Jumat, 27 Mei 2011

Pengakuan Lelaki Terhadap Wanita



Kami sulit menahan pandangan mata kami
ketika melihat kalian,
apalagi jika kalian diamanahkan Allah
kecantikan dan postur yand ideal,
kami semakin susah untuk menolak agar tidak melihat kalian,
kerana itu lebarkanlah serta longgarkanlah pakaian kalian
dan tutupilah rambut hingga ke dada kalian dengan kerudung yang membentang.


Kami sulit menahan pendengaran kami
ketika berbicara dengan kalian,
apalagi jika kalian diamanahkan oleh Allah
suara yang merdu dengan irama yang mendayu
kerana itu tegaskanlah suara kalian
tatkala berbicara di berhadapan dengan kami
dan berbicaralah seperlunya sahaja.


Kami juga sulit menahan
bayangan-bayangan hati kalian,
ketika kalian dapat menjadi
tempat untuk dicurahkan segala isi hati kami,
waktu luang kami kadangkala akan sering terisi
oleh bayangan-bayangan kalian,
kerana itu janganlah kalian membiarkan kami
menjadi curahan hati bagi kalia

Kami tahu kami insan lemah
bila harus berhadapan dengan kalian,
kekerasan hati kami dengan mudah bisa luluh
hanya dengan senyum kalian,
hati kami akan bergetar
ketika mendengar dan melihat kalian menangis.

Sungguh ALLAH telah memberikan amanah terindah kepada kalian,
maka jagalah amanah itu
jangan sampai ALLAH murka dan memberikan keputusan-Nya.

Maha Besar dan Maha Suci Allah yang tahu
akan kelemahan hati kami ini,
hanya dengan ikatan yang suci dan yang diredhai-NYA,
kalian akan menjadi halal bagi kami.







"LAlu apa yang telah aku lakukan selama ini..YA Rabb, ampunilah daku.
Untuk setiap pandangan yang tak terjaga,
untuk iman yang tak dipelihara,
lisan yang merayu dan hati yang tak terhijab,

Ya Rabb, Engkaulah mengawasi kami setiap detik,
kerana kasih sayangMu ya Allah kepada kami,
Engkau perintahkanlah malaikan silih berganti
menemani kami siang dan malam
agar iman kami dapat dijaga...



www.iLuvislam.com

** Apa Hebatnya Shalat Di Awal Waktu..? **



Setiap peralihan waktu solat sebenarnya menunjukkan perubahan tenaga alam, hal ini dapat diukur dan diserap melalui perubahan warna alam.

Aku rasa fenomena perubahan warna alam adalah sesuatu yang tidak asing bagi mereka yang terlibat dalam bidang fotografi.

Waktu Subuh

Sebagai contoh, pada waktu Subuh alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersamaan dengan frekuensi tiroid yang mempengaruhi sistem metabolisma tubuh.

Jadi warna biru muda atau waktu Subuh mempunyai rahsia berkaitan dengan penawar/rezeki dan komunikasi.

Mereka yang kerap tertinggal waktu Subuhnya ataupun terlewat secara berulang-ulang kali, lama kelamaan akan menghadapi masalah komunikasi dan rezeki.

Ini karena tenaga alam biru muda tidak dapat diserap oleh tiroid yang mesti berlaku dalam keadaan roh dan jasad berpadu (keserentakan ruang dan masa) - dengan kata lain terjaga dari tidur.

Di sini juga dapat kita ungkap akan rahasia diperintahkan sholat di awal waktu.
Bermulanya saja azan Subuh, tenaga alam pada waktu itu berada pada tahap optimum.
Tenaga inilah yang akan diserap oleh tubuh melalui konsep resonan pada waktu rukuk dan sujud.
Jadi mereka yang terlewat shalat Subuhnya sebenarnya sudah mendapat tenaga yang tidak optimum lagi.

Waktu Zuhur
Warna alam seterusnya berubah ke warna hijau (Isyraq & Dhuha) dan kemudian warna kuning menandakan masuknya waktu Zuhur.

Spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi perut dan hati yang berkaitan dengan sistem pencernaan.

Warna kuning ini mempunyai rahasia yang berkaitan dengan keceriaan.

Jadi mereka yang selalu ketinggalan atau terlewat Zuhurnya berulang-ulang kali dalam hidupnya akan menghadapi masalah di perut dan hilang sifat cerianya. Coba perhatikan orang yang tengah sakit perut , adakah nampak keceriaan di wajahnya?

Waktu Asar
Kemudian warna alam akan berubah kepada warna orange, yaitu masuknya waktu Asar di mana spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi prostat, uterus, ovari dan testis yang merangkumi sistem reproduktif.

Rahasia warna orange ialah kreativitas.
Orang yang kerap tertinggal Asar akan hilang daya kreativitasnya dan lebih malang lagi kalau di waktu Asar ni jasad dan roh seseorang ini terpisah (tidur).

Dan jangan lupa, tenaga pada waktu Asar ni amat diperlukan oleh organ-organ reproduktif kita.

Waktu Magrib
Menjelang waktu Maghrib, alam berubah ke warna merah dan di waktu ini kita kerap dinasihatkan oleh orang-orang tua agar tidak berada di luar rumah.

Ini karena spektrum warna pada waktu ini menghampiri frekuensi jin dan iblis (infra-red) dan ini bermakna jin dan iblis pada waktu ini amat bertenaga karena mereka resonan dengan alam.

Mereka yang sedang dalam perjalanan juga seelok-eloknya berhenti dahulu pada waktu ini (sholat Maghrib dulu lah) karena banyak interferens (gangguan) berlaku pada waktu ini yang boleh mengelirukan mata kita.

Rahasia waktu Maghrib atau warna merah ialah keyakinan, pada frekuensi otot, saraf dan tulang.

Waktu Isya'

Apabila masuk waktu Isya', alam berubah ke warna Indigo dan seterusnya memasuki fasa Kegelapan.
Waktu Isya' ini menyimpan rahasia ketenteraman dan kedamaian di mana frekuensinya bersamaan dengan sistem kawalan otak.

Mereka yang kerap ketinggalan shalat Isya'nya akan selalu berada dalam kegelisahan.

Alam sekarang berada dalam Kegelapan dan sebetulnya, inilah waktu tidur dalam Islam. Tidur pada waktu ini disebut tidur delta di mana keseluruhan sistem tubuh berada dalam masa istirahat.

Qiyamullail
Selepas tengah malam, alam mulai bersinar kembali dengan warna putih, merah jambu dan seterusnya ungu di mana hal ini bersamaan dengan frekuensi kelenjar pineal, pituitari, talamus dan hipotalamus.

Tubuh sepatutnya bangkit kembali pada waktu ini dan dalam Islam waktu ini dipanggil Qiyamullail.

Begitulah secara ringkas pertalian waktu solat dengan warna alam.
Manusia kini semestinyanya menyadari akan pentingnya tenaga alam ini dan inilah faktor adanya bermacam-macam kaedah meditasi yang dicipta seperti taichi, qi-gong dan sebagainya. Semuanya dicipta untuk menyerap tenaga-tenaga alam ke sistem tubuh.

Kita sebagai umat Islam sepatutnya bersyukur karena telah di’karuniakan’ syariat sholat oleh Allah s.w.t tanpa perlu kita memikirkan bagaimana hendak menyerap tenaga alam ini.

Hakikat ini seharusnya menginsafkan kita bahwa Allah s.w.t mewajibkan solat kepada hamba-Nya atas sifat pengasih dan penyayang-Nya sebagai pencipta sebab Dia tahu hamba-Nya ini amat sangat memerlukan-Nya.

Adalah amat malang sekali bagi golongan manusia yang begitu tak pedulinya dalam menjaga sholatnya tapi amat berdisiplin dalam menghadiri kelas taichinya.

Wallahualam.

Kaya Untuk Miskin

“Jika kau ingin menemuiku, carilah aku di tengah-tengah orang miskin,” kata Nabi Muhammad SAW. Dan beliau wafat dengan meninggalkan utang gadai baju besi kepada seorang yahudi.

Wasiat Rasulullah itulah yang membuat Shalahuddin Al Ayyubi memilih miskin hingga akhir hayat. Pada 1193, Sang Penakluk Aqsha (1192), meninggal dunia.
Ketika peti harta warisan Shalahuddin dibuka, isinya nyaris kosong. Bahkan sekadar untuk biaya pemakamannya pun tak cukup. Gaji, bagian ghanimah maupun fa’i yang diterima Jendral Shalahuddin semasa hidupnya, habis dibagikan kepada kaum dhuafa.
Demikianlah, Sholahuddin Al Ayyubi adalah Orang Kaya yang Kaya. Seperti dikatakan

Rasulullah: Bukanlah orang kaya itu yang banyak harta-benda, tapi sejatinya orang kaya adalah yang kaya jiwanya (HR Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Orang kaya macam Shalahuddin Al Ayyubi “tidak punya waktu” untuk menikmati kekayaan harta-bendanya sendiri. Dia kaya untuk miskin. Kaum dhuafa lah yang menikmati kekayaan beliau.

Sesuai kata Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik kekayaan adalah di tangan Muslim yang dermawan. Yakni, kata Abu Ishaq as Sabi’i dalam Kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin, yang memandang keluasan harta benda sebagai penolong agama.

Orang berjiwa kaya seperti Shalahuddin Al Ayyubi, bahkan bisa disebut sebagai “egois” bila tidak berusaha mencari harta sebanyak-banyaknya.
Kok?

Seandainya kita mau memikirkan kepentingan keluarga lainnya, baik keluarga sedarah maupun keluarga seiman yang dhuafa dan membutuhkan bantuan finansial, maka kita tidak akan pernah merasa cukup meskipun penghasilan kita Rp 1 Milyar perbulan!

Penghasilan Rp 5 juta atau 10 juta perbulan, mungkin cukup untuk makan kita dan keluarga, pendidikan anak, cicilan rumah, mobil, zakat/infaq dan sedikit tabungan.
Cukup memang jika kita hanya memikirkan diri dan keluarga kita saja. Tapi kita harus berusaha mendapatkan lebih banyak lagi, karena terlalu banyak umat Islam yang harus dibantu secara finansial. Maka, sebanyak-banyaknya uang harus kita hasilkan, dan sebanyak-banyaknya orang harus menikmati manfaat dari yang kita hasilkan.

Tapi hati-hati, jangan sebaliknya malah menjadi Orang Kaya yang Miskin. Yang sudah diberi kelebihan materi, namun tidak pernah merasa cukup dan selalu merasa kurang. Bagaikan meminum air laut. Itulah yang menyebabkannya miskin.
Memang, setiap manusia berpotensi untuk kemaruk harta. “Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan” (QS Al-Fajr: 20).

Rasulullah SAW pun telah memperingatkan: “Seandainya anak Adam memiliki dua lembah yang dipenuhi harta kekayaan, dia pasti menginginkan lembah yang ketiga” (HR Tirmidzi dari Ibnu Abbas).

Selanjutnya, kerakusan biasanya berjalin-kelindan dengan kebakhilan. “Dan sungguh dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta” (QS. Al-Adiyat: 8). Dia sewa sepasukan bodyguard untuk melindunginya dari sentuhan kaum dhuafa. Belum cukup setengah lusin satpam yang bertugas 2 shift siang-malam menjaga rumahnya, dia bangun pagar rumah senilai milyaran rupiah.

Kerakusan secara manusiawi bahkan mengikuti laju usianya. Seperti diingatkan Nabi, “Hati orang tua yang telah lanjut usia cenderung pada dua hal, yaitu umur panjang dan banyak harta” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Orang yang kaya-rakus-bakhil, sejatinya dia orang miskin. Dia dengan segenap kekayaannya tidaklah menakutkan, tapi menyedihkan. Karena sejatinya dia tidak lebih mulia ketimbang binatang. Bahkan lebih nista lagi.

Firman Allah SWT: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadikan pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya (dari binatang)” (QS. Al Furqan: 43-44).

Orang Kaya yang Miskin, tidak menyadari bahwa dia diciptakan lebih mulia dari setan. Dia justru takluk pada setan yang “… menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan” (QS. Al- Baqarah: 268).

Naudzubillahi mindzalik!
Sumber: Dialog Jum’at Tabloid Republika