nah ketika kita berjumpa dgn siapapun hari ini marilah kita belajar ilmu tentang wajah.

Subhanallaah... pastilah kita akan bertemu dgn beraneka macam bentuk wajah. Dan tiap wajah ternyata dampak berbeda-beda kepada kita. Ada yg menenteramkan ada yg menyejukkan ada yg menggelikan ada yg menggelisahkan dan ada pula yg menakutkan. Lho kok menakutkan? Kenapa? Apa yg menakutkan krn bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yg hidung mungil tapi menenteramkan. Ada yg sorot mata tajam menghunjam tapi menyejukkan. Ada yg kulit hitam tapi penuh wibawa.

Pernah suatu ketika berjumpa dgn seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram subhanallaah walaupun kulit tak putih tak kuning tetapi ketika memandang wajahnya.. sejuk sekali! Senyum begitu tulus meresap ke relung qolbu yg paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi hari.
Ada pula seorang ulama yang tubuh mungil dan diberi karunia kelumpuhan sejak kecil. Nama Syekh Ahmad Yassin pemimpin spiritual gerakan Intifadah Palestina. Ia tak punya daya duduk saja di atas kursi roda. Hanya kepala saja yg bergerak. Tapi saat menatap wajah terpancar kesejukan yg luar biasa. Padahal beliau jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yg dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi ternyata dibalik kelumpuhan itu beliau memendam ketenteraman batin yg begitu dahsyat tergambar saat kita memandang sejuk pancaran rona wajahnya.

Nah saudaraku kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yg menenteramkan maka caru tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yg menenteramkan seperti itu. Tentulah benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyuman yg tulus; pancaran wajah nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yg menatapnya. Dan sebalik bagaimana kalau kita menatap wajah lain dgn sifat yg berlawanan; {maaf bukan bermaksud meremehkan} ada pula yg wajah bengis struktur kata ketus sorot mata kejam senyuman sinis dan sikap pun tak ramah. Begitulah wajah-wajah dari saudara-saudara kita yg lain yg belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari.

Ambillah kelebihan dari wajah yg menenteramkan yg menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita dan buang jauh-jauh raut wajah yg tak ramah tak menenteramkan dan yang tak menyejukkan.

Tidak ada salah jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah yg ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yg bibir di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangka dia kurang senyum sinis atau kurang ramah. Subhanallaah bentuk seperti ini pun karunia Allah yg patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yg memiliki utk berusaha senyum ramah lbh maksimal lagi.

Sedangkan bagi wajah yg utk seulas senyum itu sudah ada maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut yaitu utk lbh ikhlas lagi. Karena senyum di wajah bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja tapi yg utama adalah ingin tak kita membahagiakan orang lain? Ingin tak kita membuat di sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad SAW memberikan perhatian yg luar biasa kepada tiap orang yg bertemu dgn beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada orang yg menyapa – menganggap orang tersebut adl orang yg paling utama di hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya.

Walhasil ketika Nabi SAW berbincang dgn siapapun maka orang yg diajak berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang cara bersikap ternyata menjadi atribut kemuliaan yg beliau contohkan. Dan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yg diajak bicara.

Adapun kemuramdurjaan ketidakenakkan kegelisahan itu muncul ternyata diantara akibta kita belum menganggap orang yg ada dihadapan kita orang yg paling utama. Maka terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata berbicara hanya separuh perhatian. Misal ketika ada seseorang yg datang menghampiri kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal kalau kita sudah tak mengutamakan orang lain maka curahan kata-kata cara memandang cara bersikap itu tak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yg kuat.

Oleh krn itu marilah kita berlatih diri meneliti wajah tentu saja bukan maksud utk meremehkan. Tapi mengambil tauladan wajah yg baik menghindari yg tak baik dan cari kunci kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah utk mengutamakan orang lain! Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita walaupun hanya beberapa menit walaupun hanya beberapa detik subhanallaah.**

sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym

Tidak ada komentar:

Posting Komentar