Selasa, 11 Januari 2011

Belajar Dari Wajah



Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yg terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salah kalau kita buat semacam target. Misal : hari ini kita belajar tentang wajah. WAJAH? Ya wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuk tapi yg utama adl pancaran yg tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.

Ketika pagi menyingsing misal tekadkan dalam diri : “Saya ingin tahu wajah yg paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yg paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?” krn pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dgn wajah orang per orang. Ya krn tiap orang pastilah punya wajah. Wajah istri, suami anak tetangga teman sekantor, orang di perjalanan dan lain sebagainya. Nah ketika kita berjumpa dgn siapapun hari ini marilah kita belajar ilmu tentang wajah.

Subhanallaah... pastilah kita akan bertemu dgn beraneka macam bentuk wajah. Dan tiap wajah ternyata dampak berbeda-beda kepada kita. Ada yg menenteramkan ada yg menyejukkan ada yg menggelikan ada yg menggelisahkan dan ada pula yg menakutkan. Lho kok menakutkan? Kenapa? Apa yg menakutkan krn bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yg hidung mungil tapi menenteramkan. Ada yg sorot mata tajam menghunjam tapi menyejukkan. Ada yg kulit hitam tapi penuh wibawa.

Pernah suatu ketika berjumpa dgn seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram subhanallaah walaupun kulit tak putih tak kuning tetapi ketika memandang wajahnya.. sejuk sekali! Senyum begitu tulus meresap ke relung qolbu yg paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi hari.
Ada pula seorang ulama yang tubuh mungil dan diberi karunia kelumpuhan sejak kecil. Nama Syekh Ahmad Yassin pemimpin spiritual gerakan Intifadah Palestina. Ia tak punya daya duduk saja di atas kursi roda. Hanya kepala saja yg bergerak. Tapi saat menatap wajah terpancar kesejukan yg luar biasa. Padahal beliau jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yg dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi ternyata dibalik kelumpuhan itu beliau memendam ketenteraman batin yg begitu dahsyat tergambar saat kita memandang sejuk pancaran rona wajahnya.

Nah saudaraku kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yg menenteramkan maka caru tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yg menenteramkan seperti itu. Tentulah benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyuman yg tulus; pancaran wajah nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yg menatapnya. Dan sebalik bagaimana kalau kita menatap wajah lain dgn sifat yg berlawanan; {maaf bukan bermaksud meremehkan} ada pula yg wajah bengis struktur kata ketus sorot mata kejam senyuman sinis dan sikap pun tak ramah. Begitulah wajah-wajah dari saudara-saudara kita yg lain yg belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari.

Ambillah kelebihan dari wajah yg menenteramkan yg menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita dan buang jauh-jauh raut wajah yg tak ramah tak menenteramkan dan yang tak menyejukkan.

Tidak ada salah jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah yg ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yg bibir di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangka dia kurang senyum sinis atau kurang ramah. Subhanallaah bentuk seperti ini pun karunia Allah yg patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yg memiliki utk berusaha senyum ramah lbh maksimal lagi.

Sedangkan bagi wajah yg utk seulas senyum itu sudah ada maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut yaitu utk lbh ikhlas lagi. Karena senyum di wajah bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja tapi yg utama adalah ingin tak kita membahagiakan orang lain? Ingin tak kita membuat di sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad SAW memberikan perhatian yg luar biasa kepada tiap orang yg bertemu dgn beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada orang yg menyapa – menganggap orang tersebut adl orang yg paling utama di hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya.

Walhasil ketika Nabi SAW berbincang dgn siapapun maka orang yg diajak berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang cara bersikap ternyata menjadi atribut kemuliaan yg beliau contohkan. Dan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yg diajak bicara.

Adapun kemuramdurjaan ketidakenakkan kegelisahan itu muncul ternyata diantara akibta kita belum menganggap orang yg ada dihadapan kita orang yg paling utama. Maka terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata berbicara hanya separuh perhatian. Misal ketika ada seseorang yg datang menghampiri kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal kalau kita sudah tak mengutamakan orang lain maka curahan kata-kata cara memandang cara bersikap itu tak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yg kuat.

Oleh krn itu marilah kita berlatih diri meneliti wajah tentu saja bukan maksud utk meremehkan. Tapi mengambil tauladan wajah yg baik menghindari yg tak baik dan cari kunci kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah utk mengutamakan orang lain! Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita walaupun hanya beberapa menit walaupun hanya beberapa detik subhanallaah.**

sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym

12 Langkah Mengatasi Kemarahan

Rasulullah saww berkata, ”Maukah kalian kuberitahu orang yang paling menyerupaiku (pribadinya)?” Mereka (para sahabat) berkata,”Tentu, wahai Rasulullah!” Beliau mengatakan,”Yaitu orang yang paling baik akhlaknya, yang paling ‘sejuk’ naungannya, yang paling berbakti kepada kerabat-kerabatnya, yang paling besar cintanya kepada saudara-saudaranya, yang paling sabar dalam menetapi kebenaran, yang paling pemaaf, dan yang paling kuat kesadaran dirinya di saat ridha maupun di saat marah” (Bihar al-Anwar 66 : 306)

Kemarahan barangkali merupakan emosi yang paling buruk yang perlu ditangani. Dari waktu ke waktu kita semua pernah mengalami perasaan yang kuat ini. Beberapa penyebab umum kemarahan termasuk frustrasi, sakit hati, kejengkelan, kekecewaan, pelecehan, dan ancaman. Hal ini membantu kita untuk menyadari bahwa kemarahan bisa menjadi teman atau bisa menjadi musuh, bergantung pada bagaimana kita mengekspresikannya. Mengetahui bagaimana cara untuk mengenal dan mengekspresikan kemarahan dengan tepat, dapat menolong kita untuk mencapai tujuan-tujuan, dan mengatasi kemunculan-kemunculannya, memecahkan problem-problem dan bahkan melindungi kesehatan kita.
Bagaimanapun, kegagalan untuk mengenal dan memahami kemarahan kita, menggiring kita ke berbagai problem.

Beberapa ahli (psikolog) percaya bahwa kemarahan yang ditekan merupakan penyebab yang mendasari kecemasan dan depresi. Kemarahan yang tidak terekspresikan dapat mengganggu hubungan, mempengaruhi pikiran, dan pola prilaku, juga berbagai problem-problem fisik, seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung, kepala pusing, gangguan kulit dan masalah-masalah lain yang saling terkait. Apa yang bahkan lebih buruk adalah hubungan antara berbahayanya kemarahan yang tak terkontrol dengan kejahatan, emosi dan penganiayaan fisik serta prilaku-prilaku kekerasan lainnya.

Redford Williams, seorang ahli penyakit dalam (internist) dan spesialis tentang prilaku (behavioral specialist) di Duke University Medical Center, Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah program 12-langkah yang dapat menolong orang untuk belajar mengatasi emosi-emosi amarahnya.

Williams menyarankan memantau pemikiran Anda yang cenderung sinis karena mempertahankan atau memelihara “sebongkah permusuhan”. Hal ini akan mengajarkan Anda tentang keseringan dan jenis-jenis situasi yang memprovokasi Anda. Carilah dukungan dari orang-orang penting dalam hidup Anda untuk mengatasi perasaan Anda dan mengubah pola prilaku Anda.

Dengan memelihara “sebongkah rasa permusuhan” Anda, Anda dapat menyadari kapan dan di mana Anda memiliki pemikiran-pemikiran yang agresif, sehingga ketika Anda menemukan diri Anda dalam situasi seperti ini, Anda dapat menggunakan teknik-teknik seperti :
1. Mengambil napas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan-lahan
2. Berdzikir dengan menyebut nama-nama Allah Yang Indah
3. Menghentikan memikirkan hal yang membuat hati Anda menjadi panas. Hal ini dapat
menolong Anda menghentikan siklus kemarahan Anda.
4. Letakkan diri Anda di dalam “sepatu” orang lain. Empati mungkin akan menambah
perspektif yang berbeda.
5. Jagalah di dalam pikiran, bahwa kita semua adalah manusia, yang bisa melakukan
kesalahan.
6. Pelajari bagaimana menertawai diri Anda sendiri dan menemukn humor dalam berbagai
situasi.
7. Pelajari juga bagaimana cara menjadi relaks atau santai.
8. Walaupun mungkin Anda pernah mendengar bahwa mengekspresikan kemarahan itu lebih
baik daripada memendamnya, namun ingatlah bahwa amarah yang sering dilampiaskan
sering bertentangan dengan hasil yang diharapkan dan bisa membuat kita diasingkan
oleh banyak orang.
9. Hal penting lainnya adalah bahwa Anda perlu mempraktikkan “percaya pada orang
lain”. Adalah biasa jika kita lebih mudah marah ketimbang percaya, namun dengan
mempelajari bagaimana mempercayai orang lain, Anda akan dapat mengurangi amarah
Anda yang langsung kepada mereka.
10.Ketrampilan ‘mendengarkan dengan baik’ akan meningkatkan komunikasi dan dapat
memfasilitasi rasa percaya di antara orang-orang. Kepercayaan ini dapat membantu
Anda dalam mengatasi emosi-emosi permusuhan yang potensial; menguranginya bahkan
mungkin mengenyahkannya.
11. Pelajari juga bagaimana Anda menegaskan diri Anda sendiri. Hal ini merupakan
sebuah pilihan yang konstruktif. Ketika Anda menemukan diri Anda marah pada
seseorang, coba jelaskan kepada mereka apa yang mengganggu Anda tentang prilaku
mereka dan mengapa Anda mesti marah kepada mereka.
Anda membutuhkan kata-kata dan kerja yang lebih untuk menjadi tegas ketimbang
harus memperlihatkan kemarahan Anda, namun ganjaran yang akan Anda peroleh
menjadi seimbang. Andai kita menyadari semua ini, maka kita akan merasakan bahwa
hidup ini terlalu singkat, jika kita hanya selalu marah pada segala hal.
12. Langkah terakhir memerlukan permintaan maaf kepada orang yang Anda telah marah
kepadanya. Dengan membiarkan pergi kebencian dan melepaskan tujuan balas jasa
atau ganti rugi, Anda akan merasakan bahwa beban berat berupa kemarahan telah
terangkat dari pundak Anda.

Joan Lunden, pengasuh rubrik kesehatan majalah Healthy Living Magazine mengatakan “Holding on to anger, resentment and hurt only gives you tense muscles, a headache and a sore jaw from clenching your teeth. Forgiveness gives you back the laughter and the lightness in your life.” –

Tahanlah kemarahan (Anda), kekesalan dan rasa sakit hati Anda, yang membuat otot Anda tegang, sakit kepala dan rahang yang tegang karena gemeretak gigi Anda. Pemberian maaf mendatangkan kembali tawa dan pencerahan dalam hidup Anda.

Quito R. Motinggo

Nikmati Proses



Sebenar yg harus kita ni’mati dalam hidup ini adl proses. Mengapa? Karena yg bernilai dalam hidup ini ternyata adl proses dan bukan hasil. Kalau hasil itu Allah yg menetapkan tapi bagi kita punya kewajiban untuk meni’mati dua perkara yg dalam aktivitas sehari-hari harus kita jaga yaitu selalu menjaga tiap niat dari apapun yg kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yg dilakukan selebih terserah Allah SWT. Seperti para mujahidin yg berjuang membela bangsa dan agama sebetul bukan kemenangan yg terpenting bagi mereka krn menang-kalah itu akan selalu dipergilirkan kepada siapapun.

Tapi yg paling penting bagi adalah bagaimana selama berjuang itu niat benar krn Allah dan selama berjuang itu akhlak juga tetap terjaga. Tidak akan rugi orang yg mampu seperti ini sebab ketika dapat mengalahkan lawan berarti dapat pahala kalaupun terbunuh berarti bisa jadi syuhada. Ketika jualan dalam rangka mencari nafkah utk keluarga maka masalah yang terpenting bagi kita bukanlah uang dari jualan itu krn uang itu ada jalur ada rizki dari Allah dan semua pasti mendapatkannya.

Karena kalau kita mengukur kesuksesan itu dari untung yg didapat maka akan gampang sekali bagi Allah utk memusnahkan untung yg didapat hanya dalam waktu sekejap. Dibuat musibah menimpa dikenai bencana hingga akhir semua untung yg dicari berpuluh-puluh tahun bisa sirna seketika. Walhasil yg terpenting dari bisnis dan ikhtiar yg dilakukan adl prosesnya. Misal bagaimana selama berjualan itu kita selalu menjaga niat agar tak pernah ada satu miligram pun hak orang lain yg terambil oleh kita bagaimana ketika berjualan itu kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak bagaimana ketika sedang bisnis benar-benar dijaga kejujuran kita tepat waktu janji-janji kita penuhi.

Dan keuntungan bagi kita ketika sedang berproses mencari nafkah adl dgn sangat menjaga nilai-nilai perilaku kita. Perkara uang sebenarya tak usah terlalu dipikirkan krn Allah Mahatahu kebutuhan kita lbh tahu dari kita sendiri. Kita sama sekali tak akan terangkat oleh keuntungan yg kita dapatkan tapi kita akan terangkat oleh proses mulia yg kita jalani. Ini perlu dicamkan baik-baik bagi siap pun yg sedang bisnis bahwa yg termahal dari kita adl nilai-nilai yg selalu kita jaga dalam proses.

Termasuk ketika kuliah bagi para pelajar kalau kuliah hanya meni’mati hasil ataupun hanya ingin gelar bagaimana kalau meninggal sebelum diwisuda? Apalagi kita tak tahu kapan akan meninggal. Karena yg paling penting dari perkuliahan ta dulu pada diri mau apa dgn kuliah ini?
Kalau hanya utk mencari isi perut kata Imam Ali “Orang yg pikiran hanya pada isi perut maka derajat dia tak akan jauh beda dgn yg keluar dari perutnya”. Kalau hanya ingin cari uang hanya tok uang maka asal tahu saja penjahat juga pikiran hanya uang. Bagi kita kuliah adl suatu ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita menuntut ilmu supaya tambah luas ilmu hingga akhir hidup kita bisa lbh meningkat manfaatnya. Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuan adl agar dapat meningkatkan kemampuan orang lain.

Kita cari nafkah sebanyak mungkin supaya bisa mensejahterakan orang lain. Dalam mencari rizki ada dua perkara yg perlu selalu kita jaga ketika sedang mencari kita sangat jaga nilai-nilai dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya. Inilah yg sangat penting. Dalam perkuliahan niat kita mau apa nih? Kalau mau sekolah mau kuliah mau kursus selalu tanyakan mau apa nih?

Karena belum tentu kita masih hidup ketika diwisuda krn belum tentu kita masih hidup ketika kursus selesai. Ah Sahabat. Kalau kita selama kuliah selama sekolah selama kursus kita jaga sekuat-kuat mutu kehormatan nilai kejujuran etika dan tak mau nyontek lalu kita meninggal sebelum diwisuda? Tidak ada masalah krn apa yg kita lakukan sudah jadi amal kebaikan.

Karena jangan terlalu terpukau dgn hasil. Saat melamar seseorang kita harus siap menerima kenyataan bahwa yg dilamar itu belum tentu jodoh kita. Persoalan kita sudah datang ke calon mertua sudah bicara baik-baik sudah menentukan tanggal tiba-tiba menjelang pernikahan ternyata ia mengundurkan diri atau akan menikah dgn yg lain.
Sakit hati sih wajar dan manusiawi tapi ingat bahwa kita tak pernah rugi kalau niat sudah baik cara sudah benar kalaupun tak jadi nikah dgn dia. Siapa tahu Allah telah menyiapkan kandidat lain yg lbh cocok. Atau sudah daftar mau pergi haji sudah dipotret sudah manasik dan sudah siap utk berangkat tiba-tiba kita menderita sakit sehingga batal utk berangkat.
Apakah ini suatu kerugian? Belum tentu! Siapa tahu ini merupakan ni’mat dan pertolongan dari Allah krn kalau berangkat haji belum tentu mabrur mungkin Allah tahu kapasitas keimanan dan kapasitas keilmuan kita.
Oleh sebab itu sekali lagi jangan terpukau oleh hasil krn hasil yg bagus menurut kita belum tentu bagus menurut perhitungan Allah. Kalau misal kualifikasi mental kita hanya uang 50 juta yg mampu kita kelola. Suatu saat Allah memberikan untung satu milyar nah untung ini justru bisa jadi musibah buat kita. Karena tiap datang rizki akan efektif kalau iman kita bagus dan kalau ilmu kita bagus. Kalau tak datang uang datang gelar datang pangkat datang kedudukan yg tak dibarengi kualitas pribadi kita yg bermutu sama dgn datang musibah.
Ada orang yg hina gara-gara dia punya kedudukan krn kedudukan tak dibarengi dgn kemampuan mental yang bagus jadi petantang-petenteng jadi sombong jadi sok tahu maka dia jadi nista dan hina krn kedudukannya. Ada orang yg terjerumus bergelimang maksiat gara-gara dapat untung.
Hal ini karena ketika belum dapat untung akan susah ke tempat maksiat krn uang juga tak ada tapi ketika punya untung sehingga uang melimpah-ruah tiba-tiba dia begitu mudah mengakses tempat-tempat maksiat. Nah Sahabat. Selalulah kita ni’mati proses. Seperti saat seorang ibu membuat kue lebaran ternyata kue lebaran yg hasil begitu enak itu telah melewati proses yg begitu panjang dan lama. Mulai dari mencari bahan-bahan memilah-milah menyediakan peralatan yg pas hingga memadukan dgn takaran yg tepat dan sampai menunggui di open.
Dan lihatlah ketika sudah jadi kue baru dihidangkan beberapa menit saja sudah habis. Apalagi biasa tak dimakan sendirian oleh yg membuatnya. Bayangkan kalau orang membuat kue tadi tak meni’mati proses membuat dia akan rugi krn dapat capek saja krn hasil proses membuat kue pun habis dgn seketika oleh orang lain. Arti ternyata yg kita ni’mati itu bukan sekedar hasil tapi proses.

Begitu pula ketika ibu-ibu punya anak lihatlah prosesnya. Hamil sembilan bulan sungguh begitu berat tidur susah berbaring sulit berdiri berat jalan juga limbung masya Allah. Kemudian saat melahirkan pun berat dan sakit juga setengah mati. Padahal setelah si anak lahir belum tentu balas budi. Sudah perjuangan sekuat tenaga melahirkan sewaktu kecil ngencingin ngeberakin sekolah ditungguin cengeng luar biasa di SD tak mau belajar {bahkan yg belajar yg mengerjakan PR justru malah ibunya} dan si anak malah jajan saja saat masuk SMP mulai kumincir masuk SMU mulai coba-coba jatuh cinta.

Bayangkanlah kalau semua proses mendidik dan mengurus anak itu tak pakai keikhlasan maka akan sangat tak sebanding antara balas budi anak dgn pengorbanan ibu bapaknya. Bayangkan pula kalau menunggu anak berhasil sedangkan proses sudah capek setengah mati seperti itu tiba-tiba anak meninggal naudzhubillah apa yg kita dapatkan? Oleh sebab itu bagi para ibu ni’matilah proses hamil sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mengurus anak pusing ngadat- dan rewel anak sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mendidik anak menyekolahkan anak dgn penuh jerih payah dan tetesan keringat sebagai ladang amal.
Jangan pikirkan apakah anak mau balas budi atau tak sebab kalau kita ikhlas menjalani proses ini insya Allah tak akan pernah rugi. Karena memang rizki kita bukan apa yg kita dapatkan tapi apa yg dgn ikhlas dapat kita lakukan.


sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym

Mengagumi Rasulullah SAW



Ketika Rasulullah SAW sedang bertawaf mengelilingi Ka’bah, beliau mendengar seorang di hadapannya bertawaf sambil berzikir, “Ya, Karim! Ya, Karim!” Lalu, Nabi SAW menirunya, “Ya, Karim! Ya, Karim!” Orang itu lalu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, lalu berzikir lagi. Nabi Muhammad pun kembali mengikutinya.
Seakan merasa seperti diolok-olok, orang itu menoleh ke belakang. Terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah dan tampan, yang belum pernah dikenalinya. Orang itu lalu berkata, “Wahai, orang tampan,
apakah engkau memang sengaja memperolok-olokku karena aku ini adalah orang Arab Badui? Kalaulah bukan karena kegagahanmu, pasti aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad SAW.”
Rasulullah pun tersenyum, dan bertanya, “Tidakkah engkau mengenali nabimu, wahai, orang Badui?” Orang itu menjawab, “Belum.” Lalu, Rasulullah bertanya, “Jadi, bagaimana engkau beriman kepadanya?” Si Badui kembali berkata dengan mantap, “Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya walaupun saya belum pernah melihatnya.”
“Wahai, orang Badui, ketahuitah, aku ini nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat,” ujar Nabi. Melihat Rasulullah di hadapannya, dia tercengang, seakan tak percaya. “Tuan ini Nabi Muhammad?” Nabi menjawab, “Ya.”
Ia segera menunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah. Melihat hal itu, Nabi segera menarik tubuh orang Badui itu seraya berkata, “Wahai, orang Badui, janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabur dan yang minta dihormati atau diagungkan. Akan tetapi, demi berita gembira bagi orang yang beriman dan ancaman bagi yang mengingkarinya.”
Ada dua makna penting dalam kisah di atas. Pertama, kebanggaan tiada tara seorang hamba bertemu dengan Nabi SAW. Kedua, kecintaan terhadap Nabi bukan dengan cara memujanya, seperti mencium kaki. Nabi tak memposisikan dirinya di hadapan umatnya laksana tuan dan budak.
Kecintaan dan kekaguman terhadap Rasulullah hendaknya direfleksikan dari perilaku yang mencerminkan ketaatan terhadap ajarannya, bukan pada pribadinya secara fisik. Kita tak menemukan Rasulullah dalam bentuk fisik, tetapi ajaran kebenaran yang disampaikannya akan tetap “hidup” dan menjadi cahaya sepanjang zaman. Selama itu pula, umat akan merasakan kehadiran Rasulullah sekaligus menghormatinya.
Kesetiaan dan kekaguman kepada Rasulullah saat ini akan memiliki derajat yang sama dengan orang yang bertemu secara langsung tatkala kita menjadi umat yang taat dan selalu menegakkan syiar Islam yang diajarkannya.
Sumber: kolom hikmah Republika, 16 September

Jihad Melawan Hawa Nafsu atau Jihad Karena Hawa Nafsu?


“Sesungguhnya jihad adalah salah satu dari pintu-pintu surga yang mana Allah telah membukakannya secara khusus kepada para kekasih-Nya (awliya’ihi), dan dia itulah yang disebut sebagai libasut taqwa (pakaian takwa), dan baju besi Allah yang kokoh, dan perisai-Nya yang kuat” (Imam Ali as, Nahjul Balaghah)

Al-Raghib al-Isfahani pertama-tama menjelaskan arti jihad dari akar katanya jahd yang berarti bekerja keras atau melakukan upaya sepenuh tenaga dan kata juhud yang berarti kesanggupan maximal seseorang (lihat QS 9 : 79).Kemudian ia melanjutkan penjelasannya tentang jihad wa al-mujahidah yang berarti menghabiskan seluruh tenaga dan upaya semaximal kemampuannya di dalam mempertahankan dirinya dari serangan musuh.
Al-Raghib membagi jihad di dalam tiga kategori : (1) untuk berjuang melawan musuh yaitu mereka yang tak beriman; 2) melawan terhadap setan dan 3) melawan diri sendiri yaitu: ketamakan dan egoisme. 171]

Banyak orang Islam menyangka bahwa Jihad bukan merupakan ibadah. Bahkan lebih jauh lagi menyangka bahwa jihad bukan bagian dari ajaran Islam. Tentu saja pemikiran seperti ini jauh dari kebenaran.
Banyak sekali konsep-konsep Islam yang telah didistorsi para orientalis Barat dan Islamolog yang memang bermaksud menyimpangkan konsep-konsep Islam dari jalan yang sebenarnya.

Sayangnya lagi, sebagian kecil orang Islam, yang terdiri dari kaum muda memahami beberapa konsep Islam secara keliru dan menyebarkannnya pada banyak orang yang masih awam.

Di Barat, kata jihad umumnya diterjemahkan dengan “Perang Suci” (holy war), dan kata inilah yang lebih populer digunakan oleh media-media Barat. Padahal kata jihad berasal dari bahasa Arab, dan jika kita kembalikan kata “Perang Suci” ke dalam bahasa Arab maka semestinya menjadi “al-harbu al-muqaddasah”, bukan jihad. Walau pun begitu, kata perang atau qital juga dapat kita temukan di dalam banyak ayat Qur’an.
Makna jihad yang secara harfiah adalah upaya keras, dan perang membela diri melawan kaum ingkar, tidak hanya tentang darah dan kematian fisik. Ia adalah kesiapan untuk mempertahankan kehidupan tanpa kenal takut dalam kehidupan rohani.

Nabi saww tidak menginginkan perang dan kematian atas orang lain yang diakibatkannya. Beliau berusaha menggunakan nalar untuk menghindarinya, namun jika keadaan memaksa (jahada), ia tak gentar untuk mengangkat senjata demi menjaga kehormatan agama dan melindungi kepentingan umat.

Imam Hasan ibn Ali as menggunakan nalarnya ketika ia melepaskan khilafah. Imam Hasan memiliki ribuan prajurit tapi ia tahu bahwa mereka tak mungkin mampu bertahan dan gigih. Oleh karena itu ia beranggapan tidaklah bijaksana menggiring mereka ke dalam peperangan sementara mereka tidak akan mampu bertahan, karena mereka tidak memiliki keyakinan yang dalam.

Jihad di dalam Islam merupakan salah satu ibadah yang mulia dan salah satu pilar dari delapan pilar agama Islam. Jihad sering diproyeksikan seolah-olah hanya merupakan bagian integral Islam untuk berjuang melawan orang-orang non muslim dan seolah-olah merupakan kewajiban atas umat Islam untuk berjuang melawan orang-orang yang tidak setia terhadap pemerintahan Islam.

Sebenarnya, Jihad memiliki makna yang berlapis-lapis (multi layered), yang sayangnya oleh sebagian orang Islam hanya diproyeksikan dalam satu dimensi pemaknaan, yaitu perjuangan melawan orang-orang yang tidak setia kepada Islam.

Kedangkalan pemahaman akan filsafat sejarah awal perkembangan Islam berakibat munculnya banyak kekeliruan didalam penafsirannya sehingga banyak konsep-konsep Islam yang diletakkan tidak pada tempatnya. Hal ini juga menimpa konsep Jihad.
Yang paling utama adalah bagaimana pemahaman yang pas atas konsep jihad dalam situasi historisnya. Dan yang terpenting, diharapkan dari kita tidak selalu meletakkan Jihad sebagaimana sejarah memposisikannya, karena banyak konsep-konsep Islam tidak hanya terkait pada pemahaman atas sejarah, tetapi tidak boleh diabaikan juga tinjauan hukum atau fiqih Islam yang mesti menjadi bagian penting untuk memahami dan menerapkannya. Pemahaman Islam yang hanya ditinjau dari satu sisi atau beberapa sisi saja hanya mengakibatkan munculnya pemahaman yang tidak integral dan tumpul.

Seluruh konsep-konsep Islam tidak bisa tidak mesti dipahami secara integral dan komprehensif, sehingga ia menjadi suatu sistem yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan lainnya.

Begitu pun ketika kita mencoba memahami ayat-ayat Qur’an yang berlapis dan multi dimensi, beberapa adalah historis, beberapa sosial, beberapa etis dan hukum dan seterusnya. Hal ini dilakukan agar kita tidak sampai berlaku tidak adil terhadap al-Qur’an dan tidak menyalah gunakan (melaksanakan) Jihad hanya untuk kepentingan pribadi dan hawa nafsu.

Suatu studi yang hati-hati terhadap al-Qur’an dan hadits membuat pemahaman terhadap Jihad menjadi lebih jernih dan jauh dari semata-mata kekerasan dan peperangan. Sayangnya, beberapa peperangan yang dilakukan khalifah Islam setelah wafatnya Rasul saww telah banyak disimpangkan dari tujuan yang sebenarnya.

Pada masa khalifah pertama, Abu Bakar, terjadi beberapa peristiwa penyalahgunaan jihad seperti pada peristiwa Fuja’ah, juga peristiwa pembakaran Bani Salim yang dilakukan oleh Khalid bin Walid.

Pada masa itu alasan murtad dijadikan alasan untuk bisa melaksanakan jihad. Akan tetapi benarkah orang-orang itu murtad? Dan bolehkah kaum muslimin melakukan pembakaran hidup-hidup sebagai sanksi atas sesuatu yang dianggap melanggar hukum?
Padahal Rasulullah saww pernah bersabda, “Jangan menyiksa dengan api kecuali Pemiliknya (Allah)!” (Shahih Bukhari 4 : 325, Kitab Jihad : ‘Jangan menyiksa dengan siksa yang hanya Allah saja yang boleh melakukannya’).

Bahkan setelah pemerintahan Abu Bakar, penyalahgunaan Jihad semakin banyak dilakukan, terutama pada masa Bani Umayyah dan Bani Abbas. Penyimpangan makna dan penerapan Jihad di kemudian hari tampaknya telah diketahui oleh Rasulullah saww, sehingga karenanya beliau bersabda ketika beliau melihat pasukan yang kembali dari suatu peperangan, “Selamat datang, wahai orang-orang yang telah melaksanakan jihad kecil dan masih tertinggal jihad akbar”. Ketika orang-orang bertanya makna jihad akbar, Rasul saww menjawab, “Jihad melawan hawa nafsu atau diri sendiri (jihad al-nafs)” 172]

Hal ini dimaksudkan agar jihad ashghar (jihad kecil) tidak dilakukan kecuali atas dasar pertimbangan religius. Jika jihad kecil (perang) dilakukan tanpa kebersihan jiwa, tanpa niat yang murni semata-mata untuk mendapatkan ridha dan cinta-Nya, maka tentulah itu bukan jihad yang dimaksud oleh Islam.

Mungkin salah satu sebab munculnya Sufisme adalah karena kaum sufi menjaga dan menjauhkan diri dari perjuangan demi kekuasaan dan usaha para penguasa muslim saat itu pada perluasan wilayah.

Mereka, kaum sufi menyadari bahaya menyalahgunakan konsep jihad dan pentingnya penekanan aspek sosial dan moral dari jihad. Jihad Akbar bertujuan untuk mengendalikan sifat-sifat tercela, yang salah satunya adalah sifat tamak, haus kekuasaan dan zalim.

Adanya Jihad Akbar semata-mata untuk menjadi poros untuk tindakan Jihad Ashghar, sehingga jika jihad kecil dilakukan maka tidak boleh keluar dari asasnya yaitu Jihad Akbar.

Penekanan ini sangat diperlukan ketika konsep jihad dengan pedang telah disalahgunakan untuk pertimbangan yang egois. Ajaran Moral dan batasan etis yang dikenakan al-Qur’an secara total telah diabaikan oleh para penguasa Islam dan sepasukan tentara mereka untuk memenuhi ketamakan mereka untuk perluasan wilayah. Untuk alasan inilah kaum sufi turut campur pada langkah ini dan mencoba untuk menerbitkan moral dan dimensi yang etis atas konsep Jihad yang kaya.

Di dalam Shahih al-Bukhari, bisa kita temukan hadits tentang Miqdad ibn Amr al-Kindi. Ia bertanya kepada Nabi yang suci saww,”Sekiranya saya berjumpa dengan salah seorang kafir harb dan kami berperang, lantas ia memukul dan melukai salah satu dari tangan saya, bahkan memotongnya dengan pedangnya, kemudian ia berlari dan berlindung di balik pohon sambil berkata,”Aku menyerah kepada Allah!”, apakah boleh saya membunuhnya, setelah ia telah berkata ini, wahai Rasulullah?”
Rasulullah bersabda,”Semestinya kamu tidak membunuhnya” Al-Miqdad berkata,“Wahai Rasulullah, bukankah ia telah memotong tanganku, dan bukankah kata-kata itu hanya untuk melindungi dirinya dari pembalasan saya?” Rasul saww menjawab, “Kamu tidak boleh membunuhnya, karena jika kamu membunuhnya ketika ia berada dalam posisi seperti itu, maka kamu tidak berbeda dengan orang-orang yang kamu perangi” 173]
Dalam riwayat lainnya, peristiwa seperti ini berkenaan dengan Khalid bin Walid yang membunuh musuh yang telah menyerah dan mengucapkan syahadat Islam. Khalid berdalih,”Itu hanya tipu muslihat musuh saja agar ia selamat dari pedangku!” Nabi saww sangat marah dan mengatakan kepada Khalid, “Mengapa tidak kamu bongkar saja dadanya dan kamu korek hatinya? Apakah kamu benar-benar mengetahui isi hatinya?!”
Riwayat-riwayat seperti ini mengajarkan kepada kita bahwa hatta dalam peperangan pun, Islam mengajarkan moral yang tinggi, yaitu agar memaafkan musuh dan tidak membenarkan pembalasan dendam.

Jihad merupakan salah satu dari ibadah politik Islam. Islam sebagai agama yang komprehensif, menjadikan politik sebagai salah satu bagian penting dari ajarannya. Pemisahan politik dari agama merupakan ancaman terbesar, dan inilah salah satu yang diinginkan oleh musuh-musuh Islam.

Oleh karena itu orang-orang yang menghendaki kebaikan bagi Islam berupaya agar agama dan politik tetap menyatu. Hubungan antara keduanya ini adalah seperti hubungan roh dan tubuh. Tubuh dan roh serta kulit dan isi harus selalu menjadi satu.
Kulit dibutuhkan untuk melindungi isi agar kuat. Islam memandang penting politik, pemerintah, undang-undang politik dan jihad, hanya dengan tujuan melindungi dan menjaga warisan spiritualnya, yaitu tauhid, supremasi nilai-nilai spiritual dan moral, keadilan sosial, persamaan hak dan perhatian terhadap sentimen manusia. Jika kulit dipisahkan dari isinya, maka isi akan rusak, dan kulit jadi tak ada gunanya.

Penggunaan kekuatan terkadang juga bisa bermoral. ltulah sebabnya Islam menganggap memerangi kekerasan dan tirani itu sebagai kewajiban suci, dan memandang Jihad dan perlawanan bersenjata, dalam keadaan tertentu, sebagai kewajiban. Allah SwT berfirman, ‘Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak, yang semuanya berdoa,”Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya, dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu!” (QS an-Nisâ’: 75)

Ayat ini menekankan kepada kaum muslimin agar berjihad, dengan dua nilai spiritual (1) Gerakan mereka adalah demi atau karena Allah, (2) Orang-orang tak berdaya tengah ditindas oleh tiran, dan kaum muslimin wajib menolong mereka.

Dalam ayat lainnya Al-Qur’an yang suci mengatakan, “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, melainkan hanya karena mereka berkata,”Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirubuhkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha-kuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah perbuatan yang munkar, dan kepada Allah lah kembali segala urusan.” (QS. al-Hajj [22]: 39-41)

Di dalam ayat ini kita lihat bahwa seraya memberikan izin berjihad, disebutkan hak-hak kaum Muslim yang hilang dan pada saat yang sama, juga disebut-sebut sebuah nilai yang lebih tinggi daripada hak-hak yang hilang, dan merupakan filosofi pembelaan diri.

Al-Qur’an mengatakan bahwa jika kaum muslimin tidak melakukan jihad, atau tidak berbuat apa-apa, maka keselamatan masjid dan rumah ibadah lainnya, yang menjadi jantung kehidupan spiritual masyarakat, terancam bahaya dan tidak lagi akan berfungsi.

Al-Qur’an juga mengatakan, “Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya.” (QS. an-Nisâ’: 148) Jelaslah ini merupakan dorongan kepada kaum tertindas untuk melakukan perlawanan.

Rasulullah saww bersabda, “…maka barangsiapa yang meninggalkan jihad, niscaya Allah pakaikan (pakaian) kehinaan atas dirinya, kefakiran dalam penghidupannya, dan Allah matikan agamanya. Sesungguhnya Allah Tabaraka Ta’ala akan melemahkan umatku karena mereka meninggalkan kuda-kuda mereka dan pos-pos pertahanan mereka” 174]

Sebagian mufassir Al-Qur’an menggambarkan golongan kanan (ashhâb al-yamin) sebagai ashhâb al-mujâhadah, yakni orang-orang yang berjihad, orang-orang yang terus-menerus berjuang dan bersabar dalam menanggung penderitaan mereka.

Akan ada kedamaian bagi mereka, meskipun mereka berada dalam cobaan dan kegelisahan. Kehidupan ini adalah gudang cobaan dan penderitaan. Akan tetapi, jika cobaan itu dijalani di atas jalan yang ditempuh oleh Nabi Muhammad saww, maka ia akan terasa ringan dan bisa ditanggung.
Bila tidak demikian, seorang yang waras hanya bisa melompat dari jendela dan terang-terangan menyatakan bahwa eksistensi dirinya sama sekali tidak bisa dipahami. Kehidupan ini adalah tempat cobaan dan kesulitan di mana pembangkangan atas rahmat Allah dihapuskan. Manusia tidak punya pilihan kecuali harus berjihad. 175]
Rasulullah saww bersabda, “Barangsiapa yang menjumpai Allah tanpa ada bekas jihad maka Allah akan menjumpainya dalam keadaan sumbing” 176]
Namun hal yang paling penting untuk diperhatikan dari semua yang tertera dalam tulisan ini adalah bahwa jihad tidak bisa dilakukan kecuali dengan syarat-syarat yang telah ditentukan di dalam hukum-hukum fiqih. Salah satunya adalah sebagaimana yang dikatakan Imam al-Shadiq as, “Jihad hanya wajib dilaksanakan bersama pemimpin yang adil” 177]

Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
Posted by Quito Riantori

Aurat dan Jilbab



Rasulullah bersabda :Ada dua golongan penghuni neraka yg aku belum pernah melihatnya yakni : LAKI-LAKI yg tangan mereka menggenggam cambuk yg mirip ekor sapi utk memukuli orang lain dan WANITA-WANITA yg berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.”

Wanita-wanita yg digambarkan Rasul dalam hadits di atas sekarang banyak sekali kita lihat. Bahkan itu sudah menjadi sesuatu yg mentradisi dan dianggap lumrah. Mereka adlh wanita-wanita yg memakai pakaian tapi telanjang. Sebab pakaian yg mereka kenakan tak dapat menutupi apa yg Allah perintahkan utk ditutupi.

Budaya barat adlh penyebab fenomena ini. Sebab pakaian yg tak layak tersebut bukanlah merupakan budaya masyarakat Islam dan tidak pula dikenal dalam tradisi masyarakat kita. Namun itu adl hal baru yg lantas diterima tanpa dikritisi. Tidak pula itu diuji dgn pertanyaan bolehkah ini menurut agama atau baikkah ini bagi kita dan pertanyaan lain yg senada. Boleh jadi krn perasaan rendah diri yg akut dan silau terhadap kemajuan barat dalam beberapa hal akhirnya banyak di antara kita yg menerima budaya barat dgn mata tertutup .

Namun di sana kita juga melihat fajar yg mulai terbit. Kesadaran utk kembali kepada budaya kita sendiri mulai tumbuh. Betapa sekarang kita banyak melihat indahnya kibaran jilbab di mana-mana. Di kampus di sekolah di pasar dan bahkan di terminal-terminal. Malah di beberapa negara barat muslimah-muslimah pemakai jilbab tak lagi sulit ditemukan. Jelasnya saat ini sudah tak ada lagi larangan utk mengenakan busana dan pakaian yg menutup aurat. Permasalahannya apakah jaminan kebebasan ini kemudian segera disambut oleh para muslimah kita dgn segera kembali mengenakan pakaian takwa itu atau tidak. Yang pasti alasan dilarang oleh si ini dan si itu kini tak berlaku lagi.

AURAT WANITA DAN HUKUM MENUTUPNYA

Aurat wanita yg tak boleh terlihat di hadapan laki-laki lain adl seluruh anggota badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Yang menjadi dasar hal ini adalah :.
Al-Qur’an surat Annur .Dan katakanlah kepada wanita-wanita yg beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yg biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkkan khumur nya ke dadanya”

Keterangan Ayat ini menegaskan empat hal
1 Perintah utk menahan pandangan dari yg diharamkan oleh Allah.
2 Perintah utk menjaga kemaluan dari perbuatan yg haram.
3 Larangan utk menampakkan perhiasan kecuali yg biasa tampak.

Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menampakkan anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab jika perhiasannya saja dilarang utk ditampakkan apalagi tempat perhiasan itu berada. Sekarang marilah kita perhatikan penafsiran para sahabat dan ulama terhadap kata ‘kecuali yg biasa nampak’ dalam ayat tersebut. Menurut Ibnu Umar RA. yg biasa nampak adl wajah dan telapak tangan. Begitu pula menurut Imam Auzai dan Ibnu Abbas RA. Hanya saja beliau menambahkan cincin dalam golongan ini. Ibnu Mas’ud RA. mengatakan maksud kata tersebut adl pakaian dan jilbab.Said bin Jubair RA. mengatakan maksudnya adl pakaian dan wajah. Dari penafsiran para sahabat dan para ulama ini jelaslah bahwa yg boleh tampak dari tubuh seorang wanita adl wajah dan kedua telapak tangan. Selebihnya hanyalah pakaian luarnya saja.

4. Perintah utk menutupkan khumur ke dada.
Khumur adl bentuk jamak dari khimar yg berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasa kita disebut jilbab. Ini menunjukkan bahwa kepala dan dada adl juga termasuk aurat yg harus ditutup.
Berarti tidak cukup hanya dgn menutupkan jilbab pada kepala saja dan ujungnya diikatkan ke belakang. Tapi ujung jilbab tersebut harus dibiarkan terjuntai menutupi dada.

Hadis riwayat Aisyah RA bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dgn pakaian yg tipis lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata :Hai Asma seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid maka tak ada yg layak terlihat kecuali ini” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. .
Keterangan Hadis ini menunjukkan dua hal :yakni
(A). Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.
(B). Pakaian yg tipis tidak memenuhi syarat utk menutup aurat.

Dari kedua dalil di atas jelaslah batasan aurat bagi wanita yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adl wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka akan menuai dosa. Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat solat saja namun juga pada semua tempat yg memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.

Selain kedua dalil di atas masih ada dalil-dalil lain yg menegaskan akan kewajiban menutup aurat ini . Dari Al-Qur’an a. :Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu melakukan tabarruj sebagaimana tabarrujnya orang-orang jahiliyyah dahulu” .

Keterangan Tabarruj adl perilaku mengumbar aurat atau tidak menutup bagian tubuh yg wajib utk ditutup. Fenomena mengumbar aurat ini adl merupakan perilaku jahiliyyah. Bahkan diriwayatkan bahwa ritual haji pada zaman jahiliyyah mengharuskan seseorang thawaf mengelilingi ka’bah dalam keadaan bugil tanpa memandang apakah itu lelaki atau perempuan.Konteks ayat di atas adl ditujukan utk istri-istri Rasulullah. Namun keumuman ayat ini mencakup seluruh wanita muslimah.

Kaidah ilmu ushul fiqh mengatakan ‘Yang dijadikan pedoman adl keumuman lafadz sebuah dalil dan bukan kekhususan sebab munculnya dalil tersebut . “ Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lbh mudah utk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Keterangan Jilbab dalam bahasa Arab berarti pakaian yg menutupi seluruh tubuh bukan berarti jilbab dalam bahasa kita . Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa menutup seluruh tubuh adl kewajiban tiap mukminah dan merupakan tanda keimanan mereka.
Hadis Rasulullah bahwasanya beliau bersabda ‘Ada dua golongan penghuni neraka yg aku belum pernah melihatnya Laki-laki yg tangan mereka menggenggam cambuk yg mrip ekor sapi untk memukuli orang lain dan wanita-wanita yg berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.

Keterangan Hadis ini menjelaskan tentang ancaman bagi wanita-wanita yg membuka dan memamerkan auratnya. Yaitu siksaan api neraka. Ini menunjukkan bahwa pamer aurat dan buka-bukaan adl dosa besar. Sebab perbuatan-perbuatan yg dilaknat oleh Allah atau Rasul-Nya dan yg diancam dgn sangsi duniawi atau azab neraka adl dosa besar.

SYARAT PAKAIAN PENUTUP AURAT WANITA

Pada dasarnya seluruh bahan model dan bentuk pakaian boleh dipakai asalkan memenuhi syarat-syarat berikut
(1). Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
(2). Tidak tipis dan tidak transparan
(3). Longgar dan tidak memperlihatkan lekuk-lekuk dan bentuk tubuh
(4). Bukan pakaian laki-laki atau menyerupai pakaian laki-laki.
(5). Tidak berwarna dan bermotif terlalu menyolok.Sebab pakaian yg menyolok akan mengundang perhatian laki-laki. Dengan alasan ini pula maka maka membunyikan perhiasan yg dipakai tidak diperbolehkan walaupun itu tersembunyi di balik pakaian. .

sumber file al_islam.chm