Kamis, 29 Juli 2010

Catatan Terakhir


Aku tahu ketika aku menuliskan ini, engkau tengah
menikmati hari bahagiamu. Dan aku juga tahu salah satu orang yang tak pernah
engkau harapkan datang hadir di hari bahagiamu itu adalah aku,”

Terima kasih engkau”, terima kasih telah lupa dengan
diriku, pura-pura melupakanku bahwa di semesta pikiranmu pernah ada aku,
sekarang aku cuma bisa berkata kepadamu” semoga engkau bahagia dengan semua
itu.

Aku yang terlupakan.

engkau, lama tak ada
tulisan tentangmu.

Tak seperti dulu

dulu, hampir setiap
waktu, selalu ada kata untukmu.

Apa kabarmu sekarang?…

Ah basi ya? Biarlah, aku
hanya ingin mengulang kembali kebiasaan lamaku, sekedar mengalirkan metafor
basa-basi menyapamu, seperti orang ketemu, bertanya kabar meskipun tak mau tahu
dengan kabar yang ditanyakan itu,…ah basa-basi bagiku.

Tapi, kali ini agak lain
basa-basiku tidak hanya itu.

Coba dengarkanlah aku.

Tuhan, apakah sinyalmu
tidak cukup kuat menerima SMS yang telah aku kirimkan Kepadamu?

Ataukah, mungkin
jaringanmu sedang sibuk megurus pesan-pesan lain yang lebih penting dari
pesanku itu?

Tuhan apakah karena
hanya aku memakai kartu perdana murahan, dan handphone monophonik sehinggga
SMSku tak sampai Kepadamu?.

Ataukah nomor pusat
servis pesanku keliru sehingga salah sambung pesanku entah kemana?.

Tuhan, katanya servisMu
24 jam online tanpa henti, tapi mengapa SMSku tak juga Engkau Balas?.

Padahal aku juga sudah
kirimkan SMSku di saat diskon specialmu, yakni di sepertiga malam-Mu karena aku
yakin tak banyak orang yang menghubungi atau berkirim pesan kepada-Mu. Tapi
mengapa sampai detik ini menunggu tak juga Engkau balas SMSku, padahal aku
menunggu Tuhan.

Tuhan,apakah aku salah
kirim ke nomor yang lain?

Tapi kurasa benar,sebab
di ktab keabadian warisan nabi-Mu sudah kubaca benar itu nomor-Mu,Tuhan.

Tapi mengapa engkau tak
segera membalas SMSku Tuhan,padahal aku menunggu.

Kalau aku harus
menelepon,sayang aku tak punya cukup pulsa untuk itu. Dan seandainyapun ada aku
kuatir Engkau tak mau terima teleponku, karena Engkau tahu aku banyak salah dan
kilaf kepada-Mu.

Sekali-kali SMS aku dong
Tuhan. Aku akan sangat senang jika ada pesan khusus dari-MU. Aku akan
melonjak-lonjak girang dan tanpa lama ku balas ‘ Terima kasih Tuhan’ kontan.

Namun mengapa Tuhan tak
kunjung kau balas pesanku?

Padahal aku cuma ingin
tahu Tuhan,apakah benar kabar yang akau dengar itu, apakah benar ini hari
kebahagianya (untuk seseorang di jauh sana), namun mengapa tak ada
pemberitahuan dan undangan darinya.dan apakah benar orang yang tak pernah di
harapakan datang adalah ‘Aku”. Kalau memang iya Tuhan tolong sampaikan kataku
”Semoga dia bahagia”.

Ya sekedar basa-basi tapi punya arti
bagiku

Karena memang Tuhan tak
butuh dengan kata-kataku itu.

Namun engkau waktu?

Adakah Deja vu itu?

Engkau jangan terus maju
waktu,kembalikan aku ke masa lalu, yang indah itu.

Aku masih punya mimpi,
aku masih punya cinta yang sanggup mengetarkan seluruh urat syarafku, memeras
gelora air mataku. Kenangan itu….

Ya sebuah kenangan yang
kelak akan aku buka kembali pada episode masa depanku, yang jauh itu, bersama
kata yang tak pernah sanggup menggenggam bahasa jiwaku, tentang aku dan kamu.

Dan sekarang…, ya
sekarang aku hidup di ini waktu.

Menggores pena bersama
berjalannya sang waktu.

Dan dirimu…

Kalau aku punya hari
yang indah teryata dirimu punya yang lebih dariku..

tapi kenapa dirimu tak
beritahu aku..

Hhhmmm….aku tahu, dirimu
sengaja tak mengabariku karena engkau kuatir aku iri denganmu, iri dengan hari
bahagiamu, iri dengan hari indahmu he..he.. tapi sory ya, engkau keliru kalau
berpikir begitu.

Ya daripada salah dan
membuat muka merah,..ah…yang pasti engkau sengaja melupakanku,supaya ada
tulisan ini untukmu. Terima kasih engkau, telah membangunkan imajinasiku. Tapi
maaf ini bukan surat cinta yang sering orang tuliskan itu. Dan aku yakin engkau
juga punya kata itu.

Malam !….

aku ingin bertanya
kepadamu…

jangan hanya kelam dan
hitam kepadaku, diam membisu dalam keheninganmu.

Adakah cinta itu abadi?

Adakah persahabatan itu
sejati?

Adakah sebuah hukum alam
yang mampu mengubah cinta menjadi benci?

Pertanyaan-pertanyaan
itulah yang selalu tidak aku mengerti malam!.

Ok lah!…kalau engkau
juga tak tahu,aku juga tak akan memaksamu untuk menjawab itu.

Aku cuma ingin engkau
setia menemaniku, membiarkan aku termenung dengan khayalan kehiduypanku.di
bawah kerlip bintang-bintang di langit sayapmu.dan jangan pergi meninggalkank,
hingga datang mentari kan menjagaiku…

oh malam….kenapa
tiba-tiba aku bisa melihat diriku…. sedang apakah aku diriku… kenapa ada
pelaminan di situ… ya Tuhan benarkah yang aku lihat itu?…

mimpikah aku?…

sadarkah diriku?….

sungguhkah dengan yang
aku saksikan itu?…

akukah yang palsu atau
dia yang semu?….

tapi mengapa dengan
denagn kepura-puraanmu tak melihat diriku dan menyambut kedatanganku dengan
senyummu yang indah itu,”karenakah orang itu, yang sekarang duduk mesra
disampingmu itu?”…….,

lihatlah malam,….. aku
disini,saksikan aku,karena hanya engkau yang tahu dan peduli denganku,

“Air mata ini adalah air mata kebahagianku, bahagia
karena melihat dirimu bahagia, bahagia karena sekarang engkau telah menemukan
separuh yang hilang dari dirimu,yang terbaik dalam kehidupanmu”.

Katakan padanya malam,

”Aku juga turut
berbahagia,dan cuma bisa berkata,semoga engkau juga bahagia, baarakallahu laka
wa baaraka ‘alaika wa jama’a baina kuma fi khair”.

Padahal malam,kata-kata
itu aku ingin ucapkan sendiri di depannya sambil menjabat tangan orang yang ada
di dekatnya.karena aku tak mampu malam,tolong bilangkan itu padanya….

bahagia?….

apakah arti bahagia
itu?….

adakah bahagia itu
adalah air mata?….

ataukah mungkin pepatah
ini arti bahagia?…

Kebahagian adalah
menemukan seseorang untuk kau peluk saat kau menangis,berbagi perih bersamanya,
dan kesedihan adalahsaat kau tertawa sendirian”.

Tapi aku perih malam……

perih kesediahan….

perih karena dalam
kenyataannya tidak bisa melihat dia bahagia…

perih karena aku tak
pernah ia harap untuk hadir ikut merasakan dia bahagia.

Kenapa dia
begitu?…

adakah itu di
sengaja?..

tapi dia baik….
tak pantas ku menyalahkannya.

Tapi siapakah?…

takdirkah?…

ngak… takdir gak
salah.

Namun….

Hidup yang tak
pernah dipertanyakan adalah hidup yang tak pernah layak diteruskan.

Itulah guruku
Socrates yang pernah bilang….

dan me…..

Love or just hate
mebut pare me with your indefference,cintai aku atau sekalian benci aku, asal
jangan kau acuhkan diriku.

Toh…

Tak semua yang dapat di hitung, diperhitungkan, dan
tak semua yang dapat diperhitungkan dapat di hitung.

ah… apa lagi ini…

Namun begitulah cerita
hidup dan cintaku.